28

2K 228 99
                                    

Rasanya kayak mimpi.

Mimpi yang kebetulan diingat.

Diingat tapi gak semuanya sih.

Tapi Sandi ingat saat-saat pas tubuhnya gerak sendiri—ah, enggak, rasanya gak bertanggungjawab kalau beralasan gitu. Sandi ingat dia sadar kalau memang dirinyalah yang bergerak buat mengarahkan Bayu mendekatinya dan menjemput bibirnya dalam ciuman yang panjang, hangat, dan... sedikit basah.

Sandi juga ingat bagaimana Daniel menariki kerah kausnya dan mendorongnya memasuki salah satu kamar bareng Bayu.

Nah, masalahnya itu. Sehabis masuk kamar, Sandi gak ingat lagi apa-apa setelahnya.

Dia bahkan gak ingat kapan dia tidur atau bagaimana dia berakhir memeluk—atau persisnya dipeluk sebab wajah Bayu di posisi lebih tinggi darinya. Matanya bulat berkedip pelan menatapnya. Wajahnya semula menunjukkan gurat kaget namun perlahan ubah mencentang senyum yang kelihatan menawan. Pas banget, sebab di belakang punggungnya ada jendela besar yang tertutup gorden warna cerah dan sinar matahari mengintip malu-malu dari sana. Membuat Bayu jadi presensi yang menyilaukan namun hangat diterima.

"Mau bilang pagi tapi kayaknya udah siang," ujarnya sambil jemarinya raih anak rambut Sandi di pelipis dan menyisihkan dari halangan pandangnya yang mengerjap coba menyesuaikan keadaan sekitar.

Kepala Sandi berputar di tempat diiringi erang pelan.

"Pusing?"

"Hngh..."

Biasanya Bayu bakal maki-maki kalau Sandi mengeluh dengan nenyebalkan, tapi kali ini cowok Maret itu malah mendekat memeluk Sandi dari samping. Tangannya usap-usap dahi dan sisir halus rambut hitam pacarnya.

"Sekarang... jam berapa?" tanya Sandi dengan mata setengah terpejam.

"Gak tahu, tapi kayaknya belum tengah hari." sahutnya, "Lo tidur pules banget, gak tega bangunin."

"...."

"Takutnya juga masih gak sober, kalau gue bangunin terus elo malah ngomel, males banget."

"...sorry,"

Gerak Bayu terhenti, mengerjap menatap Sandi. "Lo kayaknya masih mabok ya?"

Sandi menolehkan kepala, menatap Bayu sungguh-sungguh. "Sorry... I really meant it."

Bayu gak menyahut.

Sandi bergerak memeluk, wajahnya sendiri dibenamkan di antara pundak dan leher Bayu. Didekapnya erat sambil tarik napas dalam-dalam. Dia bisa merasakan aroma sisa deterjen dan parfum yang masih menempel samar, meski kalah kuat dengan manis dan sesak sisa minuman semalam tapi Sandi bertahan lama di sana.

"Gue minta maaf, gue bener-bener minta maaf."

"San—"

"I'm sorry, I'm really sorry."

"Lo kenapa sih?" Bayu coba menangkup wajah Sandi supaya menatap wajahnya. "Its not you, what's wrong? Ini gak seperti lo nyakitin gue atau ngapain—"

Undercover ╏ SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang