Part 12🌻

25.4K 2.4K 56
                                    

Aku tak kan pernah mencintainya dan selamanya tetap akan mencintaimu! -Gusmu Imamku

===

Liana melangkah keluar dari kamar mandi menuju kasurnya dengan wajah lesu, sebab saat ini hatinya dalam kondisi tidak baik-baik saja, karena pasca 1 bulan berdirinya rumah tangga antara dia dan Gus Fatah, entah kenapa suaminya itu malah menunjukan sikap berbeda setelah bertemu Holif beberapa minggu lalu yang membuatnya kepikiran terus menerus.

Bahkan dikala malam hari saat mereka berdua di dalam kamar, Gus Fatah sudah tak lagi seperti awal pernikahan yang menagihnya untuk cepat selesai haid.

Ya, sampai saat ini kontak fisik yang Gus Fatah lakukan dengannya hanya sebatas apa yang pernah mereka lakukan sebelum pria itu bertemu Holif. Tapi, setelah bertemu mbak santri itu, Gus Fatah menjadi berbeda seperti tak tertarik apalagi menginginkannya.

"Ya Allah, Gus Fatah tuh kenapa? Kenapa sikapnya buat gak nyaman?" gumam Liana dengan wajah menyedihkan seraya mengambil tasbih yang berada di atas nakas.

"Masa Gus Fatah jatuh hati sama Holif? Ih Astagfirullah, kenapa malah mikir yang nggak-nggak sih Liana!" Kesal Liana pada dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk pelan kepalanya beberapa kali.

Ia pun lalu menghembuskan napas panjang bersamaan menjatuhkan diri ke tepi kasur. "Tapi, bisa jadi memang seperti itulah aslinya Gus Fatah yang gak terlalu tertarik sama wanita. Nyatanya, beliau aja baru menikah setelah menginjak kepala 3. Aaah, menyebalkan sekali dugaanku ini,"

Tak mau lagi berpikir yang aneh-aneh lagi sebab tiada buktinya, Liana mulai memejamkan matanya untuk berdzikir sembari memutar tasbih yang dipegang.

~~~

Malam ini setelah pulang mengajar, Gus Fatah langsung kembali ke ndalemnya untuk beristirahat. Setelah sampai ndalem pun kakinya langsung tahu harus menuju ke mana, ya tentunya ke kamar yang mungkin terdapat Liana yang masih terjaga.

"Assalamualaikum." Salam Gus Fatah sembari membuka pintu kamar dengan bibir yang membentuk senyuman tipis masih agak canggung karena apa yang pernah ia lakukan beberapa Minggu lalu.

Nyatanya, alasannya agak pura-pura tak tertarik dengan Liana sebab sekelebat ingatan saat Maghrib kala itu masih saja terus menghampirinya. Ah, Gus Fatah benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya setelah waktu itu, padahal jika diingat-ingat, ia pernah melakukan hal lebih dari sekedar melihat bagian atas istrinya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Liana sangat lirih, benar-benar lirih sampai membuat Gus Fatah mengernyit bingung, tak biasanya istrinya bersikap seperti itu ketika menyambutnya pulang dari Madrasah.

Apakah kelakuanku akhir-akhir ini membuatnya tak nyaman? Pikir Gus Fatah sambil berjalan menuju lemari kitabnya terlebih dahulu yang dekat dengan pintu Sebelum menghampiri Liana.

"Dinda belum ngantuk?" tanyanya hati-hati seraya berjalan mendekat ke ranjang yang ada Liana di sana.

"Belum,"

Gus Fatah menggaruk kepalanya yang tak gatal karena tak mengerti dengan apa yang sebenarnya tengah menimpa istrinya sampai membuat wanita itu menjadi kalem malam ini. Oh ya, seraya berjalan menuju ranjang, seperti aktivitasnya akhir-akhir ini dalam mengalihkan perhatiannya dari pikiran saat maghrib kala itu, dan juga untuk membuat kebisingan yang entah kenapa tidak Liana lakukan malam ini, Gus Fatah menghidupkan televisi.

"Dinda kenapa?" tanya Gus Fatah pelan, ia menepis egonya malam ini untuk mengetahui apa yang sebenarnya membuat Liana menjadi tak heboh lagi.

"Gak papa," jawab Liana agak ketus seraya memalingkan wajah ketika Gus Fatah duduk di sampingnya.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now