02

3.3K 342 51
                                    

Minggu-minggu dan bulan berlalu sampai Bayu sudah cukup beradaptasi dengan kampusnya dan di situlah tragedi dimulai.

"Dan, Dan," Bayu menarik-narik lengan jaket temannya.

"Nape?"

"Balik gue nebeng ya, please. Nanti gue traktirin ayam geprek."

"Plus Milo."

"Iye iye, plus Milo."

"Ayamnya dua."

"Gue kasih ginjal lo minta semua organ ya?"

Daniel terkekeh. "Canda, Ayuku..."

"Najis, gajadi. Gue nebeng si Hilal aja."

"IYA ENGGAK, MAAP," Daniel langsung menahan kepergian Bayu. "Lagian kenapa sih? Biasanya juga pulang jalan kaki atau ngeojol."

"...kalau gue ngerepotin, gak usah juga gak pa—"

"Enggak, bukan gituuu. Maksudnya ya lo beneran ada apa? Ada urgensi atau lo sakit atau gimana?"

Bayu menggigit bibir bawahnya diam-diam. Menimbang apakah dia perlu menceritakan hal yang mengusiknya ini atau enggak. Tapi tentunya lebih baik dia menceritakan ke Daniel soalnya kan Bayu berniat nebeng.

"Nanti sambil jalan gue ceritain."

"Oke."


ღ。◦◝。


Harusnya dalam perjalanan Bayu menceritakan masalahnya, bukan pas mereka lagi makan ayam geprek.

"Lo tahu Zidan? Anak Kriya yang seangkatan sama kita yang suka bareng sama Alwi terus kadang mampir ke departemen kita ketemu kak Michelle."

"Cukup detail sekali sampai gue gak kepikiran Zidan yang lain. Kenapa? Bukannya lo deket sama dia? Dia PHP?"

"No, bukan—hngh... gue gak deket sama dia secara yang lo pikirkan, atau bahkan seperti yang dia pikirkan. No and never."

"Kenapa? Lo illfeel sama dia?"

"Mending kalau cuman itu, dia tuh—" Bayu mengerang pelan. "Dia tuh sinting. Nyeremin!"

"I don't get it. Tell me clearly."

Bayu menyesap minumannya sejenak lewat sedotan sebelum mulai bercerita. "Gue gak ada niat pacaran bahkan jikalau pun ada yang ngedeketin gue emang gak niat mau ke sana. Gue biasa aja. Gue nanggepin si Zidan juga biasa aja sama kayak yang lain, sama kayak elo, meskipun kita beda departemen. Gue gak ngasih perbedaan. Gue gak serta-merta mengiyakan ajakan dia berangkat pulang bareng atau ditraktir ini itu tanpa alasan jelas atau semacamnya kayak orang PDKT gitu lah. Dan itu masalahnya!"

"Go on."

"Jadi gue selalu berusaha ngasih jarak secara jelas ketika dia mulai kelihatan maksa ingin—gimana ya nyebutnya? Memberi pleasure gitu ke gue. Kayak nganterin pulang atau beliin makan kalau gue belum makan, apa pun itu, gue selalu berusaha nolak.

"Tapi pernah terakhir gue agak gak enak badan, jadi gue pulang cepet pakai ojol terus kan gue jalan lewat parkiran arsi dan dia pasti markir motor di sana jadi gue ketemu dia. Waktu itu gue lagi lemes gue iyain aja ajakan dia pulang and after that he's going insane...

"Dia mulai sering nge-chat, terus kalau gue gak jawab maksimal dalam setengah jam ke depan dia bakal nelepon, terus kalau gue jalan  pulang atau berangkat seringkali dia cegat di tengah jalan buat bareng. Terus kalau gue bilang belum makan dia pasti tiba-tiba nganterin atau ngeojol makanan. Pokoknya dia... bertingkah kayak ada hubungan lebih gitu sama gua, duh!"

"Geela..." Daniel gak tahu mau nyahut apa.

"Bukan gila lagi, itu dia psikopat!"

"Lo pernah negur dia gak supaya gak kayak gitu?"

"Bukan gue pernah negur lagi, tapi gue labrak dan bentak langsung pas suatu waktu ngecegat gue jalan. Gue bilang supaya berhenti ngikutin gue, berhenti berhubungan sama gue karena semua perhatian dia berlebihan karena kita pacaran aja bahkan enggak. Terus lo tahu gak balasan dia apa?"

"Enggak."

"Dia bilang, 'kalau gitu, lo mau jadi pacar gue supaya gue bisa begini ke elo?'. Sinting, anjing!"

"Bay, kalem, Bay... inget kita gak bayarin pajak bangunan tempat ini..." Daniel menenangkan Bayu yang tiba-tiba meledak. "Tapi gue kaget banget sih kalau dia kayak gitu, mukanya kelihatan kayak orang baik-baik kalem gitu, terus elonya juga kelihatan biasa aja."

"Gue gak tahu mau cerita ke siapa." Bayu menghela napas. "Gue juga gak mungkin tiap hari nebeng elo kan? Ini gue nebeng ke elo biar seolah-olah gue ada perlu sama elo soalnya tadi gue ketemu dia dan dia bilang mau ngajak pulang bareng. Aish, merinding gue anjrit, seberani itu dia ngomong langsung."

"Kinda creepy."

"It's thrilling."

"Terus, lo mau gimana? Mau gue omongin ke dianya? Siapa tahu kalau orang lain yang ngomong dia jadi agak mikir—"

"Dan, dia gak bisa diomongin sekali-dua kali doang. Gue udah sering ngomong ke dia mulai dari baik-baik sampai frontal sampai maki-maki juga dia tapi dia... tetap gitu aja."

"Ya makanya dicoba."

"Kalau lo yang jadi diapa-apain sama dia gimana?"

"Gue tonjok langsung."

"Dan, ih! Lu mau kena SP (Surat Peringa?"

"Tapi dia harmless kan?"

"Iya, tapi... ah, gak tahu." Bayu menghela napas panjang dan berat. "Udahlah, makan aja dulu, gue pusing nih jadinya."

"Yaelah."

"Kalau gitu, lo pulang sama gue aja—ya gak tiap hari, kayak... mending pulang sama gue dibanding dicegat sama dia kan?" tawar Daniel.

"...gue ngerepotin."

"Dibanding lu kenapa-napa, bego!" semprot Daniel. "Lagian arah pulang kita searah, kita sejurusan, sekelas, terus juga gak tiap hari."

"...ya udah deh, kalau lo maksa."

"Oke." Daniel mengangguk-angguk. "Tapi kalau gue ketemu Zidan boleh gue tonjok—"

"Enggak! Jangan ngawur lo!"

"Ya, oke, enggak. But if he's start to harm you, let me know."

"Iye, gue bilang..."

[28-04-2021]

Daniel

Daniel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now