67

1.1K 154 76
                                    

Nyaris Sandi terjatuh mengikuti langkah cepat Bayu menuruni tangga, terlebih lagi tangannya setia digandeng erat dalam genggam.

"Sandi udah mau pulang?" tanya Ibu melihat keduanya turun dari lantai atas.

"Mau ngomong sama Ayah." jawab Bayu yang berarti 'tidak' atas tanya Ibunya sebelumnya.

"Eh, mau ngomong apa?" Ibu menatap keduanya yang kini saling lirik sebelum Bayu menjawab lagi sambil membawa keduanya mendekat.

"Itu... Sandi mau ngajak aku main."

"Oh, boleh, ke mana—"

"Ke Anyer."

Ibu terdiam dulu sejenak.

"Ke Anyer 3 atau 4 harian, Tantenya Sandi ada vila di sana. K-kalau boleh..."

Padahal baru beberapa waktu sebelumnya Bayu nampak bersemangat seolah yakin, namun kini bahkan hanya di hadapan Ibunya, dia mendadak gugup. Kegelisahannya dapat dirasakan Sandi dari tangan mereka yang masih bersahut, di mana kedua jemarinya bergerak pelan mengusap jemari Sandi yang teruntai.

Jadi Sandi menarik Bayu pelan agar duduk di sofa dan beralih pada Ibu, kali ini Sandi yang berbicara.

"Maaf Tante, kalau diizinkan, Sandi mau minta izin buat ngajak Bayu liburan main ke Anyer. Kebetulan ada vila punya Tante saya, kakaknya Mamah di sana. Bukan vila besar sih, lebih mirip rumah biasa, tapi lumayan kalau hanya untuk menginap, makanya Sandi berencana mau ngajak Bayu main ke sana, mumpung masih liburan."

"Oh, gitu..." Ibu mengangguk mengerti. "Nanti perginya naik apa? Mobil?"

"Iya, Tante."

"Berdua aja sama Bayu? Atau bareng sama teman-teman yang lain?"

"B-berdua Tan..."

"Oh, iya..." Ibu mengangguk-angguk lagi, tapi gak lantas berkata sesuatu untuk selanjutnya membuatnya ditatap gugup oleh dua orang yang lebih muda.

"Bilang sama Ayah juga ya? Kalau Ibu sih ngizinin aja," kata Ibu lantas beliau beranjak dari tempatnya sambil berujar, "Sebentar, Ibu panggil Ayah dulu, tadi barusan banget masuk kamar sih habis ngobrol sama Pak Ujang."

"Iya, Tante." Sandi dan Bayu kompakan mengangguk, keduanya dilanda hening selain dari bunyi speaker televisi.

"San, ternyata daritadi kita gandengan." Bayu menoleh pada Sandi.

"O-oh, iya ya." Sandi menarik tangannya perlahan, bertepatan dengan Ibu yang kini kembali dengan Ayah yang kini duduk persis di tempat yang sama dengan Ibu sebelumnya.

"Iya, jadi kenapa, Nak Sandi?"

Seketika Sandi lebih dari gugup. Rasanya dia gak akan heran kalau ada keringat dingin sebesar biji jeruk menetes dari pelipisnya, meski yah, kayaknya itu terlalu berlebihan.

Lagipula Ayah Bayu masih sama seperti biasa-biasanya. Dengan mukanya yang ramah di antara ketegasan dan garis menua di wajahnya. Figur yang di beberapa bagian mirip dengan Bayu, namun lebih dewasa dan tegas. Ada lesung pipi tunggal di satu sisi wajahnya, itu yang paling kentara tercetak pada replikanya.

Sandi berdehem pelan, menjelaskan hal yang sama seperti pada Ibunya Bayu.

"Perginya berapa hari?"

"Tiga atau empat hari mungkin, Om." Sandi melirik Bayu di sebelahnya. "Tergantung juga sama Bayu-nya."

"Emang kamu maunya berapa lama, Bayu?" Ayah turut menatap Bayu.

"Ngh, yah... kalau boleh sih... empat hari...?" Bayu melirik Ayahnya gugup.

Undercover ╏ SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang