Part 28🌻

15.2K 1.3K 26
                                    

Karena pertolongan sesungguhnya datangnya dari sang pencipta alam semesta, Allah SWT.

-Gusmu Imamku

===

Dua orang santriwati yang kabur dari pondok sejak 1 minggu lalu, malam ini berada di dalam mobil memakai kaos bawahan sarung yang sama modelnya namun beda warnanya dengan tangan yang sama-sama menggenggam ponsel. Santriwati tadi tak lain dan tak bukan Fatma dan Muti lah orangnya.

Mobil yang baru saja membawa mereka berblanja kebutuhan ziarah besok, meluncur setelah maghrib tadi. Bahkan belum lama ini Fatma memarkirkannya di depan toko yang tak lagi di gunakan oleh pemiliknya yang terletak di dekat jalan raya.

"Xixixi, manis banget sih kata-katanya, tapi sayang ih, pasaran! Gak kreatip," ucap Fatma saat tengah membaca balasan pesan yang pacarnya kirim.

"Kamu kenapa, Mbak Fatma?" tanya Muti keheranan dengan temannya yang cengar-cengir sendiri saat melihat layar ponsel.

"Ini si Farhan gombalin aku," jawab Fatma tanpa menoleh ke arah Muti, karena tangannya sibuk mengetik pesan balasan untuk Farhan.

"Farhan itu siapa?" tanya Muti dengan dahi yang mengkerut bingung. Pasalnya ia tidak pernah tahu Fatma dengan cowok, karena temannya itu saja tak pernah memberitahukannya.

Baru, Fatma menoleh ke arah Muti. "Pacar plus calon tunanganku,"

"Mbak pacaran, hah?" tanya Muti spontan dengan nada terkejut.

Walau Muti nakal, ia masih bisa tahan diri untuk tidak terjerumus dalam kubangan zina.

"Iyalah, orang udah gede kok nggak pacaran. Gak keren, gak bahagia," jawab Fatma dengan sangat bangga.

"Idih, santri apaan tuh? Norak banget sih. Zaman jahiliyah udah berlalu lama banget masih aja pake cara orang-orang terdahulu nyari kesenangan lewat maksiat," cibir Muti.

"Sejujurnya maksiat itu enak lho Mut, hehehe," lirih Fatma sambil nyengir kuda.

"Mbak ngomong enak karena belum pernah merasakan manisnya taat sama gusti Allah sih," balas Muti yang mulai dengan ungkapan-ungkapan bijaksananya.

Jangat liat siapa yang mengatakan, lihatlah dan dengarkan lah apa yang diketakan.

"Ck-ck, bilang aja sih kalo kamu iri gak ada pacar,"

"Nggak! Nggak bakalan iri aku mah kalo cuma pacaran mah, dih, haram,"

"Healah Mut-Mut, gaya tenan lah lambemu ki," ujar Fatma malas.

"Pacaran itu nggak baik Mbak Fatma," ujar Muti dengan nada santai.

"Tauk ah, berisik." ketus Fatma.

"Serah Mbak Fatma deh kalo masih tetap mau pacaran. Liat aja besok kalo dah nikah, nggak bakal ada asik-asiknya," Muti menyambungnya. "Lagian orang kalo masa mudanya di gunakan untuk bermain-main dengan wanita ataupun pria, di masa tua kalo nggak miskin ya jatuh sakit. Mbak boleh gak percaya sama kata-kata tadi, tapi emang itu dawuhnya salah satu guruku dulu,"

"Tauk apa sih kamu, Mut. Pacaran itu enak, asik, plus manis karena ada yang memprioritaskan kita," terang Fatma sama seperti perasaan yang selama ini ia rasakan ketika berpacaran.

"Cuih. Enak, asik, plus manis karena yang di tampakan sama Mbak cuma baiknya doang, kalo dah nikah mah sikap aslinya bakal ke bongkar. Dan nantinya waktu dah nikah pasti nggak bakal seindah waktu pacaran, karena rasa sayang dan perhatiannya udah di habiskan saat pacaran dulu,"

Gusmu Imamku √Where stories live. Discover now