TL 51- Membaca Hati

2.8K 186 12
                                    

Jika memilih bahagia dalam romansa cinta, jangan pernah mau menjadi yang kedua~ Author

Dira meninggalkan ruangan itu tanpa mengomentari sedikitpun drama antara Ardhan dan Alea. Ia tak tertarik melihat drana murahan yang hanya bisa meremukkan hatinya. Ditambah Ardi yang menjadi rewel karena hawa sekitar yang cukup tegang dan membuat nalurinya terusik.

Ismail terus berada disamping Dira dan Ardi. Menjaga dua orang yang menjadi amanat terberat dalam hidup dan hatinya. Tak dapat ia mengelak perkataan Ardhan, nyatanya pesona Dira juga mampu meluluhkan hatinya sejak awal berjumpa.

Namun ia simpan rapat-rapat rasa itu, sebab wanita yang ada disampingnya adalah istri dari majikannya yang memberinya gaji fantastis untuk bertahan hidup dan membiayai keluarganya.

"Apa kau baik-baik saja?" Ismail berusaha membantunya membawakan tas Dira.

"Seperti yang kamu lihat Mas." Dira menatap mata Ismail dengan seksama.

"Kenapa kamu menatapku?" Ismail Gugup.

"Kalian semua pembohong, tapi kenapa aku masih mempercayaimu Mas? Kamu ternyata adalah bagian dari mereka." Dira kecewa.

"Simpanlah amarahmu itu dijalan yang akan kau tempuh selanjutnya Dira." Ardhan mengikuti Dira pelan-pelan dari belakang.

"Aku suamimu Dira. Dan dia hanya pria lain yang berusaha membantumu Dira, tidak lebih dari itu." Ardhan meminta tas bayi itu. Ismail pun menyerahkan dengan suka rela.

"Aku istrimu darimana Mas?" Dira segera merebut tas itu.

"Aku datang kesini bukan untuk mempeburuk hidupku Mas! Aku hanya meminta ketenangan hidupku." Dira menatap Ardhan lekat-lekat kemudian pergi.

"Aku akan mengikutimu Dira." Ardhan tetap mengikutinya.

"Berhenti disana Mas! Aku tidak mau merusak hidupku dan hidupnya lebih dalam lagi. Ardi bukanlah aib bagiku. Dia adalah anugrah dalam kesendirian yang harus aku jalani. Ayo Mas Ismail, antar aku pulang. Aku butuh ketenangan." Dira menggandeng tangan Ismail dan mengajaknya segera pulang.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

"Menangislah Dir, jika itu membuat dirimu merasa lega." Ismail menidurkan Ardi di kamar dan memberikan teh hangat untuk Dira.

Ismail mengantar Dira pulang ke kontrakannya. Dira hari ini libur berjualan dan memutuskan untuk kerumah Ardhan sebab Ismail berkata ia akan mendapat jawaban atas kerisauan hatinya.

Dira hanya bisa terisak dalam lirih. Tak mungkin ia menangis meraung-raung layaknya bocah kecil yang tidak diberikan permen oleh orang tuanya.

"Berceritalah Dir. Aku akan berusaha menjadi pendengar yang baik untukmu." Ismail melihat Dira sambil ikut menyeruput teh nya.

"Apa yang harus aku katakan padamu Mas! Kau sudah tau semuanya." Dira mengusap air matanya.

"Jika kau sanggup, majulah dan menjadi istri muda tuan Ardhan." Ismail menahan perih hatinya.

"Aku tidak akan merusak pernikahan orang lain Mas! Aku tidak sehina itu." Dira menatap tajam Ismail.

"Kau bukan perusak rumah tangga orang lain Dira. Kau wanita terhormat. Bukankah Nyonya Alea yang menyerahkan suaminya padamu." Ismail melipat bibirnya menahan sesak dadanya.

"Apa aku akan tetap masuk ke dalam neraka yang setiap saat akan membakar ku? Kau tau Mas, betapa menyeramkannya keluarga kaya itu. Dan tidak ada kata manis satu pun yang keluar dari mulut mereka untukku. Akankah aku bisa hidup dengan tenang mas bersama Ardi yang nantinya hanya akan merusak jiwanya." Dira menatap langit-langit rumah dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Saat ini kau sudah masuk ke medan pertempuran Dir. Kau harus memilih kemenangan." Ismail menyemangati Dira.

"Kemenangan apa? Menjadi satu-satunya istri Mas Ardhan?" Dira melotot.

"Ya itu adalah cara terbaik untuk menyelamatkan hidupmu." Ismail menatap Dira dengan seksama.

"Enggak mas. Belum tentu aku bahagia menikah dengan Mas Ardhan. Dia hanya memcintai Nyonya Alea. Aku ini hanya ibu pengganti untuk anaknya Mas. Artinya ia hanya menginginkan anaknya. Bukan membutuhkan aku." Dira menatap langit-langit ruang tamu kembali.

"Dan Kau? Berarti kau single?" Ismail menarik bibirnya sedikit menunjukkan raut bahagia dalam hidup.

"Ya, tentu. Aku ibu dari Ardi. Anak yang tidak dibutuhkan mereka. Dan tanpa kesulitan, semua orang tau, ardi adalah bagian dari diruku dan Mas Ardhan. Bukan Mbak Alea. Jadi Ardi itu adalah anakku. Bukan anak Mbak Alea." Suara Dira mulai terdengar tenang.

"Hemh.. benar juga." Ismail mengangguk.

"Kalau begitu, menikahlah denganku Dir!" Ismail keceplosan. Dira begitu terkejut dan memandang Ismail dengan melotot.

Dah seru belum gaes? Kalo kalian jadi Ismail, kalian mau gimana??

Oh ya, aku punya cerita lain yang mau aku post.. kisah cinta seorang gadis sederhana dan seorang pria yang keduanya sama-sama memiliki rahasia dalam hidupnya.

Terlalu LelahWhere stories live. Discover now