53

1.2K 150 15
                                    

Ternyata definisi 'kambing' di chapter sebelumnya enggak seharusnya ditujukan untuk Bayu seperti yang Hilal serukan.

Melainkan buat dua orang yang sejak memasuki mall gandengan terus kayak orang mau nyebrang jalan. Padahal tadi Hilal sama Karam bawa motor sendiri-sendiri sudah kayak mau arak-arakan, tapi pas memasuki mall, itu dua orang malah nempelan rapet banget. Lem Fox putih saja kalah rapet sama mereka.

Bayu gak merhatiin juga sih, soalnya dia berjalan dua langkah di depan mereka. Tapi masalahnya ini kupingnya yang gatal.

"Ini gelang kayaknya cocok buat kamu deh."

"Lucu sih, modelnya simpel—eh, ada warna lain ternyata. Kalau kamu pakai yang biru, terus aku yang item, jadi couple-an."

"Tapi aku sering di-lab, gak bisa pakai banyak aksesoris."

"Iya sih ya, yah..."

"Semalem aku lihat ada casing hp, bisa custom gitu. Kalau couple-an sama kamu kayaknya bagus."

"Oh ya? Lihat di mana? Coba aku lihat—"

Casing hape couple-an beli yang bening juga couple-an sama sejuta umat. Bayu julid dalam hati sambil tak lupa mengatai Hilal 'kambing'.

Demi saus barbeque, pada akhirnya Hilal dan Karam jadi objek yang gak berguna sama sekali selain jadi ojek gratis. Mana yang katanya mau bantu milih hadiah, hah? Mana coba? MANA, BAYU TANYA.

Gak ada, soalnya yang ada cuman dua orang pacaran sambil pegang barang ini-itu tapi dibeli kagak—yah, kalau yang ini Bayu juga sih, buktinya sekarang dia lagi mengembalikan lampu meja ke rak pajangan dengan perlahan, takut lecet gan.

Bayu beralih menatap kedua orang 'pengikutnya' yang kini mojok sambil fokus melihati ponsel Karam bersama Hilal. Mungkin masih lihatin casing yang dibilang tadi, yah, bodo amatlah.

"Oh, udah ketemu?" Hilal sadar duluan.

Bayu menggeleng.

"Mau lihat ke tempat lain?"

Bayu mengangguk.

Lantas ketiganya melipir ke tempat lain, tapi mereka cuman berakhir melihat-lihat dan keluar lagi. Mulai dari baju, sepatu, jam tangan, aksesoris, dan lain sebagainya.

"Udah makanya kan gue bilang lo kadoin Fiesta aja." celetuk Hilal sambil mengunyah churros yang sempat dibelinya.

Bayu mendelik. "Gue lagi gak pengen bercanda."

Hilal gak menyahut, tetap anteng mengunyah churros yang tinggal segigit.

"Eh, mampir ke gramed dulu yuk," ajak Karam.

"Bay, kita ke lantai dua ya." kata Hilal.

"Lah, kenapa gue ditinggal?"

"Ya soalnya di lantai dua isinya buku doang, kalau di lantai satu kan banyak barang. Emang lo mau ngadoin Sandi buku? Jangan Bay, entar dia makin pinter, nanti lo makin minder."

"Maksud lo, gue bego?!"

Berakhir Hilal diseruduk Bayu.

Akhirnya ketiganya di lantai dua khusus buku-buku. Ngider masing-masing karena Bayu coba cari buku yang mungkin bakal Sandi suka, sedangkan Hilal gak bakal ngerti buku yang dicari Karam jadi pilih ngacir ke bagian fiksi.

"Mending gue kasih buku apaan ya? Kalau gue lihat di kosan dia punya buku si Bodo Amat itu," Bayu bergumam sendiri. "Atau mending kasih buku yang sebidang sama dia? Tapi gue ngerti ini judulnya mirip-mirip, isinya juga mirip kagak sih? Tapi pengarangnya beda." Bayu mencomot salah satu buku yang langsung membuatnya melotot. Buset, mahal amat, buku tipis gini doang?

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now