03 - Gadis Berambut Pendek

136 65 57
                                    

Keira berjalan di belakang Daffin, ia menundukkan kepalanya. Tiba-tiba saja Daffin menghentikan langkahnya sehingga membuat Keira menabrak punggung Daffin. Keira mengaduh pelan.

"Mana kunci mobilmu?" Daffin menengadahkan tangannya.

"Hah? Kenapa bertanya di mana kunci mobilku? Ya jelas ada di aku lah." Keira tidak mengerti maksud ucapan Daffin.

"Maksudku pinjam kunci mobilmu."

"Buat apa pinjam?" Keira masih saja tidak mengerti. Dia pintar beneran atau nggak sih, masa dari tadi dia tidak mengerti maksudku. "Berikan saja padaku, cepat." Dengan cepat Keira mengambilnya dan memberikannya kepada Daffin.

Daffin langsung membuka mobil Keira dan duduk di kursi kemudi. Keira masih bengong ditempatnya.

"Nggak usah bengong, cepat masuk." Keira lalu duduk di samping kirinya Daffin. Ia baru mengerti bahwa Daffin akan mengantarnya pulang. Keira senyum-senyum sendiri menghadap jendela. "Apa habis terkena bola, otakmu jadi seperti ini?" Daffin berbicara seadanya.

"Tidak lah, aku sudah mengerti sekarang." Keira lalu mengalihkan topik. "Lalu bagaimana dengan mobilmu? Padahal aku bisa pulang sendiri." Hatinya berkata lain, ia sangat senang bisa pulang bersama Daffin.

"Temanku yang akan membawanya."

"Teman? Katanya kau tidak punya teman." Keira bingung dengan yang Daffin katakan. Tiba-tiba saja Daffin mengerem mendadak. Lalu ia melajukan kembali mobil Keira.

"Sebenarnya punya, tapi dia itu menyebalkan sekali," jawabnya masih fokus mengemudikan mobil Keira.

"Tapi tetap saja kan punya. Aku bahkan sampai berpikir kau itu orangnya menyedihkan sekali sampai-sampai teman saja tidak punya." Daffin terbahak.

"Apakah aku semenyedihkan itu?" Keira menatap Daffin. Wah, Daffin bisa tertawa seperti itu. Kurasa dia tidak seperti yang orang-orang pikirkan.

📕📗📘

Daffin memakirkan mobil Keira masuk ke dalam garasi. Ia lalu menyerahkan kunci mobilnya kepada Keira.

"Masuk dulu, sambil nunggu temanmu ke sini." Keira menawarkan Daffin mampir dulu ke rumahnya. Ia juga berharap bisa lebih akrab dengan Daffin. Daffin menolak, ia memilih duduk di depan rumah. Keira masuk ke dalam rumah, tak lama kemudian Keira datang sambil membawa dua cangkir es jeruk, ia lalu meletakkannya di atas meja.

Mereka lalu menyeruput es jeruk masing-masing. Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Keira akhirnya memecahkan keheningan. "Daffin, bisakah kita berteman akrab?" Keira berbicara sambil menundukkan kepalanya tidak berani menatap Daffin, takut mendengar jawaban dari Daffin bila jawabannya tidak.

Daffin menatap Keira yang masih menundukkan kepalanya. "Tentu saja." Keira akhirnya langsung mengangkat kepalanya dengan wajah yang berseri-seri. "Kalau begitu mari kita bertukar nomor handphone." Keira sangat bahagia bisa bertukar nomor dengan Daffin. Hatinya sangat berbunga-bunga.

Lima menit kemudian, teman Daffin datang. "Hai bro," sapa Riko seraya merangkul Daffin.

"Apaan sih, nggak usah sok akrab kau," kata Daffin sambil melepaskan rangkulan dari Riko.

"Yaampun jahat banget kau ya, teman sendiri nggak pernah dianggap. Tahu gitu nggak usah aku jemput, biarin aja kau jalan sampai rumah." Daffin tidak menggubris perkataan Riko, ia langsung melenggang pergi dan duduk di kursi kemudi.

"Cepetan masuk. Kalau nggak nanti aku tinggal." Daffin berteriak dari dalam mobil.

"Nih anak suka ngatur-ngatur seenaknya." Riko akhirnya masuk mobil dengan kesal.

Started in the Library [END]рдЬрд╣рд╛рдБ рдХрд╣рд╛рдирд┐рдпрд╛рдБ рд░рд╣рддреА рд╣реИрдВред рдЕрднреА рдЦреЛрдЬреЗрдВ