06

2.5K 309 37
                                    

Feeling Bayu terdahulu sampai sekarang soal dia gak bakal cocok dengan seseorang macam Sandi, ada benarnya. Selain dulu pas pentas SD gak mau gandengan, pilihan jurusan yang berbeda, hobi sampai ekskul berbeda yang menyebabkan keduanya gak punya alasan buat saling mencari satu sama lain.

Perlu 10 menit mereka cekcok buat menentukan tempat mau ngobrol di mana, karena gak mungkin di kampus yang bisa saja ditemplokin Zidan seperti setan. Di kosan masing-masing juga mana rela dijamah, terlalu privasi. Alternatifnya tentu saja mencari tempat makan atau nongkrong kalangan kaum muda, tapi ya itu, masalahnya selera mereka saja beda.

Bayu ingin ke tempat yang sekalian dia makan supaya malamnya gak perlu keluar cari makan terus juga sekarang dia memang agak lapar, sementara Sandi ingin mereka cari ke tempat yang gak terlalu ramai supaya fokus ngobrol.

Hasilnya? Ribut.

"Ya udah, kita ke Mekdi aja!" kata Bayu.

"Apaan, gua gak mau junkfood. Muak lagian sama makanan kayak gitu."

"Ya lo gak usah makanlah, ngomong aja, biar gue sendiri yang makan."

"Enak aja, lo kenyang sendiri terus gue enggak?"

Padahal Bayu kenal Sandi jauh lebih lama daripada dia kenal Daniel atau Hilal, tapi Bayu lebih menahan diri berusaha buat gak menggetok kepala belakang teman dari SD-nya itu sepenuh jiwa dan tenaganya. Giliran mau mukul Daniel, gak usah pakai mukadimah sudah ditampol duluan.

"Ya udah, ke mini market aja dah, dibanding ribet."

"Katanya lo laper mau makan? Beli camilan doang di sana mah lu kagak kenyang."

Ini tuh tangan Bayu sudah melayang gatal tinggal mencaplok Sandi dari belakang.

Bayu sudah kadung bete jadi diam.

Pas sudah gak banyak ngomong, Sandi baru mikir kalau dia memang agak keterlaluan dan merasa bersalah. Dia baru mikir, kan Bayu yang punya masalah dan Sandi yang inisiatif mau coba membantu tapi malah kesannya Sandi yang gak ikhlas membantu dengan merumitkan segalanya.

Jadi akhirnya Sandi membelokkan motornya menuju salah satu kedai ramen. Bayu gak banyak omong lagi. Dengan muka datar dia langsung memilih makanan dan minumannya.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, Sandi memulai, "Jadi, gimana?"

"Gimana apa?"

Sandi berdehem pelan. "Lo... masih tetap digangguin si Zidan itu?"

"Menurut lo?"

"Masih."

Bayu mendelik.

"Dia ada perubahan gak? Maksudnya... jadi semakin gencar atau lebih kalem atau... masih sama?"

"Masih sama." Bayu mendesah pelan. "Lagian baru kemarin ya lo pertama kali ketemu dia dan sore tadi, apa yang lo harapkan? Tiba-tiba dia nyamperin gue dan nyulik gue gitu? Itu yang lo mau?"

"Nggak gitu..."

Bayu gak menyahut pun Sandi gak menjelaskan lebih jauh lantaran sebagian pesanan mereka diantar. Minuman dan gyoza yang langsung dimakan Bayu karena dia memang lagi selapar itu.

Atau tepatnya, mood-nya tiba-tiba anjlok seketika. Ketika dia seharusnya merelaksasikan stressnya dengan pergi nongkrong dengan teman-temannya tapi dia malah berakhir di sini. Membicarakan masalah yang sangat mengesalkan dengan orang yang sama menyebalkannya.

Bayu bukannya benci Sandi, dia cuman... kenapa ya, di antara orang-orang yang dikenal dan ditemuinya kemarin itu harus Sandi? Kenapa bukan yang lain? Kenapa bukan Tera, bahkan satpam kampus sampai salah seorang dosennya sekalian, atau siapa pun, tapi kenapa malah Sandi Bintara?

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now