37 - Terbakar Api Cemburu

36 9 13
                                    

Keira berangkat ke sekolah, kini ia sudah diperbolehkan membawa mobilnya asalkan Keira berjanji untuk tidak pergi ke tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Ia merasa sangat senang karena bisa mengendarai mobil kesayangannya kembali. Keira berpapasan dengan Daffin di depan sekolah, ia lalu mendekatinya.

"Hai Daffin. Selamat Pagi." Keira melambaikan tangannya ke arah Daffin, Daffin langsung menoleh.

"Oh Keira. Hai juga." Mereka berjalan beriringan. "Ngomong-ngomong apakah kamu sudah boleh membawa mobilmu lagi?" Keira menganggukkan kepalanya.

"Iya senang sekali rasanya, tapi aku harus janji tidak pergi ke tempat yang tidak aku kenali."

"Bagus tuh, sehingga kau tidak akan pergi entah ke mana dan nyasar." Mereka berdua menghentikan langkahnya ketika mendengar bisik-bisik dari siswa yang lain.

"Wah lihat apakah mereka sekarang jadian, mereka bahkan berangkat sekolah bersama," kata salah satu seorang murid yang melihat seseorang menjadi pusat perhatian. Keira yang penasaran dengan apa yang sedang terjadi menoleh ke belakang.

"Bukankah itu Della dan Riko?" Daffin juga ikut menoleh ke belakang. "Apa sekarang mereka sudah jadian?" Mereka berdua kini menjadi pusat perhatian. Daffin hanya menatap keduanya datar tidak berekspresi.

Della dan Riko yang melihat Keira dan Daffin tidak jauh darinya berjalan mendekat.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Daffin yang melihat benih-benih cinta pada mereka berdua.

Riko berbisik. "Kami sudah jadian, Della menerima pernyataan cintaku." Riko mengatakannya dengan sangat senang. Della mengalihkan pandangannya, pipinya bersemu merah. "Tapi kalian jangan membocorkannya ya, ini dirahasiakan." Riko menaruh jari telunjukknya di depan bibir.

"Mereka sudah tahu, dilihat saja sudah tahu kalau kalian jadian. Kami juga sudah menduganya. Della selalu berangkat sendiri tidak pernah diantar siapa pun." Keira menjelaskannya dengan santai.

"Apa?!" Riko sedikit terkejut. Della melirik tajam ke arah Riko. Della mencubit pinggang Riko membuatnya mengaduh pelan.

"Kan sudah kubilang untuk tidak melakukannya secara terang-terangan. Kau merajuk minta aku ikut denganmu. Sekarang sudah tidak bisa dirahasiakan lagi." Della berjalan meninggalkan mereka bertiga dengan sedikit kesal.

"Hei kalian baru jadian sudah mau bertengkar saja. Riko kau ini harus mengerti perasaan Della." Riko hanya menghela napas panjang. "Kalau begitu aku akan menyusul Della. Bye." Keira berlari kecil menyusul Della yang sudah berjalan sedikut lebih jauh darinya.

"Ada pertanyaan untukmu. Bagaimana kau bisa secepat itu jadian dengannya?" Riko menoleh ke arah Daffin.

"Mmm... aku tidak tahu sih. Tapi sekarang aku sangat senang." Riko tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

"Bagaimana bisa dia tertarik dengan orang sepertimu?"

"Hei kau terlalu meremehkanku ya, aku ini tampan dan bisa apa saja, tidak mungkin dia tidak tertarik dengan aku yang tampan ini." Riko memegang dagunya sambil senyum-senyum sendiri. Daffin hanya menatap Riko dengan datar.

"Apanya yang bisa apa saja, nilaimu masih kalah jauh denganku."

Jleb. Perkataan Daffin membuatnya terasa terhantam batu. "Daffin kau tega sekali mengatakan ini pada sahabatmu."

"Itu kan kenyataannya." Riko lagi-lagi mendapati kalimat Daffin yang terdengar menusuk.

"DAFFIN BISA TIDAK SIH, KALAU NGOMONG DIPIKIR DULU!!" Daffin masih saja tidak merubah ekspresi datarnya.

"Ah sudahlah lupakan hal itu, sekarang aku akan bertanya padamu. Daffin sekarang kau jujur padaku, kau suka dengan Keira kan?" Daffin tersentak dengan apa yang ditanyakan Riko, ia menjadi salah tingkah.

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now