44 - Senyuman Hangat

26 7 0
                                    

Keira bangun dari tidurnya. Keira kembali teringat perkataan Regan tadi malam. Ia pertama kalinya melihat sisi Regan yang sangat rapuh. "Kak Regan pasti sangat sedih. Banyak orang yang terpukul atas kematiannya."

Keira berangkat ke sekolahnya, ia melihat Daffin yang berjalan di depannya. Keira menjadi merasa kasihan dengan Daffin setelah mengetahui fakta yang sebenarnya. Melihatnya yang begitu rapuh, Keira ingin sekali menghiburnya dan selalu berada disisinya.

"Daffin." Daffin langsung menoleh ke arah Keira. Keira memberikan senyuman yang sangat hangat sambil melambaikan tangannya.

"Hai Keira." Keira berjalan menyejajari Daffin dan terus saja tersenyum. Daffin hanya terdiam menyadari ekspresi Keira yang sepertinya sedang bahagia.

Keira kembali melambaikan tangannya saat Daffin memasuki kelasnya. Keira berjalan memasuki kelasnya sendiri, ia menghentikan langkahnya ketika menyadari seseorang berada di depannya.

"Oh Salva, selamat pagi." Salva hanya tersenyum simpul kemudian pergi melewati Keira. Keira menatap kepergiannya dengan heran. Ada apa dengannya? Keira tidak peduli dengan keanehannya, ia tetap berjalan menuju kelasnya masih dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Mulai sekarang aku akan tersenyum saat bersama dengannya.

Saat jam istirahat tiba, Keira langsung keluar kelas begitu saja ia pergi menemui Daffin yang sekarang berada di kantin. Keira duduk di depannya.

"Hei." Kedatangan Keira yang tiba-tiba membuat Daffin tersedak dengan apa yang sedang dimakannya.

"Uhuk uhuk." Keira menjadi panik, ia memberikan sebotol minuman kepada Daffin, Daffin meneguk minuman yang diberikan Keira.

"Kau mengagetkanku saja."

"Maaf." Keira menundukkan kepalanya karena merasa apa yang telah dilakukannya itu salah. Keira kembali mengangkat kepalanya menghadap Daffin dan lagi-lagi ia kembali mengembangkan senyumnya seperti pagi tadi. Daffin merasakan ada yang aneh dengan Keira.

"Keira kau tidak habis jatuh kan?" tanya Daffin dengan sangat hati-hati.

"Tidak, memangnya kenapa?" Keira menanyakannya dengan polosnya.

"Hari ini kau terlihat sedikit..." Keira menantikan perkataan Daffin.

"Sedikit apa?" tanya Keira dengan tidak sabar.

"Kau sedikit aneh." Keira menatap Daffin dengan tatapan bingung.

"Ah sudahlah lupakan saja." Daffin memutuskan untuk tidak membahasnya lagi. Mungkin dia sedang bahagia. Biarkan sajalah.

Keira kembali ke kelasnya, ia teringat perkataan Daffin tadi. Apakah aku yang seperti ini jadi aneh? Apakah jadi membuatnya tidak nyaman? Lebih baik aku kembali ke diriku yang biasanya saja.

Keira melirik bangku Della yang ada di sebelahnya, dia tidak ada di tempat duduknya. Keira mulai membuka-buka buku yang ada di depannya. Ada sebuah lipatan kertas yang terhimpit di sela-sela buku itu. Keira membuka lipatan itu.

19 September

Keira mengerutkan keningnya heran, di sana hanya tertuliskan tanggal dan kertas itu tidak jelas asal usulnya. Ia memandangi kertas itu cukup lama. Ia tidak mengerti maksud dari tulisan itu. Tanggal itu seperti tidak asing baginya. Tanggal yang sama saat aku pindah ke sini. Tetapi siapa yang menulisnya? Apa tujuannya? Dulu aku juga menerima kertas seperti ini dan akhirnya aku terkunci di gudang.

Keira termenung, terlarut dalam pikirannya sendiri. Ketika ia memikirkannya semakin jauh ia menjadi semakin pusing. Beberapa saat ada seseorang datang mendekati Keira, dengan cepat Keira menaruh kembali kertas itu dan menutup buku itu. Keira memasukkan bukunya ke dalam laci. Della melihat Keira seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now