71 - last

1.4K 112 25
                                    

Meraih tangan lainnya dalam genggam. Jemarinya yang terlingkup dalam kepal bergerak kecil tanda reaksi, bukan reaksi tanda enggak suka, malahan sebaliknya.

Bayu menyunggingkan senyum lebar pada Sandi sebelum selantasnya beralih pada hamparan laut di sisi lainnya.

"Gue kira bakal sama panasnya kayak pas siang."

"Lo kedinginan?"

"Enggak kok, biasa aja." Bayu menoleh melihat lengan polos Sandi dan mengusapnya pelan. "Lo kedinginan gak? Cuman pake kaos doang."

"Gak terlalu, biasa aja."

Bayu cuman mengangguk.

"San,"

"Apa?"

"Lo pernah gak sih..."

"Pernah apa?"

Bukannya menjawab, Bayu malah menggigit bibir bawahnya pelan sebelum menggeleng. "Enggak, lupain aja." Bayu nyengir lebar setelahnya, perubahan ekspresi yang signifikan sampai Sandi terhenyak dan enggak segera tanggap merespon lepasan gandengan tangan secara tiba-tiba.

Tapi Bayu melepas pegangan tangan untuk berjongkok dan melepas sepatunya.

"Ngapain buka sepatu?"

"Karena mau nyeker."

"Y-ya maksudnya ngapain lo nyeker gitu? Udah malem gini, jalannya udah gelap. Kalau ada kerikil atau beling gimana? Kalau kaki lo nginjek benda tajam terus kegores—"

Cup

"Bawel banget." Bayu menjulurkan lidah sambil melompat mundur menjauhi Sandi yang terbengong di tempat lantaran 'serangan mendadak' yang nyaris kena sudut bibirnya.

"Ahahaha!" Bayu tertawa senang sambil berlari kecil. Entah Sandi akan langsung mengejarnya atau enggak, tapi pastinya bakal tetap disusul kalau pikirannya sudah 'terbuka'.

Di pertengahan jalan, langkah Bayu melambat. Kepalanya tertunduk seketika, menatap butir pasir putih kecoklatan menempel di sela-sela jemari kakinya, sampai ombak pantai menghampiri dan meluruhkan pasir-pasir di kakinya.

Lantas tatapannya beralih, menatap hamparan pantai yang bermuara sampai ujung laut sebatas garis horison. Gelap. Sekarang bukan tanggalnya rembulan bersinar terang seluruhnya, bahkan bintik bintang di langit pun sebetulnya tidak segemerlap cahaya dari lampu-lampu pijar dari tempat penginapan dan lingkaran hiruk pikuk manusia di sekitarnya.

Pandangan Bayu tiba-tiba tersibak oleh kibasan putih yang berasal dari tangan besar Sandi yang telah menyusulnya. Pemuda Desember itu menatap setengah ngeri.

"Jangan ngelamun jir, gue gak mau lo kesurupan Ratu Pantai Selatan terus tiba-tiba nyebur dan hilang."

"Omongan lo jelek banget."

"Kalau gitu jangan tiba-tiba ngomong terus gak jadi terus lari sambil ketawa terus tiba-tiba ngelamun sambil lihat laut. Bikin merinding aja."

"Gak usah lebay deh, San, yang di pantai gak kita doang." Bayu menunjuk sekelilingnya.

"Iya, ada setan juga cuman gak keliatan." Sandi menukas, meraih tangan Bayu yang menunjuk dan menggenggamnya. "Mumpung masih di sini, mau jajan gak?"

"Di sini mau makan apa? Pop mie? Gak boleh kan? Ikan bakar? Gak mau, itu sih bukan jajan. Bakso? Gak mau juga, gak worth it ngebakso di pantai."

"Ya udah, lo mau makan apa?"

"Makan elo?"

"Lo kalau gak mau makan bilang aja gak mau."

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now