Part 31🌻

14.6K 1.3K 75
                                    

Kepercayaan dan kejujuran adalah kunci kelanggengan sebuah hubungan.

-Gusmu Imamku

===

Sesampainya di Sunan Ampel, rombongan yang ada di mobil Gus Fatah tak langsung masuk ke pemakaman, karena harus menunggu rombongan santri yang para supirnya masih sibuk memarkirkan buss.

Dengan raut gusar, Gus Fatah menoleh ke kanan kirinya yang terlihat ramai karena adanya pedagang dan peziaran lain. Hati Gus Fatah sedang tak tenang, karena teringat pesannya tadi yang akan menghubungi Liana tatkala telah sampai di tempat ini.

Ia menghela napas panjang sembari menunduk melihat ponselnya yang batreinya tinggal 20%. Sungguh, Nafis memang patut diacungi jempol karena memegang predikat adik pengertian, huh!

Untung sayang, kalo nggak udah aku kasih duit tuh si Butet, batin Gus Fatah sambil mendudukan dirinya ke kursi panjang.

"Mas! Mas Patah! Mas Patah kebelet eek apa?" tanya Nafis dengan suara pelan saat tiba-tiba ia datang mendekat dan berdiri tepat di samping Mamasnya.

Gus Fatah menoleh, menatap adiknya dengan tatapan datar tanpa mau menjawab pertanyaannya.

Adik siapa sih ini? Subhanallah banget perasaan, batinnya lagi tepat saat Gus Amru lewat di depannya sembari memasukan ponsel ke dalam selempang berukuran kecil.

Sejenak Gus Fatah berdiskusi dengan pikirannya, karena tiba-tiba ia mendapatakan ide bagus yang akan melenyapkan keresahan hatinya saat ini.

"Amru!" panggilnya yang membuat Gus Amru berhenti sembari menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Mas?" tanya Gus Amru lalu berjalan ke arah Mamasnya.

"Pinjam bentar HP ne sampean," pintanya yang tak punya pilihan lain.

Gus Amru mengernyit bingung. Kenapa Mas Fatah malah meminjam ponselnya di saat ponselnya saja lebih buruk? pikirnya, lalu tak lama setelah itu, ia mengangguk dengan tangan yang mengeluarkan lagi benda pipih dari dalam tas yang selalu ia bawa ke mana pun saat sedang melakukan bepergian jauh.

"Suwun." Sambung Gus Fatah saat adiknya telah meminjamkannya ponsel.

"Sami-sami." balas Gus Amru sambil mengangguk, lalu meneruskan rencana awal untuk pergi mendekati ummi dan abahnya yang tengah mengobrol dan sesekali mengamati sekitar.

Tanpa babibu lagi, Gus Fatah langsung membuka aplikasi hijau adiknya yang isi berandanya hanya ada grup komunitas beranggotanya para gus dan kakang-kakang santri yang asalnya dari berbagai daerah yang ada di Jawa dan Sumatera.

Segera Gus Fatah mengisi ponsel Gus Amru dengan nomor istrinya yang tak ia hapal. Tapi syukur alhamdulillah, tadi si Nafis khilafnya tak berlanjut sampai menghapus nomor-nomor penting yang ada di ponselnya.

Tangan Gus Fatah menari lincah mengetikan nomor istrinya di keyboard ponsel adiknya, setelah melihat nomor Liana yang berada di ponselnya.

Anda:
Ndaku, aku Fatah. Aku sudah sampe Sunan Ampel. Mau di beliin apa?

Tak menunggu waktu lama setelah Gus Fatah mengirim istrinya pesan, balasan langsung masuk ke ponsel adiknya.

Liana:
Beeee kangen, nggak jadi mau oleh-oleh, maunya Albee cepet pulang🙁

Gus Fatah menahan senyumnya dihalayak keramaian. Tapi tiba-tiba ide jail muncul ke pikirannya yang membuatnya berniat menggoda istrinya.

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now