Part 06🌻

41K 3.7K 265
                                    

Jangan terus menggoda, Bee. Aku nggak kuat -Liana Al-Matin

===

Liana melangkah pelan mengikuti Gus Fatah yang membawanya ke kamar pengantin yang berada di ndalem Abah kyai. Malam ini mereka berdua akan bermalam di pondok Al-Malik, sebelum esok pagi pindah tempat untuk menetap di pesantren yang Gus Fatah kelola sendiri di satu daerah yang masih sama dengan berdirinya pesantren Al-Malik ini.

Sesampainya di dalam kamar yang begitu indah dekorasinya mampu membuat Liana tersenyum, ia masih saja tak menyangka sekarang ini sudah memiliki seorang imam sendiri di dalam keluarga kecilnya.

Gus Fatah yang rencananya setelah masuk ke kamar ini ingin langsung membersihkan diri, ia urungkan sejenak untuk diam-diam memandangi wajah teduh Liana yang tersenyum indah seraya mengedarkan pandangannya ke setiap pojok kamar.

"Ya Allah, cantik banget." gumam Gus Fatah sendu, sebab dirinya tak percaya bisa menjadi pria beruntung yang dapat bersanding dengan sosok perempuan seperti Liana.

Puas menelanjangi setiap pojok kamar ini, Liana menoleh ke arah suaminya yang terlihat menikmati kehadirannya di samping pintu kamar mandi. "Gus?" panggilnya pada Gus Fatah yang tersenyum ke arahnya dalam keadaan bengong.

"Gus Fataaah ... kenapa berdiri di sanaaa?" tanya Liana dengan mendayu-dayukan suaranya yang akhirnya membuat Gus Fatah sadar kembali.

"Ah, maasyaa Allah," Gus Fatah menggelengkan kepalanya beberapa kali mencari kembali kesadarannya yang hampir hilang hanya karena memandangi wajah cantik istrinya. "Eum Ning, saya ke kamar mandi dulu," ucapnya lalu buru-buru masuk ke ruangan lain yang ada di dalam kamar lamanya ini saat dulu ia belum menepati pondok pesantrennya yang sekarang.

Liana mengangguk beberapa kali. Tak tahu harus melakukan apa lagi saat ini, ia memilih menunduk seraya memutar tasbih kecilnya yang di jadikan gelang untuk bersholawat kepada Baginda Agung Rasulullah SAW. Tak selang beberapa lama kemudian setelah dirinya dapat 7 kali putaran tasbih atas shalawatnya tadi, keluarlah Gus Fatah yang telah ganti pakaian dengan hanya memakai kaos hitam dan juga sarung.

"Monggo, Ning. Kita shalat sunah dulu!" ajak Gus Fatah yang berjalan menuju lemari pojok untuk mengambil sajadahnya.

"Maaf Gus, lagi udzur." Liana mengingatkan kembali suaminya yang lupa akan kondisi yang ia alami saar ini.

Gus Fatah menepuk dahinya pelan. "Oh Astagfirullah Ya Allah, Ning. Maaf saya lupa," ucapnya dengan cengiran yang tak lupa ditunjukan pada istrinya.

Liana mengangguk pelan. "Gak papa, Gus."

"Eum yaudah Ning, kalo gitu saya shalat dulu," saat Gus Fatah baru saja akan memulai takbirnya, ia malah menundanya beberapa saat karena ada pertanyaan yang harus dilontaran kepada istrinya. "Euum, Ning Liana mau minta di doain apa?"

Liana terbengong beberapa saat karena pertanyaan Gus Fatah cukup unik, ia pun lalu menjawab pertanyaan itu setelah menemukan hal yang harus benar-benar didoakan.

"Doakan saja agar rumah tangga kita selalu barakah, dan tak lupa juga berdoa agar diberikan keturunan sholeh sholehah yang kelak bisa melanjutkan perjuangan Rasulullah dalam Islam," jawab Liana sambil tersenyum lembut.

"Aamiin," balas Gus Fatah yang keluar begitu saja dari mulutnya. "Aamiin Ya Allah, ijabah kan lah doa Ning Liana," sambungnya dengan tatapan kosongnya yang penuh kekaguman.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now