CHAPTER 6

56.2K 5K 377
                                    

HAPPY READING

🌱


"Za!"

Yoza menoleh kearah pintu ketika remaja bongsor yang memakai baju kaus oblong dan celana bola masuk ke dalam kamar.

"Apa?"

"Bosan," jawab Gilang menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Yoza yang sedang duduk di meja belajarnya menatap malas Gilang. Hei! Dia baru saja merapikan kasurnya.

"Cari kegiatan lah."

"Besok terima raport. Kira-kira gue naik kelas gak ya?"

Yoza membalikkan kursinya menghadap Gilang. "Kenapa bisa mikir gitu? Ngeraguin semua jawaban ujian yang gue kasih?"

Gilang mengusap kasar wajahnya. "Bukan gitu. Gue cuman takut aja. Kita makin bandel, siapa tau sekolah gak naikin kita karena suka masuk BK."

"Kita pasti naik kelas. Percaya sama gue. Gue tau lo takut ngecewain bunda, gue juga. Tapi kita gak boleh berpikir negatif."

"Bunda bangga gak ya punya anak kayak gue?"

Yoza mendengkus pelan, sepupunya ini sedang dalam mode insecure. Jika sudah begini, pemuda itu akan merendahkan diri serendah-rendahnya.

"Lang," panggil Yoza.

"Manusia tu emang gak ada yang sempurna. Mau gimanapun mereka. Tapi asal lo tau, seorang ibu itu adalah definisi sempurna di level manusia. Bunda gak akan nyesal punya anak kayak lo, bunda sayang sama lo. Gak cuma bunda aja, ayah sama gue juga. Jangan pernah ngerasa gak berguna di dunia ini. Lo orang yang paling berguna menurut gue, lo segalanya, gue beruntung punya saudara kayak lo. Bunda dan ayah beruntung punya anak seorang Gilang. Jadi sudahi insecure mu, mari kita maling mangga punya Saka."

Sontak Gilang tersenyum. Yoza selalu mengerti dirinya dan Gilang bersyukur punya Yoza.

"Gak jambu air lagi?" tanya Gilang.

"Udah habis, gue liat mangga nya udah gede-gede. Enak tuh di rujak," jawab Yoza.

"Let's go!"

Gilang melompat turun dari kasur. Yoza mengikuti langkahnya keluar kamar. Mereka berjalan keluar rumah, rumah Saka berada tak jauh dari rumah Gilang. Jaraknya hanya di batasi dua rumah saja. Mereka berjalan kearah belakang rumah Saka, dapat mereka lihat banyak sekali pepohonan disana. Rumah Saka memang banyak pohon buah-buahan, dari jambu air, mangga, sawo, juga mata kucing. Yoza dan Gilang sudah mencicipi semua rasa buah dari sana. Entah itu mengambilnya secara diam-diam atau memintanya kepada mami Saka.

Kawasan belakang rumah Saka di pagar, tapi ada beberapa bagian yang tidak dan itulah akses mereka untuk keluar masuk.

"Ambil tiga aja, jangan banyak-banyak. Maling juga harus punya etika," titah Yoza pada Gillang. Pohon mangga yang tidak terlalu tinggi dengan tubuh Gilang yang jangkung memudahkan mereka melancarkan aksinya.

"HOYY, MALING LU YA?"

Yoza dan Gilang sontak menoleh. Mereka melihat Saka yang berjalan menghampiri mereka. "Dasar ga punya etika. Ga bisa apa kalian minta dulu?"

"Emang kalau kita minta, bakal lo kasih?" Tanya Yoza.

"Ya engga lah," jawab Saka.

"Orang pelit kuburannya sempit," cibir Gilang.

Saka melototi mereka. "Orang maling kuburannya kebakar," balas Saka.

"Ya udah, berarti kita sama-sama ga dikubur," jawab Yoza santai.

MIYOZA [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя