TL 50 - Apa Bisa?

3.2K 190 9
                                    

Tidak ada hadiah yang terindah selain sesuatu hal yang membahagiakan untuk pemberi dan penerima~Author

Semua orang terdiam dengan permintaan Dira. Tidak ada yang mampu menerima atau menolak permintaan yang sangat berat untuk semua hubungan.

Dira segera mengemasi dokumen yang dijatuhkan Dewinta yang terngaga dengan permintaan Dira. Kemudian ia mulai menggendong Ardi yang mulai terbangun dan mulai merengek.

"Tidak ada kan yang bisa memberi hak saya? Lalu untuk apa saya diundang kesini jika akhirnya hanya ingin mempermalukan saya." Dira mulai terisak.

"Dira, Bapak mohon tenanglah sejenak. Sudah saatnya bapak yang berbicara disini." Pak Ahmad memberi kursi untuk Dira agar mudah memberi asi perah untuk Ardi. Dan Dira pun menurut.

"Bapak tau Nak. Bapak dan Alea sudah membuat kesalahan yang besar dalam hidupmu. Ijinkan orang tua ini memperbaiki kesalahan itu. Mohon maafkan kami." Pak Ahmad menundukkan kepalanya, tak kuasa menatap mata Dira.

"Papa... Dira, apa kau tak punya rasa malu membuat orang tua seperti ini." Alea mendekati Ayahnya. Dira hanya bisa fokus menyusui Ardi.

"Alea diamlah. Jika seorang anak membuat kesalahan, maka orang tuanya memiliki kewajiban menegur mereka." Pak Ahmad memeluk Alea.

"Alea, semua ini memang berat, papa pun tidak bisa membayangkan diri papa sebagai Ardhan mau pun Dira. Kau harus berbesar hati Nak. Menerima segala resiko yang ditimbulkan dari kesepakatan yang kau ingkari." Pak Ahmad mulai terisak.

"Alea, seandainya Dira adalah putri papa, maka papa sudah pasti akan membunuh siapapun yang sudah merusak hidupnya. Dan sekarang, papa ingin memperbaiki semua itu." Pak Ahmad semakin erat memeluk putrinya yang menagis tersedu-sedu.

"Bagaimana dengan dirimu Ardhan" Dewinta menanyai putrinya.

"Aku adalah korban ma. Aku tidak memiliki akses untuk melawan atau pun menangkis serangan. Aku akui, aku juga salah ma! Aku terbutakan cintaku pada Alea! Dan aku menuruti semua permintaanya." Ardhan menatap Alea dengan berkaca-kaca.

"Lalu pada Dira? " Dewinta mulai memahami semua.

"Aku juga jatuh hati pada pesonanya Ma! Dia adalah gadis yang sangat tangguh. Alea tidak pernah salah memilih ibu pengganti untuk dirinya. Aku akui Ma! Aku mencintainya." Ardhan mengelap ingusnya yang ikut keluar.

Hati Alea hancur berkeping-keping mendengar perkataan Ardhan barusan. Dunianya terasa runtuh seketika. Ia melipat bibirnya, menahan perih yang teramat dalam. Badai telah meruntuhkan kokohnya bahtera pernikahan mereka.

"Dan kau Alea?" Dewinta meminta penjelasan.

"Aku sangat mencintai Mas Ardhan. Aku akui aku jahat! Akulah monster dalam kisahku. Akulah si pesakitan yang berharap kesembuhan. Aku tidak pernah berpikir akan sejahat ini dengan membuat hidup orang lain menderita. Sebelum memiliki Alan, apa kalian tau betapa hampanya hidupku. Hatiku sangat merindukan malaikat kecil yang melengkapi kebahagiaan antara aku dan Mas Ardhan. Apa kalian pernah meraskan betapa cemburunya aku melihat orang lain bisa berbicara, bersenandung dan berbagi apapun pada anak mereka? Aku selalu memendamnya dalam diam. Berharap Tuhan akan memberi hadiah yang sangat aku dambakan. Dan apakah kalian tau, betapa hancur hidupku saat dokter mengatakan, bahwa kemungkinan kehamilanku tidak lebih dari satu persen. Dan jika aku ingin punya anak, aku harus menggunakan rahim orang lain, bahkan membagikan suamiku pada orang lain." Alea terbata sambil menangis tersedu-sedu.

"Lalu setelah kau punya Alan?" Pak Ahmad mencari jawaban atas pertanyaannya.

"Aku sudah memiliki dunia yang dihadiahkan Tuhan padaku. Dan tidak ada kabar sedikitpun dari Dira." Alea terisak.

"Semua memang salah papa Nak. Papalah yang menyembunyikan kehamilan Dira sampai kalian kembali dari singapur." Pak Ahmad terbata dan menangis.

"Ardhan, lalu apa yang ingin kamu lakukan?" Pak Ahmad menanyai Ardhan.

"Saya ingin meresmikan pernikahan saya dan Dira. Mungkin akan menyakiti Alea, tapi itulah semestinya yang harus saya lakukan." Ardhan mendekati Dira.

"Aku tidak akan pernah menerima jika kamu menjadikannya madu dalam rumah tangga kita Mas!"

Sepertinya akan the end cerita ini. Eh belum dink.. kan belum ada jawaban dari Dira. Xixixii

Terlalu LelahWhere stories live. Discover now