TL 12- Bisakah?

4.7K 241 3
                                    

*jangan lupa vote, komen dan follow akun mb thor yah.. biar tambah semangat ngeluarin episodenya.. buat yg udah vote,, terima kasih...

Hujan kan berhenti
Selamat datang kau pelangi
Ini hanya sepenggal kisah
Tentangku tentangmu dan dirinya..
Takkan terlupa..
Seperti biasa..
~evo "Terlalu Lelah"

Lagu itu menemani hujan sore ini. Langit seolah mengerti rasa dihati Dira. Hati yang terenyuh diiringi dengan kebingungan.

Galau. Satu kata yang mewakili seluruh isi hati. Bagaimana tidak, pagi ini dokter memvonisnya hamil. Hamil!

Ia seharusnya senang, harusnya bahagia, seluruh hutang dan jerat jebakan pada dirinya akan segera berakhir. Namun sebuah perasaan yang lain mulai hinggap.

Sedikit bahagia, hamil dari pria yang dikaguminya. Dan menjadi ibu dari anak pria itu. Namun rasa perih juga hadir, mengingat bahwa anak yang ada diperutnya akan terlahir tanpa mengetahui bahwa ia lah ibunya.

"Mba Dira... Ada surat untuk mbak." Salah satu pelayan rumah Ardhan menyelinap masuk ke rumahnya.

"Surat?" Tanyanya kaget. "Dari siapa?"  Ia heran dan terkejut, dijaman yang super canggih ini, selembar atau bahkan mungkin dua lembar kertas atau lebih masih digunakan untuk mengirim pesan.

"Kata pak satpam, dari Tuan Ahmad. Saya pamit mbak." Pelayan itu meninggalkan rumah Dira.

Kepada
Yth. Indira Trisha

Salam,

Semoga Tuhan selalu merahmatimu. Aku sengaja menulis surat ini, agar tidak ada orang yang mengetahui apa isi pesan yang ingin aku sampaikan.

Aku berharap padamu,, dua bulan kedepan engkau akan memberikan kabar terbaik untuk putriku Alea.

Namun aku berharap agar engkau memberi tahuku terlebih dahulu sebelum engkau mengabarinya.

Dan satu hal lagi, aku berharap padamu bahwa engkau tidak menghibungi Ardhan atau Alea, karena keduanya sedang sibuk untuk menyelesaikan bisnis di Singapura.

Terima kasih,
Salam

Ahmad

Telak. Siapa yang bisa memberinya hak untuk mengabari berita bahagia ini kepada sang suami, selain si pemilik uang yang telah membeli rahimnya.

Dielusnya perut yang masih rata itu. Tiba-tiba Dira merasakan mual, padahal hari telah sore, ia segera mencari minyak kayu putih, namun tak kunjung reda dan malah bertambah.

Dira merangkak ke atas kasur. Ia mencium aroma keringat Ardhan dibantalnya, namun keanehan terjadi, rasa mual itu malah berangsur menghilang.

"Sanggupkah aku seperti ini sendiri? Sementara aku merindumu." Dira menitikkan airmata sambil mengelus perut ratanya.

Terlalu LelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang