62

1.1K 148 29
                                    

Entah sudah berapa kali Sandi mondar-mandir tepat di hadapan Mamahnya tapi bersikap seolah tidak ada kepentingan apa pun ketika, tentu saja, Sandi punya kepentingan.

Dibanding dibilang kepentingan, sebetulnya lebih tepat kalau Sandi punya keinginan sih. Iya, betul, Sandi berkeinginan hendak izin untuk menemani Bayu, tapi... gimana ya... cara bilangnya...

Sebelumnya sih, sebelum tahu kalau Sandi pacaran sama Bayu, Sandi langsung asal izin dan langsung diiyakan saja oleh Mamahnya sebab Mamahnya keburu girang duluan karena Sandi gak meditasi mulu di kamar kayak gak punya teman dan emang iya.

Tapi kalau sekarang tuh, yah... haduh, pokoknya mah.

Tapi Sandi gak betul-betul sengaja mondar-mandir di hadapan Mamahnya. Sandi cuman berkeliaran seolah sengaja menampakan diri tepat di hadapan Mamahnya, berharap Mamahnya menyadari keberadaan dirinya tapi di satu sisi Sandi juga gak mau Mamahnya menyadari tingkahnya yang dianggap sangat risih sehingga bukannya ditanya 'ada apa' malah berakhir diomelin.

Biasanya Mamahnya gak peduli Sandi mau ngapain, Mamah lebih sering merhatiin adiknya dan yang lebih sering diomelin itu justru kakaknya, tapi entah kenapa akhir-akhir ini semakin Sandi beranjak dewasa, Mamahnya jadi menaruh perhatian lebih ketika Sandi sudah gak ingin diperhatikan. Alias, kenapa pedulinya gak dari dulu sih?

Akhirnya Sandi keluar dari kamar mandi, tapi gak lantas kembali ke kamarnya atau bergabung dengan Papah menonton tv di ruang tengah, juga membantu kakaknya yang sedang menyiram tanaman di pekarangan yang biasanya itu dilakukan ART mereka atau Papah, tapi lantaran Keluarga Bintara lengkap di rumah, tentu saja sumber daya manusia yang ada harus digunakan semaksimal mungkin.

Lagian juga memang ART-nya diberi jatah libur sih tiap natal sampai tahun baru.

Oke, kembali pada Sandi yang setelah dari kamar mandi itu gak kembali ke kamar dan malah nangkring di pintu mengarah dapur. Memperhatikan Mamahnya yang sedang memotong buah untuk dijadikan jus.

Sampai buahnya diblender hingga jadi cairan jus, Sandi masih bergeming dan sedetik kemudian akhirnya beranjak pergi.

Jus dituang ke dalam gelas. Mamah hendak menyuguhkannya untuk suami dan putri sulungnya di ruang tengah dan mengantarkan jatah buat dua anak lelakinya ke kamar sampai si anak tengah tiba-tiba muncul ketika Mamah tepat keluar dari dapur.

"Bunda bapa kami!" Mamah terkejut nyaris menjatuhkan nampan berisi gelas jus, namun untungnya Sandi langsung menahannya.

"Abang tuh bikin kaget aja, masih pagi juga!"

Sandi meringis. "Maap, Mah."

Langsung saja Sandi mengambilalih nampan berisi jus dan membawanya ke ruang tengah, bertepatan dengan Sherly masuk.

"Lah, tumben banget kamu pagi-pagi bantuin Mamah." celetuk Sherly, "Pasti ada maunya nih."

Sandi gak menyahut, padahal gelas jusnya hampir merosot dari pegangannya.

Di saat yang sama, Sona melenggang keluar dari kamar.

"Dek, jus nih." tunjuk Papah.

Sona cuman mengangguk singkat sebelum melenggang menuju kamar mandi sambil menggosok kelopak matanya, mau cuci muka. Iya, dia baru bangun.

"Abang tumben banget pagi-pagi udah keluar kamar." Papah berujar ketika Sandi hendak beranjak kembali ke dapur.

"Udah kubilang pasti ada maunya," Sherly menyahut duluan sebelum Sandi menjawab. Matanya melirik adiknya dengan meledek. "Kalau punya pacar mah pengen ketemu terus ya, San?"

Sandi melotot. Nyaris melayangkan nampan kayu di genggamannya ke muka kakaknya yang malah ngakak dengan nyebelin.

"Mau kemana lagi, toh? Mbok ya sekali-kali kumpul sama keluarga mumpung kakakmu juga pulang, ketemu ayang kan iso besok-besok lagi."

Undercover ╏ SooGyu ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora