CHAPTER 36

44.9K 4.2K 51
                                    

HAPPY READING

🌱

Yoza baru saja membuka mata, menoleh kearah pintu balkonnya. Senyumnya terukir mengingat dia akan kembali bersekolah. Yoza segera beranjak dari kasurnya, memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap.

Setelah mandi dan memakai seragamnya, Yoza berdiri di kaca besar kamarnya. Memoleskan liptint berwarna satu tingkat lebih terang dari warna bibirnya, tidak terlalu tebal tapi mampu menambah kesan cantik padanya. Menyemprotkan parfum kesukaan lalu segera turun untuk sarapan.

"Pagi!" Sapa Yoza pada orang tuanya dan juga Rafi.

"Pagi sayang, ayo sarapan." Jawab mami Renata.

Yoza mendudukkan dirinya di samping Rafi. "Widihhh udah pakek seragam juga. Ganteng banget adek gue!" Ujar Yoza pada Rafi.

Rafi yang tengah menyuap sepotong roti kedalam mulutnya hanya menoleh pada Yoza. Tak terlalu banyak mulut, itulah Rafi. Papi Bagas memang sudah mengurus segala sesuatu agar Rafi bisa bersekolah. Rafi yang tak pernah sekolah pun merasa senang tapi juga merasa tak nyaman, mungkin karena dia akan bertemu banyak orang membuatnya semakin berdiam diri.

Yoza meneguk habis susu coklatnya. "Yok berangkat!" Ujarnya pada papi Bagas.

"Kamu ga dijemput Ayres?" Tanya papi Bagas.

"Ngga! Yoza mau liat sekolah Rafi."

Papi Bagas hanya mengangguk. Mereka segera berjalan menuju pintu depan.

"Rafi sekolah yang bener ya, nanti di jemput sama pak Gino aja soalnya papi ada rapat di kantor kak Gavin." Ujar mami Renata.

Rafi yang tengah di pakaikan tas oleh mami Renata mengangguk mengerti. Dia menyalimi tangan mami Renata lalu berjalan menuju mobil. Yoza juga melakukan hal yang sama, kedua anak itu berjalan mendekati papi Bagas yang sudah berada di mobil.

"Sudah siap?" Tanya papi Bagas pada Yoza dan Rafi.

"Siap!" Jawab Yoza semangat. Gadis itu duduk di kursi belakang sedangkan Rafi duduk di samping papi Bagas.

Mobil bergerak meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan Rafi hanya diam membuat Yoza memajukan tubuhnya.

"Kenapa diam aja?" Tanya Yoza pada Rafi.

"Ga kenapa-kenapa."

"Gugup ya?"

"Ngga!"

"Halah, ngaku aja."

"Yoza, duduk yang benar!" Tegur papi Bagas. Yoza mengerucutkan bibirnya lalu membenarkan posisi duduknya.

Tak beberapa lama, mobil berhenti di sebuah sekolah dasar yang cukup besar. Papi Bagas keluar bersama Rafi, Yoza juga ikut keluar.

"Rafi masih ingat guru Rafi yang ketemu sama kita kemarin kan?" Tanya papi Bagas.

Rafi mengangguk. "Itu!" Ujarnya menunjuk seorang guru perempuan yang usianya masih cukup muda.

"Nah kalau gitu, Rafi masuk sana."

Yoza berdiri di depan Rafi. "Apa perlu kita antar?"

Rafi melirik Yoza tajam. "Rafi bukan anak kecil." Jawabnya. "Rafi bisa sendiri."

Papi Bagas terkekeh kecil melihat Rafi sedangkan Yoza mencebikkan bibirnya mencibir Rafi.

"Ya udah, kalau gitu Rafi masuk sana. Jangan nakal, oke?"

"Oke!" Balas Rafi menyalimi tangan papi Bagas.

"Kalau ada yang jahatin kamu bilang sama kakak, atau kalau kamu bisa bales aja. Jangan diam aja!" Bisik Yoza pada Rafi.

MIYOZA [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora