Part 25🌻

11.7K 1.1K 21
                                    

Tak jarang Allah memberi banyak tanda-tanda aneh untuk kejadian besar yang akan datang tak lama lagi.
—Gusmu Imamku

===

Fatma menoleh ke kanan kirinya memperhatikan sekitar yang terdapat banyak mbak santri yang sedang membaca wirid dibimbing Ning Liana pada shalat subuh kali ini. Ia tersenyum miring, lalu mundur secara perlahan untuk pulang duluan ke asrama, karena disaat seperti inilah dia baru bisa leluasa melancarkan aksinya.

"Aku ke kamar mandi dulu, Mbak." lirih Fatma bohong saat ada salah satu mbak pengurus baru saja melihat ke arahnya dengan wajah seakan bertanya, mau ke mana?

Mbak pengurus tadi mengangguk pelan dengan raut tidak suka, tidak sejak dari tadi saja pergi ke kamar mandinya, batinnya.

Setelah Fatma keluar mushala dengan buru-buru ia pergi ke asrama A, lebih tepatnya ke kamar Holif. Dan setibanya di kamar gadis yang menurutnya sering caper itu, Fatma melihat 2 orang  adik kelasnya tengah nembel kitab, karena kemungkinan besar saat sedang di dikte makna oleh ustadzah mereka ketinggalan.

Fatma berdehem pelan sebagai tanda sapa untuk 2 orang itu. Tentu mereka berdua yang tadinya sedang fokus, tapi mendadak mendapat gangguan dari mulut seseorang, langsung menoleh ke asal suara.

"Mbak Fatma?" cengo mereka secara bersamaan.

"Gak jamaah, Rul, Din?" tanya Fatma sambil berjalan perlahan namun pasti ke arah lemari Holif.

"Lagi halangan, Mbak," jawab mereka berdua yang memiliki panggilan Nurul dan Dina.

"Mbak Fatma juga halangan?" tanya Dina.

"Gak liat apa kalo lagi pake mukena?" Fatma menggeleng beberapa kali sambil tersenyum sampai memperlihatkan sedikit giginya.

Dina membulatkan bibir, karena siapa tahu saja Fatma juga sedang halangan, biasanya juga ketika tengah haid ataupun tidak, mbak-mbak di sini kalau berkunjung ke asrama lain akan mengenakan mukena.

"Ya udah ah Din, lanjut nulis aja kita. Bentar lagi mbak-mbak pulang jamaah loh." ucap Nurul yang Dina angguki setuju, lalu mereka kembali fokus ke kegiatan tadi.

Setelah berada di depan lemari Holif, Fatma langsung membukanya dan meraih sebuah benda mungil yang selalu gadis caper itu kenakan di dalam asrama. "Ini lemari Gladis bukan sih?" tanyanya sok pura-pura salah memilih lemari, agar ia nanti tidak dicurigai 2 adik kelasnya itu, sebab telah membuka lemari mbak ketua pengurus asrama A.

Di pondok ini, kamar pengurus dan santri biasa tidaklah dibedakan. Selain karena di pondok itu semuanya sama rata, selain keluarga ndalem pastinya. Para pengurus juga diamanahi untuk mengontrol mbak santri yang mungkin saja bakalan berperilaku semena-mena ke santri lain.

"Lemari mbak Gladis itu, Mbak Fatma," Nurul menunjuk lemari coklat yang terletak ujung paling bawah sendiri.

"Oh kupikir ini tadi lemari Gladis." ujar Fatma sambil berjalan ke arah lemari Gladis, teman paling shalehahnya ketika ia masih berada di asrama A dulu.

Untuk beberapa saat Fatma terus berada di depan lemari Gladis, sampai akhirnya ketika suara mbak-mbak yang telah pulang jamaah terdengar, ia buru-buru pergi dari asrama ini.

~~~

Gus Fatah yang sudah terlebih dahulu kembali ke rumah setelah pulang dari masjid, langsung saja berjalan ke kamarnya untuk mengambil Al-quran dan membukanya sebelum nantinya ia baca sama seperti hari-hari biasanya.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now