TL 36 - AKU BUKAN PELAKOR

5K 236 8
                                    

*)Gimana kabar nya gaes? Cerita ini aku akui emang berat,, perlu banyak membaca referensi agar cerita ini hidup dan mudah dipahami. Aku ingin gaes, setiap ceritaku itu mengandung pelajaran yang sangat berarti. Tapi jujur Gaes, aku bukan sarjana hukum. Jadi mohon maaf bila ada kesalahan dalam tafsir hukum Indonesia. Dan mohon yang tau hukum agama, bisa mengoreksi cerita ini. Saran dan kritik Kalian sangat berpengaruh gaes. Terima kasih.

Seluruh orang yang berada di kantor Yayasan Bawana Gita Kartika terkejut. Datangnya seorang perempuan berwajah teduh dengan kemarahan yang luar biasa. Perempuan itu menatap Dira dengan penuh kebencian yang mendalam.

"Nadia, hentikan ucapanmu Nadia." Ismail segera menyerahkan Ardi kepada Bu Gita dan mendekati perempuan yang menampar Dira tadi.

Ardhan dengan sigap menarik Dira kebelakang badannya meskipun kaki Dira sempat terbentur meja. Suasana menjadi sangat tegang dengan kehadiran perempuan bernama Nadia. Semua orang bertanya-tanya siapa perempuan ini.

Ismail segera menarik Nadia pergi, namun Nadia tetap keukeuh berdiri di ruangan itu. Ia ingin semua isi hatinya diketahui oleh semua orang.

"Hanya demi dia, kamu kehilangan pekerjaan kamu? Wanita ini adalah perebut suami orang. Dia pelakor." Nadia mengacungkan telunjuknya kepada Dira.

Sementara Ismail hanya bisa berusaha memeluknya dari belakang dan mengajaknya pergi. Namun Nadia terus mengelak.

"Aku bukan pelakor. Silahkan kamu katakan semua maumu disini. Dan kita akan tau sejauh mana kamu tau semuanya." Dira melepas pegangan tangan Ardhan dan ganti menantang Nadia.

"Aku sudah tau semuanya tentang dirimu. Kamu itu kriminal. Kasusmu itu berat. Kamu menjual rahimmu untuk pria beristri. Menjadikan anakmu sebagai komoditinya. Kau itu gadis kecil, tapi kau bisa berpolitik." Nadia terus mengacungkan jarinya.

Tangisan Dira mengering. Rasanya sudah kepalang tanggung mendengar semuanya. Kesabarannya sudah habis. Menangis pun tiada guna. Sudah saatnya ia harus tegas dengan semua ini.

"Aku, tidak ada masalah dengan dirimu. Aku tidak mengenalmu. Kenapa kau mengataiku dengan sangat buruk?" Dira mulai memelototkan matanya.

"Kau berhasil menjerat pria ini. Dan kemudian kau menjerat calon suamiku." Nadia menunjuk Ardhan kemudian Ismail.

Semua terkejut. Semua orang tak percaya bahwa Ismail memiliki calon istri yang kini sedang memarahi Dira. Ardhan mulai mengeratkan genggaman tangannya, drama macam sinetron di televisi rumahnya terlihat jelas didepannya.

"Kau seharusnya bertanya kepada Johan. Bukan kepada gadis cilik ini." Ardhan mulai mengeluarkan suaranya yang berat.

"Apa yang harus saya pertanyakan tuan. Anda begitu bodohnya, ditipu gadis ini. Ia meminta anda mengesahkan pernikahan kalian agar mendapatkan nama di akte anak kalian, sementara dia akan menikah dengan calon suami saya." Nadia terus berteriak membuat semua penghuni yayasan berkerumun diluar pintu.

"Mohon yang lain menyingkir ya, ini masalah pribadi." Pak Anton

"Saya ngga terima. Saya akan memviralkan semua ini." Nadia begitu geram.

"Nadia kami mohon jangan anda merusak nama baik keluarga Dirgantara. Ini tidak akan berdampak baik bagi siapapun." Bu Gita mulai mengahi.

"Kalian mempertimbangkan nama baik keluarga mereka, sedangkan nasib hubunganku dengan Johan? Apa kalian pernah memikirkannya?" Nadia tetap tidak terima.

"Saya tekankan kepada kamu. Saya tidak berniat menikah dengan Ismail. Ada hal yang lebih saya butuhkan daripada sekedar menikah." Dira mulai mengacungkan tangannya ke Nadia.

"Kamu tidak menikahi Johan, tapi kamu menggantungkan semua kepadanya. Dasar pelakor." Nadia begitu emosi.

"Dia istri saya, anda tidak berhak mengatakan apapun tentang dia." Ardhan membela Dira dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya.

"Johan, saya minta sama kamu, jauhkan semua ini. Saya tidak mau, ibu dari anak saya tertekan." Ardhan meminta Johan dengan nada seperti biasanya.

"Saya akan mencoba tuan." Johan memaksa Nadia keluar ruangan.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Berita begitu menggemparkan, kasus praktik ilegal yang dilakukan salah satu konglomerat di Indonesia. Penyewaan rahim yang dilakukan oleh gadis dibawah umur.

Suara tv menggema di kamar Alea Ahmad. Ia begitu was-was dengan siapa konglomerat yang dimaksud berita itu. Ia merasa tersentil dengan berita yang baru saja ia dengar.

Sementara Ardhan pusing bukan main, berita itu mulai menyebar dengan begitu cepat dan diliput besar-besaran oleh media massa. Ia akan sangat sulit membeli berita itu agar semua media menutup beritanya.

Yang menjadi masalah, berita itu begitu blur, tidak menyebut nama pelaku, namun membuat semua masyarakat begitu heboh dengan kasus penyewaan rahim yang mendadak viral tersebut.

Belum lagi, ia merasa sangat gerah dengan sikap Dira yang begitu menjauhinya. Ia sangat ingin menggendong bayi mungil yang berkulit putih dan tampan itu.

Ia merasa pusing, ia harus memberikan nama ayah untuk anaknya. Sedangkan berarti ia harus meresmikan hubungannya dengan Dira sementara hatinya takut melukai Alea.

Akankah Ardhan jujur?

Terlalu LelahWhere stories live. Discover now