21

2K 239 37
                                    

"Gue mau nanya."

"Gak buka sesi pertanyaan."

"Berat badan lo berapa?"

Kunyahan batangan Pocky dan alihan ke ruas jalan yang berlalu lalang orang-orang dan beberapa kendaraan terhenti buat menoleh malas pada cowok kelahiran Desember di hadapannya.

"Lo se-desperate itu pengen ngobrol sama gue?"

"Enggak, tapi gue penasaran."

"Keep it by yourself."

"Are you happy?"

"Beneran lo se-desperate itu?"

"Bayu,"

"...."

"Are you happy?"

"About what?"

"Your life."

"My life is nandemo nai yo." (tidak apa-apa, tapi lebih pada 'tidak apa-apa, tidak usah dipedulikan)

"Lo tahu, gak semua penonton anime itu wibu."

"Gue juga gak pernah bilang kalau gue wibu." Bayu melengos, lanjut melakukan kegiatan sebelumnya—menggigiti batang Pocky lama-lama sambil melihat entah-apa di jalanan alih-alih pacarnya.

"You always like this."

"Like, what?" Bayu melirik lewat ekor matanya.

"Keep anything, keep everything. Stand away from people who's trying into you. Pendam semua sampai kemudian pecah sendiri. Sampai orang cuman mikir 'oh bukan masalah besar' atau 'mungkin cuman salah lihat'."

"...."

"Atau, 'oh, mungkin gue gak penting tahu menurutnya, bukan siapa-siapa juga'."

"It's not like that—"

"I don't know. You never tell anything. Masalah yang gue tahu yang mengganggu elo cuman perkara Zidan dan dia bukan apa-apa sekarang."

Bayu menghela napas lantas berputar menghadap Sandi. Meneguk minuman teh dinginnya sebelum membuang napas pelan dan menatap Sandi.

"Terus, lo mau gue gimana sekarang?" tanya Bayu dengan nada tenang namun tatap matanya sedikit memohon desperate supaya apa yang diinginkan Sandi enggak seperti dugaannya.

Memang enggak seperti dugaannya, namun bukan soal tanya yang dilempar, melainkan sikap Sandi yang malah balik menatapnya lekat. Iris kelamnya seperti jauh menusuk pada milik Bayu yang sekuat diri bertahan supaya gak berpaling. Tambah alisnya yang jadi menukik tajam makin menegaskan keberadaan Sandi yang nyata di hadapannya.

Mau ke mana Bayu? Apalagi yang hendak disembunyikan? Berapa banyak yang dirahasiakan? Mau sampai kapan segala yang mengusiknya ditumpuk penuh dalam dirinya? Kapan akalnya berhenti merancangkan sandiwara demi memecah tawa?

Harus tunggu luka dulu? Harus tunggu sesak dulu? Harus tunggu terjatuh dulu? Harus tunggu seseorang berpaling dan mengulurkan tangan? Kenapa tidak mau mengayun memohon tolong duluan?

Apa yang membuatnya diam? Apa yang membuatnya abai? Seberapa besar efek yang ditimbulkan jika pecah? Kenapa harus tunggu lingkar lubang menganga lebar daripada menutup titik kecil setelunjuk tangan?

Kenapa Bayu haru sekeras kepala ini?

Tanpa ucap pun dia telah kabur. Mungkin salah Sandi yang enggak menahannya, jadi tangannya bergerak meraih satu milik Bayu yang bertumpu di meja. Digenggam dan diselip erat di antara sela jemarinya sebelum ditepis karena gak mau ditahan. Bukan gak mau persisnya, melainkan takut ditahan.

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now