TL 6-Arti dari kenyataan

5.5K 275 4
                                    

Hari telah pagi, kamar Dira kacau balau seperti kehidupan barunya semalam. Rasa sakit menyerang inti kewanitaannya beserta seluruh tubuhnya.

Apa yang salah dalam dirinya, sehingga suaminya memasukinya dengan sangat kasar. Tak ada perkataan manis seperti pengantin baru dimalam pertamanya. Yang ada hanya hinaan, bahkan lebih terhormat wanita penghibur yang dibeli oleh pengunjungnya.

Pemerkosaan. Tepat!! Karena semua serba pemaksaan dan penyiksaan. Ia merasa harga dirinya sebagai wanita hancur saat ia dijebak dalam situasi yang sebenarnya bisa mudah jika keluarga Ahmad mau meminjamkan uangnya tanpa syarat seburuk ini.

Dengan tertatih sang empu kamar berantakan ini bangun dari tempat tidurnya, kemudian membuka gorden jendela kamar, berharap sinar mentari mampu menghangatkan hatinya kembali.

Sebuah pemandangan yang menarik. Sepasang suami istri saling melepas rangkulan karena sang suami akan pergi bekerja seperti biasanya. Romantis sekali, berbanding terbalik saat sang lelaki berada di dalam rumah yang dirinya tempati.

Buliran bening lolos mengalir di pipi sang istri muda. Airmata kesedihan, penyesalan dan ketakutan yang keluar dari sudut matanya.

"Kenapa, aku jatuh terlalu dalam pesonamu?" Kalimat penyesalan yang dalam keluar dari mulut Dira.

"Jika waktu bisa kuulang kembali, aku ingin menjadi orang yang tak pernah bertemu dengan mu."

🌱🌱🌱🌱🌱🌱

"Dira buka pintunya." Sebuah ketukan membabi buta memaksa Dira bangun dari tidurnya. Ia segera membuka pintu kamarnya.

"Selamat malam tuan, apakah ada yang bisa saya bantu?" Dira ketakutan melihat Ardhan telah berdiri didepannya menggunakan kaos dan celana pendek menunjukkan kegagahan tubuhnya.

"Aku ingin membuat anak. Apalagi?" Ardhan masuk kedalam kamar. "Dasar gadis bodoh." Umpatnya sambil menaiki tempat tidur.

"Maafkan saya tuan, saya tau saya lancang berbicara. Tapi saya bukan pelacur yang bisa anda perlakukan sesuka tuan." Dira ketakutan dan menundukkan kepalanya.

"Bukankah kau telah menjualnya kepada mertuaku pada hari itu? Apa kau sudah lupa?" Ardhan tersenyum dingin dan mengejek.

Telak. Tak ada alasan untuk membalas perkataanya barusan. Dira hanya bisa tertunduk lesu.

"Tapi saya juga seorang manusia. Dan seorang istri." Dira semakin ketakutan .

"Jika kau manusia, kau pasti bisa berpikir dan berusaha keras menolak tawaran itu bukan? Dan tentang seorang istri, bukankah aku yang menginginkannya, tapi Alea. Perempuan sempurna yang menjadi istriku."

"Jika tuan membeli saya, apakah saya tidak berhak mendapat perlakuan yg baik sebagai barang yang sudah dibeli?" Dira mencoba mencari celah agar Ardhan bisa lembut seperti orang yang diketahuinya.

"Apakah sesorang membeli sebidang tanah dia pasti mendirikan rumah ditempat itu? Belum tentu bukan? Bisa jadi tanah itu dijadikan lahan membuang sampah bukan? Dan aku memilih tanah itu untuk tempat mebuang sampah." Jawaban Ardhan yang telak membuat Dira mati kutu.

"Aku,,, kesalahan terbesarku adalah aku jatuh hati padamu mas.." Dira terisak lirih.

*Hola gaes.. silahkan vote dan follow cerita ini ya..

Maafkan saya yang baru bisa update..

Terlalu LelahWhere stories live. Discover now