29

2.1K 244 75
                                    

Sandi tahu, Karam gak ada perasaan apa-apa atau punya niat jelek sama sekali ke Bayu atau pun ke dirinya sendiri. Apalagi kelihatan jelas meskipun status Karam sejelas KTP-nya masih 'Belum Kawin', tapi Hilal gak kalah jelasnya kalau sedang menggebet cowok jurusan Kimia itu.

Tapi masalahnya bukan itu, bukan Karam apalagi Hilal—lagian Sandi gak peduli juga—masalahnya tuh si Bayu suka agak nggateli gimana gitu kalau sama si Karam.

Oke, mungkin Bayu ada perasaan kagum sama Karam, soalnya dia ganteng tapi manis di saat yang sama, selain itu dia juga ramah, supel, cerdas, gaul, aktif di organisasi (beda sama Sandi yang nolep seperniatan sampai sumsum tulang dalam banget) dan lain sebagainya pokoknya yang bagus-bagus tuh ada di Karam.

Lagian juga, gak mungkin Bayu bakal menikung temannya sendiri.

Tapi tetap saja...

Sandi kesal. Kesal dan sebel banget kalau Bayu 'dikit-dikit Karam', 'apa-apa sambungin ke Karam'. Untung gak pernah bandingin Sandi sama Karam, bisa-bisa Sandi kena mental. Rasanya ingin Sandi ngegaplok Karam biar dia hilang saja dari peradaban, tapi kayaknya enggak mungkin. Bukan karena Sandi bakal digaplok balik oleh Hilal, kayaknya ada kemungkinan Karam bakal membumihanguskan Sandi duluan sebelum dilakukannya. Mungkin. Sangat mungkin sekali.

Kayak sekarang, Bayu bilang kalau dia gak kenal Hilal bakal ngecengin Karam. Sandi tahu Bayu cuman bercanda dan Sandi duluan yang menyebut si 'anak langit' itu.

Tapi tetap saja...

Akhirnya Sandi sampai bela-belain izin cabut dari perkumpulan. Untung topik pembahasan intinya sudah rampung, sisa imbuh-imbuh kecil yang bisalah diakalin pas pelaksanaan.

Langkah panjang Sandi terburu-buru melangkah di area kampus yang gak dibilang sepi, tapi tentunya gak seramai pas akademik pembelajaran berlangsung. Dan di saat seperti inilah, hal yang gak diduga Sandi muncul. Ah, ralat, bukan hal, melainkan seseorang datang menghampirinya begitu saja dan menyapanya tanpa diduga.

"Halo, Sandi, sendiri aja, pacar lo ke mana?"

Langkah Sandi menoleh dan cepat menoleh demi bertemu seseorang yang sudah lama gak mengusiknya—atau tepatnya, pacarnya.

Zidan tersenyum, tapi jelas itu bukan jenis senyum menyenangkan, justru buat Sandi berusaha keras menahan diri buat gak melepas tinju.

"Mau apa lagi lo?"

"Mau nyapa aja sih, habisnya lo sendiri aja. Biasanya berdua terus sama pacar."

Sandi gak menyahut. Tengah menahan kesal karena gak habis pikir juga. Ternyata 'si bangsat' ini masih ada di sekitar.

Zidan tiba-tiba tertawa pelan. "Kayaknya kalian masih pacaran ya sampai sekarang? Hm, awet juga ya. Padahal pacarannya cuman pura-pura."

Bangsat. Tangan Sandi mengepal di sisi tubuhnya menahan emosi.

Tahan, tahan... akan jadi hal yang gak bagus kalau Sandi duluan yang lepas ketika Zidan—meskipun bacotannya memang mengundang ribut—sama sekali gak bergerak dan bakal menyerang sama sekali.

"Sandi, Sandi... meskipun lo sama Bayu bareng terus, tapi gue tahu kalau hubungan kalian gak deket sama sekali di masa lalu." Zidan menatap lewat ekor matanya. "Tapi gue lihat kayaknya sekarang kalian dekaaatt banget. Romantis banget deh kayaknya. Jadi saling cinta beneran ya? Klasik banget... atau jangan-jangan—"

Zidan tersenyum miring dan sesaat dia melanjutkan ucapannya, Sandi gak gak tahan lagi.

"—lo udah main sama dia ya? Gimana? Bayu enak gak? Enak dong pastinya, kan dia—"

Undercover ╏ SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang