CHAPTER 25

46.8K 4.6K 47
                                    

HAPPY READING

🌱

Malam ini Yoza tampak sangat gelisah. Dia tak mendapati Gilang dirumah dan yakin bahwa sepupunya itu pasti sedang bersama gengnya untuk membalaskan dendam kematian Harlan. Sebenarnya Yoza tak masalah jika mereka memang ingin balas dendam, kematian Harlan bukanlah hal sepele. Jika gadis itu sedang baik-baik saja maka dia akan bersih keras untuk ikut.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam tapi mata Yoza belum juga mengantuk, itu mungkin juga akibat dari dia yang tidur dari siang hingga sore hari. Seperti biasa, keringat membanjiri tubuhnya. Yoza pikir dia sangat gelisah menunggu Gilang pulang, dia tak ingin hal yang tidak dia inginkan terjadi.

Sibuk melamun, akhirnya Yoza mendengar suara motor memasuki halaman rumah. Yoza mengintip dari jendela kamarnya saat menyadari bahwa Gilang tak datang sendirian.

Inti Grexda datang bersama Gilang. Yoza sedikit bingung, kenapa mereka kesini ditengah malam begini.

Pintu dibuka oleh ayah Heru yang sudah tau apa yang dilakukan anaknya hingga pulang larut malam.

"Assalamualaikum!" Ucap Gilang menyalimi tangan ayah Heru.

Teman-teman yang lain ikut menyalimi ayah Heru. "Waalaikumsalam!" Jawab ayah Heru. "Kalian baik-baik saja kan?"

Gilang mengangguk, pasalnya memang seluruh anggota yang pergi juga pulang dengan selamat.

"Ayo masuk. Obati luka kalian!" Ujar ayah Heru. Sebenarnya laki-laki paruh baya itu juga tengah khawatir menunggu anak laki-lakinya pulang, mengingat bagaimana Gilang meminta izin kepada dia dan istrinya untuk ikut gengnya menyerang geng motor yang menyebabkan kematian Harlan.

"Yoza sudah tidur om?" Tanya Karsa.

"Sudah!"

Mereka hanya mengangguk mengerti. Padahal niat mereka ikut Gilang adalah untuk melihat keadaan Yoza. Karsa khawatir mengingat bagaimana kondisi Yoza saat pertama kali mereka sampai di rumah sakit, karsa yakin bahwa Yoza pasti juga tidak baik-baik saja.

"Mereka mau ngeliat Yoza yah, Gilang juga." Gilang menundukkan kepalanya, dia masih belum bicara dengan Yoza bahkan setelah dari pemakaman. Dia takut menemui Yoza, dia takut Yoza masih marah padanya. Sebelum pergi, Gilang menyempatkan diri untuk melihat Yoza yang sedang tidur setidaknya dia tau Yoza berada dirumah dan baik-baik saja.

"Yoza baik-baik saja. Dia ngeluh sakit di bahunya tapi kata dia udah sembuh, ayah ga bisa paksa dia untuk kerumah sakit."

"Yoza ga kerumah sakit om? Maksud saya, setelah pemakaman bukannya om dan Yoza pulang duluan," Ayres membuka suara.

Ayah Heru mengangguk. "Kita pulang! Yoza minta pulang."

"Gilang naik sebentar ya yah!" Ujar Gilang beranjak dari duduknya.

Ayah Heru hanya mengangguk dan kembali fokus mengobati luka Catur. Laki-laki itu yang paling parah, bibirnya sobek, sudut matanya juga berdarah, hidungnya pun sama. Tak jauh beda dengan Gitar. Yang lain cukup parah namun masih bisa mengobati diri mereka sendiri.

Ceklek

Gilang membuka pintu kamar Yoza dengan pelan, kepalanya menyembul kedalam untuk melihat keadaan. Gilang mencari keberadaan Yoza yang tak terlihat di matanya.

"Za!" Panggilnya pelan.

"Za, Yoza!"

"Apa?" Yoza muncul dari dalam kamar mandi.

Gilang berbalik dan tersenyum kikuk, tangannya bergerak menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Belum tidur?" Tanyanya.

Gelengan dari Yoza menambah kegugupan Gilang. "Uhm.. ada bang Karsa dibawah!"

MIYOZA [END]Where stories live. Discover now