Part 05🌻

43.8K 3.6K 36
                                    

Pendekatan yang indah -Albar Fatahillah

===

Mobil yang suami Liana kendari mulai memasuki wilayah pondok Abah mertuanya. Tapi ada 1 hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya ketika telah sampai di tempat ini, jika ia akan disambut sangat-sangat meriah dan mewah oleh keluarga besar pondok pesantren Al-Malik yang diasuh langsung oleh Abah mertuanya.

"G-gus ini a-ada apa?" tanya Liana tanpa menatap Gus Fatah karena pandangannya hanya terfokus pada rombongan hadrah yang sudah siap menabuh alat yang mereka bawa untuk menyambut kedatangannya dan suaminya.

Tak kunjung mendapat jawaban dari suaminya, Liana menoleh ke samping dengan wajah bingung dan malah mendapati Gus Fatah tengah menatapnya lekat di saat pria itu masih menjalankan mobil walau dengan keadaan pelan.

"Ada apa, Gus?" Liana mengulangi pertanyaannya dengan suara pelan.

"Tidak ada apa-apa, hanya sambutan ala kadarnya untuk kedatangan Ning Liana," jawab Gus Fatah lirih.

Ala kadarnya? Ini mah penyambutan luar biasa untuk orang rendahan seperti diriku, pikir Liana yang tiba-tiba sekelebat ingatan akan kejadian yang beberapa saat lalu ia lalui menghampiri pikirannya.

"Jadi ...," gumam Liana ketika mengingat dirinya tadi dibawa ke hotel terlebih dahulu oleh Gus Fatah yang ia pikir hanya untuk beristirahat sejenak seraya mengganti pakaian yang lebih pantas saat memasuki pondok pesantren Abah mertuanya, tapi malah ternyata pakaian yang ia kenakan saat ini adalah saksi bisu yang akan menemaninya menjadi pusat perhatian nantinya di tengah-tengah khalayak santri.

"Ayo Ning, turun!" ajak Gus Fatah membuyarakan lamunan Liana sambil memberhentikan mobilnya.

"G-gus, saya malu." Liana menutupi setengah wajahnya menggunakan sorban milik Gus Fatah yang dititipkan padanya sewaktu akan check out dari hotel.

Tiba-tiba pintu kaca mobil diketuk oleh Muhaimin, seorang pria berstatus santri yang membuat Gus Fatah harus menurunkan kacanya.

"Silahkan, Gus!" ucap Muhaimin mempersilahkan Gus dan istrinya untuk segera turun.

Gus Fatah melihat sekelilingnya terlebih dahulu sebelum membalas ajakan Muhaimin. "Ini udah selesai semua, Kang?" tanyanya tentang persiapan penyambutan istrinya.

"Udah Gus, silahkan!" Muhamin melihat istri gusnya sekilas sambil tersenyum tipis sebelum akhirnya menjauh dari mobil dan bergabung dengan Sangir lainnya.

Gus Fatah menoleh untuk melihat Liana yang perlahan merendahkan posisi duduknya agar tidak terlihat orang lain dari balik kaca. Ada-ada saja Ning Liana ini, pikirnya.

"Monggo, Ning!" ajak Gus Fatah lagi sambil menahan senyumnya akan tindakan yang Liana lakukan saat ini.

Liana menggeleng pelan tepat saat tepukan hadrah para santri dan lantunan marhaban dimulai. Di saat itu juga jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya karena lantunan marhaban yang dimulai itu bertanda dirinya akan keluar dari mobil tak lagi. Ia malu dan tak tahu harus berbuat apa.

Ceklek.

Pintu mobil bagian kiri depan tempat duduknya Liana tiba-tiba dibuka oleh seorang wanita yang tak ia kenali siapa nama dan orangnya.

Gusmu Imamku √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang