25

2.1K 229 111
                                    

Warning: 🔞 and 🍻 talks, implicit content


ღ。◦◝。


"Ih, sumpah lo dateng-dateng cemberut, habis dihukum kating ya gara-gara Regalnya pecah?" tanya Bayu sekeluarnya dari kosan menghampiri Sandi yang ada angin, ada gerimis, tapi gak ada kabar sebelumnya nemplok depan kosan Bayu malam-malam sepulang latihan.

"Enggak." Sandi menjawab dengan nada sewot tanpa dimaksud sebetulnya.

"Gak salah lagi?"

"...."

"Masuk ayok? Atau mau ngeronda?"

"Males."

"Males masuk?"

"Males turun."

"Lo kenapa sih ah?" Bayu mendekat dan memiringkan kepala menghadap Sandi yang malah melengos. "Enggak jelas."

Tapi gemesin, imbuh Bayu dalam hati.

"Keliling ayok." ajak Sandi tanpa menatap Bayu.

"Ah, gue males ambil helm di atas."

"Ya udah, gue yang ambil." Sandi langsung matiin mesin motornya.

"Iya ini gue ambil, sekalian mau ngunci kamar!" tukas Bayu lantas berbalik cepat memasuki kosannya. Gak sampai lima menit sudah balik lagi sambil mengenakan helmnya.

"Kok lo gak ganti baju?!"

"Ah, males, gue cakepin juga tetep lo katain mending jelek sekalian."

"...." Sandi staring his boyfriend from feet till his head. Pakai celana piyama panjang gombrang warna biru laut yang—kayaknya—udah belel terus atasannya pakai kaus putih bertuliskan 'I love Bandung' segede promosi di baliho yang ujung kausnya dimasukkan ke dalam celana, plus cardigan rajut warna cokelat yang kedodoran. Helm bogo warna krem di kepala membulatkan wajahnya yang sudah bulat.

Sumpah sih, tapi... gemes banget. Sial. Sandal selop warna biru dengan garis putihnya yang sudah pudar juga gemes. Jemari kakinya yang gerak-gerak juga gemes. Semuanya gemes. Bayu Crissana gemes banget.

Sandi sampai gak ngeh kalau Bayu sudah naik ke boncengan motornya. Gak akan sadar kalau gak merasakan lengan panjang Bayu memeluk dari pinggang memutari perutnya. Mengikat dengan genggaman antar tangannya sendiri. Nafas Sandi tertahan seketika. Tapi bukan jenis cekik seperti dia punya asma, melainkan karena seolah-olah jantungnya sempat melompat sampai ke panggal tenggorokannya saking kerasnya berdetak.

"Let's go!"

Suara Bayu berisik memekik persis di sisi wajahnya. Ingin banget Sandi sundulin kepalanya ke belakang biar pacarnya ini diam.

Tapi di satu sisi, Sandi juga ingin membungkam mulut kecil pacarnya dengan cara lain. Cara lain yang cuman Sandi sebagai pacar bisa lakukan. Cara lain yang gak pernah Sandi coba sebelumnya, tapi gak tahu kalau Bayu. Mungkin dia lebih berpengalaman soalnya dulu pacarnya saja—

"Heh, kok malah bengong? Ayo, jadi jalan-jalan enggak? Gue pengen burjo (bubur kacang ijo) nih! Terus pengen piscok krispi juga yang ada di alun-alun. Ah, gak pa-pa ya kita ke alun? Bukan malam minggu sih jadi gak terlalu ramai harusnya."

"Iya, bacot." tukas Sandi lantas menyalakan mesin motornya.

Bayu berdecak keras. Cemberut tapi tetap mengencangkan rangkulannya di seputar pinggang Sandi.

"San," panggil Bayu di tengah perjalanan.

"Apa?"

"Lo anget."

Undercover ╏ SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang