36

2K 233 153
                                    

Sandi bingung antara harus menaruh lagi makanannya ke meja parasmanan terus nyamperin Bayu dan menarik pacarnya pergi dari sana atau mending nonjok muka mantan Ketosnya dulu, baru bawa Bayu pergi menjauh.

Opsi mana pun kayaknya sangat enggak mungkin direalisasikan karena Sandi malu, tapi cemburu, tapi gak berani karena minder sama si Ketos, dan juga—apa-apaan sih main tarik-tarikan segala? Emangnya ini drama kitatv?

Tapi yang lebih penting lagi tuh, ARGH, SIAPA SIH NAMA MANTAN KETUA OSISNYA ITU? KENAPA DI SAAT BEGINI SANDI MALAH IKAN.

Pada akhirnya, Sandi gak jadi nyamperin, cuman ngelihatin keduanya dari jarak jauh sambil makan.

Tapi tololnya Sandi gak sadar kalau dia bukan sekadar ngelihatin, tapi dia MELOTOT dan siapa pun bisa sadar kalau Sandi lagi melototin 'apa', tepatnya 'siapa'.

"Eh, Sandi, eh!" tiba-tiba saja ada dua orang cowok nyamperin Sandi. "Beneran kata lo, dia beneran dateng, Nan!" seru yang lebih tinggi ke temannya yang menyeringai sambil digebuk pundaknya.

Kekagetan Sandi gak berlama-lama, dia natap kedua orang itu dengan malas dan melengos. "Ardian, Jinan."

"Hadir!"

Sandi mendengus.

Mereka itu dulunya teman sekelas Sandi pas SMA dan entah takdir atau memang gurunya iseng, keduanya selalu sekelas sama Sandi.

Keduanya mungkin bisa dibilang salah satu teman dekat Sandi, tapi kayaknya gak juga. Sandi mau anggap mereka teman tapi mereka itu kampret banget.

"Makan mulu si Bapak! Pacarnya lagi nostalgia sama mantannya cuman dilihatin?" celetuk Ardian.

Sandi keselek.

"Gak dilihatin doang itu Ar, dalam hatinya lagi rapal 1001 mantra nyantet orang." Jinan ikutan menimpal. "Tepatnya nyantet si Jenar."

Sandi tersedak sampai terbatuk. Sementara keduanya cuman nyengir. Sama kayak Bayu, mereka juga gak takut dipelototin Sandi. Soalnya mereka tahu Sandi aslinya cupabs alias cupu abies.

Selain Sandinya cupu, merekanya juga kampret. Udah dibilangin juga kan?

"Muka lo seperti menyiratkan, kenapa kita tahu lo pacaran sama Bayu? Yaelah, Bapak! Emangnya kita gak punya teknologi namanya Instagram? Meskipun gue yakin lo kalau bikin snap pasti close friends, terus kita kagak dimasukin, iye kan, Nan?"

"Betul itu." Jinan mengangguk dengan mimik muka sok sedih laiknya audiens yang setuju dengan sang motivator.

"Untungnya yang punya teknologi tersebut bukan cuman elo, pacar lo juga punya Instagram. Meskipun dia jaraaaangg banget update, tapiiiii karena kita gabut, kita stalk teman-temannya yang sesekali menampilkan kegiatan lo berdua. Iye kan, Nan?!"

"Betul itu!"

Sandi gak tahu mau ngomong apalagi selain: tolol.

"Tapi lupain aja, sekarang ke topik yang lebih penting." Jinan merangkul Sandi dan menatap—sok—serius. "Sumpah lo San, dari dulu dan kelihatannya jelas sampai sekarang, lo kalau bete kelihatan banget tapi gak pernah mau bilang. Kayak sekarang ini. Gue tahu keinginan terdalam elo pengen ngacak-ngacakin mukanya Jenar sekarang. Iya kan? Iya kan? Iyalah, yakali enggak! Sohib yang gak lo anggap ini sangat mengerti, bray!"

"...."

"Hajar aja udah si Jenar buruan! Badan lo jauh gede sama dia!" Ardian ikut kompor.

"...."

"Tapi kayaknya kalau gitu gak bisa sih, Ar. Secara badan gedenya Sandi ini isinya lemak jenuh yang elastis. Jenar pernah ikut taekwondo, kalu digeprek sekali pasti Sandi yang langsung mleyot."

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now