CHAPTER 43

47.4K 4.4K 742
                                    

HAPPY READING


Di rekomendasikan untuk memutar lagu yang bertema sad, hingga akhir chapter.

🌱

Terhitung lima hari Yoza dirawat di rumah sakit. Teman kelas Yoza beserta wali kelasnya juga sudah pernah menjenguk Yoza, tapi Ayres belum menampakkan diri. Dia menghubungi Gilang untuk mengatakan pada Yoza kalau dia akan segera menyelesaikan urusannya dan menemui Yoza secepatnya.

Padahal Yoza berharap Ayres menghubunginya secara langsung, tapi Ayres malah menghubungi Gilang, dia takut semakin tak bisa menahan diri untuk tidak menemui Yoza sebelum urusannya benar-benar selesai.

Seperti hari ini, dengan wajah semangat, Ayres melangkahkan kakinya dengan segenggam bunga mawar merah di tangannya.

Ceklek

Yoza yang tengah di suapi oleh bunda Naya menoleh ke arah pintu, senyumnya mengembang melihat Ayres datang.

"Assalamualaikum, orang ganteng datang!" Ujar Ayres. Dengan tawa kecilnya dia menyalimi mami Renata dan bunda Naya. "Heyy, bro!" Sapa Ayres pada Rafi yang tengah bermain game boy di dekat mami Renata.

"Berisik!" Jawab Rafi. Ayres mendelik tak suka, sedangkan bunda Naya dan mami Renata hanya tertawa.

"Kebetulan ada Ayres, boleh kita titip Yoza sebentar. Kita mau keluar dulu cari makan!" Ujar mami Renata pada Ayres. Dia sadar betul jika kedua remaja ini butuh waktu.

Ayres tersenyum lebar. "Bisa dong tante!" Jawabnya semangat. Bunda Naya, mami Renata dan Rafi keluar meninggalkan Ayres dan Yoza.

"Hai!" Sapa Ayres. "Nih, lima tangkai bunga mawar buat lo. Karena lo udah lima hari di rawat disini!"

Yoza menerima bunga itu. "Cuma lima? Tanggung banget, apa gue harus tidur lama-lama biar lo kasih bunganya lebih banyak?" Tanya Yoza.

Ayres melotot. "Sembarangan! Nanti gue beliin lagi yang banyak, makanya cepat sembuh terus gue beliin lo bunga mawar satu truk, atau kalau perlu sekalian sama toko bunganya." Jawab Ayres.

Yoza mengerucutkan bibirnya. "Gue kangen!" Ujar Yoza.

Ayres tersenyum menggoda. "Cie Yoza kangen cieee." Ucapnya. Dengan kesal Yoza berdecih, ekspresi Ayres benar-benar menyebalkan. "Utututuuuu sini peluk, kasian banget pacar Ayres." Dengan lembut Ayres menarik Yoza lalu mendekapnya.

Bohong jika Ayres juga tak merindukan Yoza. Nyatanya, dialah yang paling tersiksa mendengar Yoza sadar sedangkan dia tak bisa menemui gadisnya. "Gue juga kangen, kangen banget malah." Ucap Ayres pelan sembari mengecup puncak kepala Yoza.

"Lo wangi!" Balas Yoza. "Selalu wangi, gue suka!" Senyum Ayres semakin mengembang, tak ada yang lebih membahagiakan dari hari ini.

"Jangan sakit lagi, lo selalu sukses bikin gue panik." Ujar Ayres melepas pelukannya. "Lagian gue heran, punya pacar suka banget tidur di rumah sakit. Rumah lo kurang gede? Apa perlu ni rumah sakit gue beli?" Tanya Ayres.

Yoza terkekeh. "Lo main bola di rumah gue juga bisa, bawa satu kampung buat numpang tidur di rumah gue juga masih muat." Balas Yoza.

Kepala Ayres menggeleng cepat. Sifat sombong Yoza memang sudah mendarah daging. "Gue ga mau lo sakit lagi, Za! Ga mau!" Ucap Ayres pelan.

"Ga akan! Besok gue udah ga sakit lagi. Lagian gue juga cuma nungguin lo doang kali!" Jawab Yoza membuat Ayres tak mengerti. Tapi dia merasa senang karena Yoza sangat menunggu kedatangannya.

MIYOZA [END]Where stories live. Discover now