Ending

40.1K 1.7K 315
                                    

Hai Albee! Liana Al-matin

===

Gus Amru yang dari awal ingin menyelesaikan hal meresahkan ini secepat mungkin, mulai membuka suara. "Kamu mau saya teruskan tidak?" tanyanya yang langsung membuat Ning Liana membulatkan bibir seraya mengangguk-angguk karena ia baru teringat akan pertanyaan yang Holif maksud tadi.

Gus Amru yang mendapatkan anggukan spontan itu langsung terperangah kaget, sulit dipercaya jika Ning Liana akan menerimanya secepat ini.

"Ning Liana beneran mau?!" tanya Holif excited, tapi langsung membuat Ning Liana menoleh ke arahnya.

"Ih enggak," Ning Liana menggeleng cepat yang secepat itu juga membuat ekspresi Gus Amru menjadi bingung.

"Loh? Tapi tadi kok ngangguk?" Bingung Holif yang pada dasarnya ia tidak bisa melihat ekspresi wajah Ning Liana saat tadi mengangguk.

Ning Liana yang malas menjelaskan alasannya tadi mengangguk, menghela napas panjang. "Pokoknya nggak,"

Holif cemberut dengan ujung bibir yang diturunkan ke bawah. " Jangan enggak dong Ning, harus iya," desaknya.

"Memangnya kenapa? Apa aku tidak pantas menjadi Abah penggantinya Aqih?" tanya Gus Amru tanpa ekspresi.

Ning Liana menggeleng. "Bukan karena itu sih. Lebih ke akunya nggak siap aja sama orang baru,"

Tak mungkin juga kenangan indah bersama Gus Fatahnya sewaktu pria itu hidup bisa dilupakan begitu saja dan mendapatkan gantinya yang lain hanya dalam waktu 1 tahun.

"Kapan siapnya?" tanya Gus Amru serius, karena sungguh dia mencintai Ning Liana.

Ning Liana terkekeh pelan sambil menggeleng. "Nggak tahu lah,"

"Aku bisa menunggu,"

Holif yang bisa merasakan keseriusan Gus Amru meringis miris, karena Ning Liana masih saja menolak pria itu dengan 1000 alasan.

"J-jangan ditunggu, Gus," pinta Ning  Liana kikuk.

"Ning Liana loooh," rajuk Holif yang selalu garda terdepan dalam membantu suaminya.

Ning Liana menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya atas ucapan yang akan ia katakan. "Ya udah gini aja. Aku nggak tahu bakal sampai kapan umurku ada. Tapi kalau sampai 15 tahun mendatang aku masih hidup, ya, aku bakal menikah lagi. Tapi nggak mungkin kan Gus Amru bakal nungguin terus,"

"Ya, aku mau,"

Holif tersentak kagat akan keseriusan yang Gus Amru miliki itu, dalam hati ia takjub karena prianya itu benar-benar terlalu niat mencintai seseorang. 15 tahun bukanlah waktu yang sebentar, apakah rasa yang Gus Amru punya untuk Ning Liana bakal sampai selama itu? Pikirnya.

"Nggak kelamaan itu, Ning?" tanya Holif sambil menoleh ke arah Gus Amru.

"Enggak." sahut Gus Amru menjawab.

Holif yang merasa waktu yang Ning Liana terlalu lama, berusaha tawar menawar dengan menyingkatnya menjadi 10 tahun, tapi walau begitu seberusaha apapun dia menawarnya, Ning Liana pasti akan tetap menolaknya. 

Matahari yang terlihat terus menerus naik, membuat Ning Liana memilih pamit pulang karena ia harus membereskan rumah, sebab semenjak lahirnya Gus Faqih, ia sangat kesusahan hanya untuk bersih-bersih saja. Ingin meminta bantuan mbak pondok, ia merasa, ia masih bisa mengatasinya sendirian.

~~~

Beberapa hari kemudian ....

Dia tak ingkar janji, namun dia menolaknya dengan halus, karena dari awal dia sudah tahu, dia hanya berjodoh dengan almarhum suaminya.

Siang tadi, tanpa aba-aba yang dapat sekitarnya kenali, Ning Liana akhirnya undur diri menjemput suaminya dan meninggalkan putranya seorang diri di dunia ini tanpa kasih sayang ibu bapak.

Kepulangan Ning Liana benar-benar tak banyak memberikan tanda-tanda pada sekitar selain datangnya burung gagak yang bersuara keras sejak 3 hari lalu di atas atap ndalemnya. Ia tak sakit, tak juga mendapatkan musibah membahayakan, kepergiannya murni sebab telah tiba saatnya ia pergi.

Perginya pun dalam keadaan tidur siang setelah ia makan dan menemani Gus Faqih yang selalu berada tepat di sampingnya termasuk detik-detik diangkatnya ruh dari jasadnya.

Di sisi ranjang, tengah malam ini Gus Amru tengah menunduk dalam dengan banyak tetasan air mata menjatuhi sarungnya. Ia patah hati, kepergian wanita itu sungguh menorehkan kesedihan mendalam baginya melebih rasa sakit atas penolakan lamarannya kemarin jumat.

"Hiks ..., astagfirullah hiks hiks," Gus Amru mengangkat tangannya untuk menutupi matanya guna membendung tetasan air yang terus mencolos keluar.

"Hiks, hiks, hiks ...,"

Tak banyak hal yang bisa Gus Amru pikirkan saat ini selain mengingat momen-momen manis yang sering ia lihat diam-diam dari jauh, dan juga tentang keponakannya yang baru 1 tahun lalu ditinggalkan Abah kandungnya, hari ini malah kembali kehilangan anggota keluarga yang mencintai dan merawatnya tanpa pamrih.

Takdir Tuhan memang tak selalu indah, adakalanya air mata lah yang harus berbicara karena hanya itu satu-satunya cara mengungkapkan perasaan dalam hati tanpa adanya kebohongan.

"Oeeek! Oeek! Oeeek!" teriakan keras dari tangisan Gus Faqih mulai terdengar kembali saat sebenarnya baru beberapa menit lalu bayi itu bisa di tidurkan di pangkuan istrinya.

Perlahan suara bayi itu terdengar lebih keras lagi dari dalam kamarnya karena sepertinya Holif sedang berjalan menujunya. Dan ya, memang benar, perempuan itu tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya.

Tok, tok, tok ....

Gus Amru yang tentu tak mau terlihat lemah, mengusap matanya secara kasar agar ia tak Holif pandang lemah di saat semua orang di sini masih banyak yang membutuhkannya. Di rasa air mata tak lagi akan jatuh, ia pun berjalan ke arah pintu untuk menemui Holif yang sedari tadi terus menjaga Gus Faqih.

Ceklek.

"Gus ...," panggil Holif lirih sambil terus berusaha menenangkan Gua Faqih sebisanya. "Gus, kayaknya Gus Aqih haus," ucapnya memberitahu.

Gus Amru mengangguk pelan lalu berjalan pergi melewati Holif menuju dapur untuk membuatkan susu formula, karena saat terlintas ingin menjadikan Holif ibu susu, ia teringat jika perempuan itu saja belum ada ASInya.

Gus Amru memegang dadanya yang masih saja nyeri sembari mendongak ke langit-langit atap ndalem agar mata dia yang kembali ingin mengeluarkan cairannya tak akan menetes jatuh.

"Astagfirullah."




















==END==

Fyi: DARI AWAL CERITA INI MEMANG BUKAN CERITA TENTANG POLIGAMI.

===

KASIH SALAM PERPISAHAN DONG BUAT CERITA INI
🤗

24 Mei 2020

Gusmu Imamku √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang