TL 20 - Wulan Merindu

5.2K 297 1
                                    

*) Pastikan kakak² yang cakep udah follow author ya.. karena akan ada cerita yang ngga kalah menarik.

Dira Pov.

Rembulan yang bersinar, apakah engkau mampu memberikan sinarmu untuknya juga? Menerangi gelap dan menyingkap kabut berselimut prahara.

Rembulan, apakah engkau mampu menyampaikan rasa yang terpatri dalam jiwa. Rasa yang seharusnya tak hadir dalam jiwa dan raga.

Author Pov.

"Rembulan. Melamunkan dirinya?" Ismail duduk di tepi kursi teras rumah singgah tempat Dira bernaung.

"Entahlah mas, saya nggak tau."Dira menoleh dan menatap tajam Ismail.

"Apa kamu nggak ingin menuntut orang itu? Bu Gita bisa memberikan bantuan hukum buat kamu." Ismail menghembuskan nafasnya.

"Aku ngga yakin mas, aku ngga berani." Dira terus menatap rembulan malam.

"Kenapa?" Ismail menoleh kearah Dira dan sedikit terkejut.

"Aku ngga mau ngorbanin bayi ini mas. Lagian, aku bukan istri simpanan atau kasus pemerkosaan, tapi aku ini ibu pengganti mas." Dira menunduk dan mulai menitikkan air mata.

Ismail melotot, kemudian tepekur sambil memijat pelipisnya. Ia tak menyangka gadis disampingnya yang terlihat polos ini, nyatanya mampu membuat sebuah konspirasi besar.

"Maaf mas, aku baru bercerita itu sekarang. Tapi itulah kenyatannya." Dira menatap rembulan malam ini.

Beberapa purnama yang lalu Dira melihatnya dari rumah kecil di kompleks konglomerat Dirgantara. Purnama yang keindahannya sama dari waktu ke waktu.

"Berarti anak ini adalah anak orang kaya?"  Ismail memberanikan diri bertanya.

Dira terus menatap bulan purnama yang begitu terang, ia terus tersenyum menatap rembulan itu seakan rembulan itu juga tersenyum padanya.

Sementara Ismail, pria itu menatap Dira dengan kecantikan alaminya khas gadis remaja. Tanpa make up dan tanpa skin care. Ia begitu takjub, melihat sinar rembulan samar-samar menerangi kecantikan remaja yang telah merasakan kehamilan.

"Bentar lagi mau tujuh bulanan, apakah akan diadakan syukuran?" Ismail bertanya lagi walaupun pertanya sebelumnya belum dibalas Dira.

"Entah lah mas. Aku ngga berani menginginkannya." Dira menghembuskan nafas kasar.

Ismail hanya mengerjapkan matanya, ia tak berani menanyakan lebih lanjut tentang gadis yang sedang hamil itu. Sekeras apapun ia mencoba, Dira tak akan memberikan jawaban yang sesuai keinginannya, bahkan Dira hanya akan memberikan jawaban yang akan menimbulkan pertanyaan lainnya.

"Aku harap kamu mau menempuh jalur hukum untuk anakmu ini. Setidaknya, dia memiliki nama ayahnya untuk akta kelahiran. Sehingga saat ia bersekolah ia bisa meminimalisir bullyan." Ismail menepuk pundak Dira, membuat si pemilik pundak terkejut dan menatapnya.

Selamat membaca bab-bab selanjutnya yang akan lebih menguras emosi dan air mata. Jangan lupa tinggalkan vote dan komen dan ikuti akun thor blewah jeruk agar bisa mendapatkan notifikasi tulisan terbaru author. Maaf author baru update ya..
Jangan lupa juga baca tulisan author yang berjudul "Rahasia"  yang nggak akan kalah mengaduk-aduk perasaan kalian.. terima kasih

Terlalu LelahWhere stories live. Discover now