TL 38 - Tanggung Jawabmu!!

4.9K 248 12
                                    

"Silahkan masuk tuan, dan silahkan duduk. Aku akan mengambilkan air untukmu." Dira mempersilahkan pria itu masuk ke dalam kontrakannya yang baru ia tempati hari ini. Kemudian ia masuk ke dalam sambil mengunci pintu kamar dimana anaknya tertidur pulas.

Tak lama kemudian ia membawa dua gelas air minum kemasan beserta satu plastik. Dengan penuh keberanian, ia menatap pria itu walau air matanya mengalir.

"Aku kesini untuk mengajakmu hidup dengan layak beserta putramu." Pria itu mencoba meyakinkan kembali.

"Maaf Tuan Ardhan aku tidak bisa mengikutimu. Aku tidak ingin merusak hubungan siapa pun." Dira menatap sendu pria itu.

"Kenapa?" Ardhan menatapnya dengan antusias.

"Dengan kau menyebut dia putraku, artinya hanya aku yang bisa menentukan jalan hidupnya." Dira menatap mata pria itu.

Telak. Satu kalimat yang membungkam seluruh rangkaian kata yang telah ia susun sepenjang perjalanan menuju rumah Dira. Ia kemudian memutar otak untuk meyakinkan wanita itu.

"Bagaimana aku berani menyebut dia putraku, saat aku tau kau begitu marah kepadaku. Aku ingin melindungi kalian." Ardhan melembutkan perkataanya.

Dira begitu tersentuh, saat pria itu bisa lembut kepadanya, mengoyak segala amarah nya saat terakhir bertemu dengan dirinya.

"Apa tuan kesini untuk mengambilnya?" Dira menundukkan kepalanya dan air matanya terus mengalir deras.

"Tidak tuan, anda tidak bisa mengambilnya, nyonya tidak memerlukannya lagi. Dan ini tuan, sisa uang yang nyonya berikan kepada kami." Dira mengeluarkan keresek hitam dari balik kursi yang ia duduki. Kemudian ia membuka ikatan kantong itu.

"Saya akui, saya memang bersalah, mau menjual rahim saya. Dan saya juga salah membawa bayi ini pergi. Tapi tuan juga harus tau, hak apa yang saya miliki setelah tuan membaca semua ini." Dira menyerahkan sebuah amplop.

Ardhan membacanya, ia tak sanggup berkata apa-apa lagi dengan semua yang diberikan Dira. Surat yang memberikan kenyataan bahwa Alea telah memberikan uang untuk pembatalan kontrak mereka, beserta kompensasi untuk Dira.

"Saya hanya mengambil seperlunya, jika tuan menganggap ini hutang, tolong beri saya waktu untuk membayar semua angsurannya semampu saya."

🌱🌱🌱🌱🌱

"Alea, kenapa kau berubah?" Ardhan bertanya dengan suara pelan namum berhasil membuat Alea begitu ketakutan.

"Kau tau? Apa yang kau lakukan telah mencoreng nama baik keluarga kita. Bagaimana aku menghadapi semuanya? Ibuku, temanku dan dunia?" Ardhan menangis.

Alea hanya bisa menundukkan kepalanya. Sindrom baby blues yang tak ia sadari dan tidak ia obatkan, membawa petaka besar dalam hidupnya.

Belum lagi, surat panggilan pengadilan untuk kasus pernikahan kedua Ardhan. Ardhan menyugar rambutnya dengan kasar, memandang wajah cantik Alea dan beralih ke foto pernikahan mereka.

"Aku hanya melakukan apa yang benar untuk jalan hidupku. Aku tidak ingin kehilanganmu." Alea menunduk dan tersedu.

"Kau tau rasanya menjadi aku? Wanita yang hampir kehilangan segalanya, aku harus kehilangan mimpiku menjadi ibu dari anakmu mas." Alea bersimpuh di kaki Ardhan.

"Kau tau, bayangan apa yang menyelinap disetiap malamku? Aku akan kehilanganmu karena kamu akan meninggalkanku, wanita yang tidak sempurna, wanita yang tidak bisa memberimu putra." Alea tersedu.

"Apa kau juga tau isi hatiku, aku juga tidak ingin melakukan semua ini. Aku hanya berharap kau memiliki darah dagingmu sendiri meski rasanya sakit, saat aku harus memberikan semua itu kepada wanita lain. Dan aku juga harus merelakan perasaanmu padanya. Dia wanita yang lebih sempurna dari diriku." Alea memukul dadanya yang sangat sesak.

"Aku menerima dirimu dengan segala kekuranganmu Alea." Ardhan berjongkok dan memegang kedua lengan Alea.

"Apa cintaku itu tidak cukup bagimu?" Ardhan menatap Alea yang terus menunduk dan menangis.

Alea menatap mata Ardhan, menelisik kedalam mata pria itu. Mata yang dipenuhi oleh amarah, kekecewaan bercampur dengan kecemasan dan cinta yang mendalam.

"Waktu, hanya waktu yang mampu menjawab semua itu mas. Seandainya sampai saat ini aku belum melahirkan putraku, dan kau memiliki putra darinya, apa kau mampu memisahkan dia dengan bayinya? Dan mampukah engkau tidak jatuh hati pada segala kebaikannya?

Terlalu LelahWhere stories live. Discover now