54

1.6K 191 39
                                    

"Sandiiii, happy birthday Sandiiii, happy birthdaaaaayyy!"

"My baby, my lover, my hubby, my cheesy, my nagging boy, happy biirrthhhdaaaayyy!"

"SELAMAT MENEMPUH HIDUP DI UMUR YANG BARUUUUU!"

"Nanti pulangnya bareng bisa gak? Besok kan—eh, maksudnya, hari ini lo berangkat pagi kan jadi gak bisa jemput gue, tapi gue mau ketemu entar siang bisa gak? Bisa dong, ya bisa lah, yakali enggak. Gue kan kaaaaangeeeennn baaangeeett. Mau ya? Ya mau lah, yakali enggak. Oke sayang? Oke!"

"Sayang, kalau udah bangun nanti langsung kabarin yak, oke? Oke! Dah, met bobo lagiiii! Mwah! Love you!"

Sandi baru sempat mengecek pesan yang masuk sehabis mandi. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk dan kumpulan voice note yang dikirim pacarnya membuatnya melupakan hawa dingin di hari yang masih terlampau pagi itu.

Dan satu hal lain yang membuatnya tersadar adalah, oh ternyata hari ini gue ultah.

Kalau gak dikirimin pesan suara begini, Sandi pasti lupa. Persisnya lebih kepada kalau Sandi lupa kalau di hari inilah tanggal kelahirannya.

Menuruti permintaan Bayu buat mengabari kalau dirinya sudah bangun, Sandi mengetikkan balasan meski 99% pacarnya pasti masih bermimpi sampai ke negeri China alias bobo. Namun di tengah kegiatannya, satu panggilan datang.

Mamah is calling

Tanpa pikir lagi, Sandi langsung menjawabnya.

"Pagi Abang, tumben udah bangun, atau baru bangun?"

"Udah bangun, enak aja, ini baru selesai mandi."

"Oh dikirain, biasanya kalau Mamah telepon hari Minggu suka gak keangkat atau baru diangkat pas udah Mamah telepon berkali-kali. Emang gak siap-siap ke gereja atau berangkatnya gak pake mandi?"

Sandi mengabaikan ucapan terakhir Mamahnya. "Ya udah nih, mumpung aku udah bangun, jadi kenapa nelepon?"

"Selamat ulang tahun yang ke dua puluh ya Sandi," kali ini Mamah berujar dengan intonasi lembut. "Semoga makin tambah pinter, makin sukses, makin sehat dan diberi rezeki yang melimpah. Semoga makin rajin juga ibadahnya ya,"

Sandi meringis tanpa suara oleh ucapan terakhir Mamahnya. "Iya, Mah, makasih."

"Ya udah, gitu aja. Belajar yang rajin ya, biar lulus tepat waktu. Inget, jangan lupa ibadah juga, sempetin ke gereja jangan enggak sama sekali—"

'Ya udah, gitu aja' itu bagaikan mukadimah karena setelahnya, perlahan Sandi menjauhkan ponselnya dan menyalakan loud speaker dan meletakkan ponselnya di kasur sementara Sandi mengganti pakaiannya.

"—kalau lagi pusing karena tugas, perasaan gak enak, dibaca Alkitab-nya. Sempetin baca, jangan nge-game mulu, nanti matanya tambah minus gimana? Ah, banyakin makan sayur sama buah juga, jangan minum es atau minuman kemasan yang aneh-aneh itu, minum air putih aja. Terus—"

Sandi mengecek bawaannya dengan barang paling penting yaitu laptop, charger, dan flashdisk. Soalnya hari ini dia ada presentasi. Tentunya semua dilakukan sambil dengan khidmat mendengarkan petuah sang Mamah yang tidak boleh disela apalagi dibantah.

"—jangan sampai lewatin makan. Vitaminnya jangan lupa diminum apalagi musim hujan gini, katanya bentar lagi UAS kan? Oh iya, nanti siang Mamah transferin uang, jangan lupa cek."

Undercover ╏ SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang