05

2.6K 307 56
                                    

Ini mungkin gegabah, toh, mereka juga gak sedekat itu sebelumnya sampai sekarang buat Sandi menyisihkan kepeduliannya. Tapi, gimana ya... hati kecilnya menyelipkan perasaan enggak tega membiarkan teman sekolahnya sejak SD sampai sekarang begitu saja. Seperti, dia ingin memberi kesempatan dirinya sendiri untuk memulai hubungan yang baik dan benar dengan Bayu.

Jadi Sandi mengirimi chat ke cowok kelahiran Maret itu.


Sandi
Read | lo ada waktu gak?
Read | siang atau sepulang
kuliah hari ini?

Bayu
Mau ngapain?

Sandi
Delivered | mau ngomong
soal kemarin
Delivered | Bay
Delivered | p


Sampai kelas terakhir sandi pukul 4 sore, chat-nya masih belum dibaca membuatnya sengaja bertandang ke departemen Bayu dengan modal nekat dan... ditemani Tera serta Kai yang katanya ingin jajan rice box yang lokasinya memang dekat dengan departemen tersebut. Meski sebetulnya, Sandi yakin keduanya—terutama Kai—cuman mau ngecengin Sandi saja.

"Alexander Graham Bell udah susah-susah nemuin telepon, dan Lee Haejin juga repot-repot coding buat bikin LINE, kenapa lo gak memanfaatkan dua teknologi tersebut?" serobot Tera.

Sandi merengut, "Dan gue juga gak pernah repot-repot minta kalian buat ngikutin gue."

"Betul juga, Ra, lu kalah sekarang." Kai nyengir jenaka sambil menyenggol pelan pundak Tera.

Tera mendengus kemudian mengeluarkan ponselnya. "Baiklah, sebagai orang yang gak mau ribet, gue akan menggunakan teknologi buatan Jan Koum dan Brian Acton buat membantu lo menemukan Bayu Krisan."

"Crissana, not Krisan."

"Pelafalannya mirip." sahut Tera cuek lantas membuka aplikasi WhatsApp dan menghubungi Bayu.

"Tunggu—lo punya WA-nya Bayu?!" pekik Sandi ketika mengintip ponsel Tera.

"Lah, emang lo gak punya? Lo kan temennya dari zaman bau ingus sampai sekarang bau cat minyak."

"Dia ganti nomor dan gue gak pernah dikasih tahu yang mana nomornya sekarang ya."

"Yang pasti nomornya sekarang bukan nomor yang lo simpan di kontak lo—oh, halo, Bayu?"

Sandi batal menyahut kala menyadari Bayu menjawab panggilan telepon Tera.

"Oh enggak, gak pa-pa, cuman mau tanya, lo di mana sekarang? Oh, di ATM? Oke oke... enggak kok, gak pa-pa, gue cuman mau nanya aja. Ya udah, oke, bye." panggilan telepon terputus. "Tuh, denger? Sana pergi."

"Gue sendiri?"

"Ya kan elo yang ada keperluan, gua sama Kai mah mau jajan rice box yang kebetulan di deket departemen si ono!" sembur Tera lantas menggandeng lengan Kai, "Yuk, Kai."

"Eiyo," dia nyengir melambai pada Sandi. "Dah, Sandi... catch your future husband, bro."

Nyaris Sandi menyusul cowok bermuka blasteran itu buat menjitak kepalanya sepenuh hati.


ღ。◦◝。


Bayu gak berlama-lama di ATM karena dia masih memiliki acarameski cuman nongkrong-nongkrong gak jelas bareng Daniel, Hilal, dan teman-teman yang lain yang sekarang katanya lagi jajan milor dan jamur krispi.

"Bayu!"

"Alamak!" refleksnya latah dan langsung menutup mulutnya karena malu. Jelek amat latahnya.

Dia melihat Sandi berjalan mendekat. "Bay, gue mau ngomong sama lo." tukasnya langsung.

"Orang mah kalau mau ngomong tanpa ada perjanjian mah nanya dulu, orang yang mau diajak ngomong ada acara atau kesibukan atau enggak."

"Gue udah nanya tapi chat gue gak lo bales-ah, dibaca aja enggak malahan."

Ya emang sengaja.

"Ya udah, mau ngomong apa? Cepetan."

"Nggak di sini juga..."

"Ngomong langsung aja dah, gue ada acara lagi habis ini."

Cuman nongkrong doang sih.

"Gue mau ngomong soal—" ucapannya terputus seketika lantas tiba-tiba Sandi menarik Bayu mendekat dan merangkul pundaknya.

"Heh! Apa-apaan—"

"Baru kemarin gue bilang, jangan sampai gue ketemu elo lagi!"

Sadar kalau Sandi gak berbicara padanya, Bayu menolehkan kepalanya dan menemukan Zidan berdiri gak jauh dari mereka.

Zidan berlagak seolah-olah meringis. "Sorry, gue juga berharap demikian, tapi gue ada perlu sama Bayu-"

"Lo sama dia gak ada kepentingan apa-apa!"

"Well, lo cuman gak tahu, 'pacarnya Bayu'." Zidan tersenyum. "Sorry, gue gak tahu nama lo siapa, jadi gak tahu harus manggil lo apa."

"Lo gak perlu tahu." Sandi menukas tajam dan menarik Bayu lebih dekat padanya. "Fuck off."

Lantas Sandi mengajak Bayu segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Zidan yang gak bergeming di tempat sama seperti terakhir kali mereka pergi meninggalkannya.

"Gue gak akan nawar, lo harus ngomong sama gue!" tukas Sandi ketika mereka mencapai parkiran arsi, jauh dari Zidan.

Alasan Bayu gak mau berbicara dengan Sandi karena dia tahu apa yang akan cowok itu omongkan-seenggaknya, dia tahu perihalnya tentang apa, tapi... untuk apa?

Oke, Bayu mengerti kalau dia gak bisa cuman sekadar menebak-nebak. Mungkin Sandi punya ide cemerlang jauh daripada Daniel yang mengantar-jemputnya demi menghindari Zidan.

"Fine. Gue mau ngomong sama elo," Bayu pasrah.

Sandi tersenyum puas, tapi cuman sepersekian sekon sebelum ekspresi wajahnya jadi seperti merasa annoying. "Ambil helm lo di tempat penitipan, lo tunggu di luar parkiran." titahnya, dari cerita Bayu kemarin, Sandi tahu kalau Bayu setiap hari membawa helm karena pergi bersama Daniel.

Tanpa banyak kata lagi, Bayu menurut dan pergi meninggalkan Sandi.

[30-04-2021]

Aku merencakan Zidan as OC alias terserah mukanya mau dibayangin siapa tapi kebetulan buka pinterest terus nemu ini wkwkwk

Aku merencakan Zidan as OC alias terserah mukanya mau dibayangin siapa tapi kebetulan buka pinterest terus nemu ini wkwkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kurang lebih visualisasi dia kayak gitu


Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now