TL 23 - Dia dan Aku

4.9K 261 3
                                    

*) Dia. Semoga dapet feelnya yaa...Biar Feelnya dapet, silahkan dengar lagu Evo Band dengan judul Dia dan Aku,, silahkan vote dan follow akun author ya..karena vote dan jika kakak² semua memfollow, author akan lebih semangat lagi menulis.

Ismail Pov

"Hai gadis manis. Yuk jalan-jalan." Aku turun dari motor sportku.

"Hamil gedhe begah naik begitu." Dira begitu terlihat dengan riasan khas remaja tanpa make up, hanya berbedak bayi tipis ditambah rambut dikuncir kuda dibelakang.

Siapapun pasti suka memandang gadis ini. Gadis sederhana dan rendah hati. Parasnya cantik dan teduh. Kulitnya putih dan berambut lurus. Siapapun jika melihatnya pasti akan jatuh hati. Senyumnya manis dan dia ramah kepada siapapun.

"Oh iya, gimana kalo kita jalan aja keujung gang, kita cari taksi." Aku begitu terpesona dengan gadis hamil ini.

"Jalan-jalan kok naik taksi. Emang mau kemana sih mas?" Dira menaikkan alisnya tanda penasaran.

" Nyenengin kamu dan baby A donk." Ismail menggandeng tangan Dira dan mengajaknya jalan.

"Eh, Baby A" Dira meringis teringat nama pemilik benih dirahimnya juga berawalan huruf A.

"Ngga Suka? Kalo ngga aku panggil Baby Dee Deh.. kepanjangannya dari Dirgantara." Kuusap poni Dira dengan gemas.

Dira menarik bibirnya dan salah tingkah dengan perkataan Ismail. Wajahnya memerah dan ia sedikit tersipu mendengar nama Dirgantara. Namun tak berapa lama wajahnya terkejut dengan memori ingatannya tentang kata Dirgantara.

"Bisa ganti nggak?" Dira melipat bibirnya tanda tak nyaman.

Jujur, aku tertarik dengan gadis ini. Aku selalu tersenyum sendiri melihat tingkah dan emosinya yang naik turun.

Aku mendampinginya sejak beberapa bulan lalu. Aku mengantarnya kemana pun dia mau. Meembelikan dia makanan apapun yang dia inginkan. Memang aku akui kehamilannya tidak membuat siapapun repot. Dia selalu menerima apapun pemberian orang lain.

Aku suka mendengar dia tertawa bersama beberapa perempuan di yayasan milik Bu Gita. Tertawa lepasnya kadang membuatku sulit untuk beranjak dari tempat ini walaupun pekerjaan demi pekerjaan selalu membuntutiku.

Aku tak setiap hari bisa mengunjunginya. Namun aku tak pernah absen mengawasinya setiap hari. Bahkan Bu Gita menanyai apakah aku ada rasa padanya, aku hanya bisa tersenyum dan tak berani menjawab.

Dira, gadis ini penuh teka-teki dan misteri. Ia menutup rapat apa yang ada dalam hidupnya. Saat perjumpaan kami, ia mengatakan suaminya tak menginginkan bayinya, kemudian dia mengatakan lagi bahwa ia ibu pengganti.

Aku cukup terkejut memandang gadis polos ini bahwa ia bisa bermain dalam pusaran rumitnya hidup. Aku berjanji aku ingin membantunya lepas dari hidup sulitnya ini, dan bayinya mendapat haknya yang layak.

"Mas, bengong aja,, nglihat hantu atau terpesona?" Dira menepuk bahu ku.

Aku cukup terkejut mendengar kalimatnya barusan. Aku baru kali ini mendengar dia mengatakan kalimat bercanda terlebih dahulu.

"Eh, kamu nih baper amat." Aku mencandainya.

"Gimana nggak baper mas, Mas Ismail melihatku sambil tersenyum, kemudian melipat bibir seperti gusar dan senyum lagi." Dira menarik bibirnya menampilkan senyum manisnya tanpa memperlihatkan giginya.

Deg, mukaku langsung memerah melihat seperti ini, senyumnya begitu sempurna menggambarkan kecantikannya. Tanganku terulur mendekati bahunya.

"Eh, mau ngapain sih mas?" Ia terus tersenyum dan meninggalkan aku yang hanya kikuk dengan perilakuku barusan.

*) Gimana para pembaca? Kok nggak ada yang komentar,, apakah ngga suka dengan cerita ini??

Terlalu LelahWhere stories live. Discover now