CHAPTER 21

46.6K 4.7K 355
                                    

HAPPY READING

🌱

Sekolah kembali di hebohkan dengan Karin dan teman-temannya yang berjalan dengan santai menuju ruang BK. Banyak pasang mata yang menatap mereka tak suka secara terang-terangan, bahkan tak sedikit yang mencela mereka.

"Masih berani datang ke sekolah, ga tau diri banget!"

"Mukanya tebel ya bund!"

"Minggir woy, geng bully lewat!"

"Jangan dekat-dekat woy, binatang buas lewat!"

"Kalau gue mah udah pindah dari ni bumi!"

"Ayres bakal malu banget tau cewek yang di jodohin sama dia sifatnya begini!"

Cuitan dari murid-murid kepada mereka membuat Karin emosi, dengan langkah cepat dia berjalan menuju ruang BK.

Disana sudah ada Yoza yang duduk di depan pak Didit dan kepala sekolah.

"Karin duduk!" Titah pak Didit.

Karin duduk di samping Yoza sedangkan teman-temannya berdiri di belakang.

"Sepertinya bapak tidak perlu meminta kamu menjelaskan, dari video ini semuanya sudah jelas!" Ujar pak Didit.

"Dia duluan pak!" Karin membela diri.

Pak Burhan selaku kepala sekolah ikut membuka suara. "Duluan apanya? Bukannya kamu yang meminta Miyoza menemui kamu?"

Karin terlihat sedikit panik. "Dia yang duluan cari masalah sama saya, dia pernah nampar saya pak. Teman kelas saya saksinya, bahkan dia juga pernah nampar saya di lapangan waktu kita Classmetting!"

Pak Burhan dan pak Didit menoleh menatap Yoza. "Bapak bisa tanya anak OSIS yang jadi panit,ia basket waktu itu, murid yang lain juga banyak saksinya. Saya ga munafik untuk mengakui kalau saya memang menampar Karin, tapi dia pantas mendapatkan itu. Mengatai saya murahan dan berbagai kalimat rendahan lainnya yang sangat tidak pantas untuk di sebut. Lalu saya pernah menampar dia di kelasnya karena dia berani menyiram dan menampar sepupu saya Sandra. Maaf pak, kakak kelas saya Iksan saja saya bikin babak belur karena mengatai sepupu saya, apalagi dia yang berani menyakiti fisik dan mental sepupu saya. Saya rasa itu setimpal untuknya."

Mereka yang berada di ruangan itu terdiam mendengar penjelasan Yoza. Karin terlihat menjadi sangat gugup sekarang, sedangkan Yoza merasa sangat tenang. Yoza menatap pak Didit yang tengah tersenyum padanya.

"Bagaimana pak?" Tanya pak Didit kepada pak Burhan.

"Panggil orang tua mereka! Saya tunggu jam sepuluh ini pak." Ujar pak Burhan keluar dari ruangan itu.

Pak Didit mengangguk. "Kalian bisa keluar, jam sepuluh kembali berkumpul. Hubungi orang tua kalian segera, masih ada waktu satu jam lebih!"

"Baik pak!" Ujar Karin keluar diikuti temannya.

"Saya juga ya pak?" Tanya Yoza.

Pak Didit mengangguk. "Orang tua Gilang kan ada!"

Yoza berpikir keras. "Kalau bapak aja yang jadi wali saya gimana? Bunda sama ayah ga ada yang tau pak!" Ujar Yoza terlihat berpikir keras. Dia memang meminta Gilang dan Sandra untuk tidak bilang pada bunda dan ayah.

"Mereka harus tau Yoza!" Ujar pak Didit. "Saya disini menjadi guru kamu!"

"Ya udah kalau gitu saya permisi pak!" Yoza keluar dengan wajah lesunya. Dia takut jika bunda Naya sampai tau, bisa mengamuk bunda di sekolah.

MIYOZA [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum