TL 49 - Sedekah

2.7K 177 10
                                    

Saat kau berani menukar hidupmu, maka tukarlah dengan kebahagiaan.~Author

"Berani sekali kau merendahkan putraku. Bukankah dia sudah berusaha memperlakukanmu dengan sangat baik?" Dewinta mendekati Dira dan akan menampar Dira. Namun tangannya itu dipegang oleh Dira.

"Nyonya, aku mohon padamu, jangan sampai membuatku melewati batas kesopanan yang bisa aku toleransi." Dira membuang tangan Dewinta.

"Apa perkataanmu dari tadi bisa ditoleransi? Kau bahkan tidak menghormati pria yang kau sebut suami." Dewinta memarahi Dira. "Aku bisa membawamu ke jalur hukum atas perbuatanmu." Ancam Dewinta.

"Aku yang akan menjadi benteng pertama yang akan melindunginya mbak." Pak Ahmad mengejutkan semua orang.

"Papa?" Alea melongo tidak percaya.

Mbak Aku mohon tenanglah dulu." Pak Ahmad mencoba menetralisir.

"Papa, apa yang papa lakukan. Apakah papa berusaha menghancurkan pernikahanku?" Alea tidak percaya.

"Alea, papa tidak ingin mendengar dan melihat sesuatu hanya sebelah saja. Papa perlu mendengarnya juga darimu. Apa yang kamu inginkan Nak?" Pak Ahmad mendekati Alea.

"Papa, bukankah papa tau bahwa aku dan Mas Ardhan telah memiliki Alan. Kami tidak perlu yang lain. Bukankah Alan adalah harapan kita semua." Alea menatap putranya.

"Dan bayi Dira?" Pak Ahmad mencoba memberi tau.

"Bukankah dia yang pergi sebelum bayi itu lahir? Berarti dia telah mengingkari kesepakatan kita?" Alea membela diri.

"Aku pergi karena kau tidak memerlukan aku lagi mbak. Bahkan aku pergi sebelum aku memberi tau aku hamil." Dira tidak mau kalah.

"Aku sudah banyak memberimu Dira. Kompensasi yang bahkan lebih dari yang kau bayangkan. Tapi kau merusak rumah tanggaku dengan mendekati Mas Ardhan." Alea tetap membela diri.

"Aku tidak pernah mendekati suamimu mbak. Bahkan aku diam membawa bayiku, sampai dia datang dan menjadikan aku seorang penjahat dalam rumah tanggamu mbak. Dan bukan hanya kau, semua orang disini yang bertanggung jawab atas kejahatan yang aku lakukan." Dira mendekati Ismail.

"Jika kau menepati kesepakatan, semua tidak akan terjadi." Alea menuduh Dira.

"Tuan, kenapa kau selalu diam? Kau akan membela siapa? Pasti dirinya bukan?" Dira mendekati Ardhan.

"Aku yang mendekatinya Alea. Aku memiliki putra darinya." Ardhan sangat gagap.

"Aku sudah memberikan banyak Dira padamu. Bahkan lebih, kenapa kau berbuat seperti ini padaku. Baik..."ucapan Alea menusuk hati Dira. Namun segera dipotong oleh Dira.

"Semua itu sedekah mbak. Tapi kau belum memberiku hak yang seharusnya ku dapatkan. Aku perlu hak ku, bukan sedekah darimu." Dira membuka map besar dari tas bayinya.

"Ini bukti apa yang kau mau dariku mbak. Aku sudah melakukannya. Tapi beberapa waktu terakhir, kau memperlakukan aku lebih dari yang kau sepakati." Dira memberikan beberapa surat Alea dan beberapa bukti lain kepada Dewinta.

"Ini hanya fotokopi." Dewinta meremehkan.

"Untuk apa aku menyerahkan aslinya Nyonya? Jika aku tidak akan mendapatkan apa yang menjadi hak ku?" Dira tersenyum mengejek.

"Aku akan memberimu sebanyak yang kau mau, lebih besar dari Alea!" Dewinta memelototi Dira, namun Dira hanya tersenyum.

"Baik nyonya, menantumu tidak bisa memberikannya, namun Nyonya berjanji akan memberiku lebih banyak bukan?" Dira melirik Alea.

"Pasti!" Sombongnya Dewinta.

"Jadikan suami Nyonya Alea Ahmad menjadi suamiku, jadikan dia ayah dari putraku dan berikan aku kehormatan yang tinggi dengan menjadikanku satu-satunya istri dari Tuan Ardhan Dwijaya Dirgantara yang terhormat." Dira berkata lantang dan sangat tegas.

Jika aku jadi Dira aku aku rebut suaminya..

Terlalu LelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang