59

1.3K 162 66
                                    

Sampai ke taman yang dimaksudkan Bayu, lagi-lagi yang terjadi enggak sesuai dengan prediksinya. Lantaran begitu sampai, Arga langsung turun dari sepedanya untuk menaiki ayunan di taman. Tapi, itu pun cuman beberapa saat karena setelahnya Arga beranjak lagi hanya untuk berlari-lari berkeliling taman. Sesekali berhenti hanya untuk menunjuk sesuatu yang ditemuinya, bertanya 'ini apa?', 'untuk apa?', 'warna apa?', 'ada berapa?', dan banyak hal lainnya.

Bayu selalu menjawab setiap pertanyaan adiknya, sebisa mungkin menjawab dengan jawaban yang mampu dimengerti adiknya. Meskipun seenggaknya jawabannya kadang ngaco tapi lebih baik dijawab terus daripada gak dijawab sama sekali. Apalagi Arga sudah bisa ngomomg huruf 'r' membuatnya makin gencar baco—maksudnya, makin gencar bicara.

"Kenapa daun warnanya hijau? Kenapa gak biru?"

"Kalau biru, nanti saingan sama langit."

"Ooohhh, terus kenapa ini daun warnanya cokelat?"

"Soalnya daun yang ini udah tua, udah berumur."

"Ooohhhh, tapi gak bisa dimakan ya?"

"Gak bisa, soalnya pahit, kayak hidup."

Bayu yang jawab, tapi Sandi yang keselek.

"Tapi permen cokelat manis kok!" Arga berseru. "Kayak aku!"

Bayu tergelak. "Pede banget ini bocah adiknya siapa sih?" pipi Arga dicubit dan sedikit diuyel lantaran gemas.

Ini Sandi daritadi cuman nyimak di sebelah Bayu, tapi kenapa ya daritadi jantungnya deg-degan terus. Lebih cepat daripada semestinya, padahal Sandi ngegandeng tangan Bayu juga enggak, tapi...

Sandi menutupi mulutnya dengan satu tangan, sebab daritadi bibirnya gak bisa berhenti tersenyum. Takut disangka gila.

Ada untungnya juga Bayu sibuk dengan adiknya. Padahal biasanya kalau Bayu fokus dengan yang lain ketika bersama dengan Sandi, terkadang Sandi merasa agak kesal lantaran Bayu sedikit mengabaikannya.

Mungkinkah karena Arga adalah adiknya Bayu sedangkan ketika bersama yang lain mereka cuman... stranger.

Tapi parah nih, masalahnya Sandi daritadi nyengir mulu, kalau rahangnya sampai robek terus copot gimana?

"Kak Andi, kak Andi!" panggilan Arga membuat Sandi tersadar dan beralih pada balita itu.

"Ini buat kak Andi, batu putih." Arga menyerahkan batu berwarna tersebut ke telapak tangan Sandi.

"Kak Sandi habis dikasih Arga bilang apa?" Bayu menatap Sandi.

'Kak Sandi', katanya, dia panggil 'Kak Sandi'.

Sebelum pikirannya ke mana-mana, Sandi buru-buru beralih pada Arga dan tersenyum. "Makasih Arga."

"Sama-sama!" Arga tersenyum riang. "Sekarang semuanya punya batu sendiri-sendiri, yeay!"

"Yeaaay!" Bayu turut bersorak di tengah gelak geli karena merasa gemas dengan tingkah adiknya sendiri, Arga pun langsung dirangkul dan dibubuhi cium bolak-balik di kedua pipi. Tapi setelahnya, muka Bayu langsung ditabok adiknya.

Meski ditabok—sampai Sandi sendiri kaget—tapi Bayu malah ketawa, pipi Arga dicubit pelan sebelum mereka kembali beranjak.

"San, kue cubit," Bayu menunjuk abang-abang penjaja kue cubit yang melintas dari jauh.

"Lo mau?"

Bayu malah bertanya pada adiknya, "Adek mau kue cubit gak?"

"Mana?"

"Itu,"

"Mau!"

"Yuk, beli kalau gitu, panggil abangnya dek, bilang, 'abang, mau beli'!"

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now