35

2K 226 64
                                    

Kalau bukan demi dan karena Bayu, Sandi betul-betul ogah datang ke reuni sekolah tingkat apa pun.

Dibilang karena gak punya temen... enggak juga. Sandi punya temen yang pas sekolah lumayan deket, tapi kebanyakan cuman kenal dekat pas sekolah saja yang begitu lulus... ya udah.

Mana hari itu, Sandi terpaksa bawa mobil soalnya motornya mau dipakai Sona ke rumah temannya—katanya sih mau kerja kelompok, tapi terserahlah.

"Ya Abang kan mau pergi bareng Bayu, masa' mau pergi naik angkot?" tukas Mamahnya.

"Dibanding naik pesawat, kan lebih gak mungkin. Mahal pula." sahut Sandi asal mengundang gaplokan di punggung dari Mamahnya.

Oke, apa pun itu, pastinya Sandi tetap pergi. 'Terpaksa pergi'. Ingat, catat, cetak tebal, garis miring.

Tadinya Sandi cuman bakal asal ambili baju, tapi begitu hendak ambil pakaian tiba-tiba sebuah pikiran sekelebat muncul membuatnya serasa disentil.

Mantannya Bayu tuh... siapa aja sih? Pastinya yang terakhir itu si Ketua OSIS kan? Siapa sih namanya tuh? Kalau gak salah ingat dulu sempat bikin geger sesekolah karena Bayu kan dulu anggota MPK tapi pacaran sama Ketos.

Ah, bodo amat dengan itu, pokoknya sekarang—gara-gara ingat itu—Sandi yang semula cuman apa adanya jadi adanya apa. Pokoknya dia harus terlihat gant—maksudnya, TERLIHAT LAYAK BERSANDING DENGAN BAYU.

Pilihannya berakhir pada kemeja hitam berlengan panjang yang digulung sampai sikut. Modelnya gak polos karena ada garis abu-abu monochrome dari kerah dan sepanjang kancing. Sandi sudah merasa dia ganteng dan makin ganteng ketika dia nata rambutnya—ditata sedemikian lupa dengan gel sampai jidatnya dibikin terlihat sedikit.

Tapi Sandi merasa too much dan berakhir minder. Rambutnya diacak-acakin lagi.

Oke, setelah tambah sedikit aksesoris berupa gelang, jam tangan, dan semprot parfum sebaskom, Sandi siap cus jemput Bayu.

Rencananya sih gitu.

Tapi pas Sandi sedang memakai sepatunuya, Bayu nongol depan pagar sambil cengar-cengir.

"Pagi menjelang siang, sayangkuh!" Bayu menyapa dengan nyebelinnya.

"Kok lo dateng?!" Sandi melongo.

"Ya kalau pergi berarti gak ke sini."

"Bukan gitu maksudnya!" maksudnya, gue mau jemput lo ke rumah terus pamitan ke bonyok lo gitu, ah, bego!

Karena ini bukan pertama kalinya Sandi sewot dan bukan sewot banget, Bayu cuman menimpal santai, "Lah, terus gimana maksudnya? Kan katanya lo dah siap, ya udah gue samperin biar langsung berangkat."

"...." Sandi speechless.

Ya udahlah, pokoknya mereka berdua pamit ke Mamah Sandi sama ke Sona yang diiyain singkat sambil nyengir aja—ke Bayu doang tapi, yakali dia senyum ke kakaknya, buat apa coba?

Oh, gak lupa juga Sandi ngasih 'wejengan' dengan menarik adiknya menjauh dahulu dan berbisik, "Awas aja lo kalau cepu."

Sona cuman memutar bola matanya malas terus melengos.

Akhirnya berangkat betulan, dengan Sandi yang sebenarnya deg-degan parah karena kebetulan—tapi enggak juga sebetulnya karena Bayu memang sempat tanya di chatoutfit mereka sama-sama hitam, yang secara gak langsung mereka couple—eh, tapi kan mereka emang couple. Yhaa.

Bayu pakai kaus putih polos berkerah V yang ujungnya dimasukkan ke celana dengan blazer hitam sebagai outer. Rambutnya gak ditata aneh-aneh, dibiarkan bebas. Yang bikin isi kepala Sandi berputar itu lantaran aroma parfume yang menguar di dalam mobil. Sejujurnya, cukup mengusik. Tapi bukan karena baunya yang terlalu sesak dan enggak mengenakkan, tapi—

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now