25 - Penolakan

80 23 21
                                    

Ada apa dengan kakak? Kenapa dia jadi begini?

"Kalian." Rhenia mengepalkan kedua tangannya, ingin sekali menonjok orang itu. Keira akhirnya tahu orang itu.

"Aah jadi kalian yang membuat kakakku jadi seperti ini. Kalian benar-benar ya." Entah kenapa Keira mengatakan hal itu, karena ia sudah sangat kesal dengan orang yang di depannya yang membuat Rhenia sakit hati.

"Siapa kamu?" tanya gadis yang ada di depannya kini. Gadis itu mengaitkan lengannya di lengan pacarnya dengan mesra. Keira yang melihat itu semakin kesal dan menatapnya dengan tatapan jijik.

"Kalian tidak perlu tahu siapa aku," bentak Keira kemudian menunjuk laki-laki yang ada di depannya. "Kamu yang membuat kakakku sakit hati, udah naruh harapan palsu. Dasar cowok tidak tahu diri." Gadis yang disebelahnya merasa tidak terima.

"Heh, emangnya kau ini siapa?" Gadis itu sedikit mendorong bahu Keira. Rhenia memegang lengan Keira agar segera pergi dari situ. Namun Keira tetap bersikukuh berdiri di tempatnya. Keira membuka air mineral yang ia beli tadi lalu menyiramnya ke arah gadis itu. Keira langsung menarik lengan Rhenia menuju mobilnya, dengan cepat Keira melajukan mobilnya menjauhi mereka.

"HEI, APA YANG KAU LAKUKAN?!Menyebalkan," teriak gadis itu yang sudah tidak dipedulikan lagi oleh Keira. Gadis itu memegang mukanya yang basah tersiram air.

📕📗📘

Keira memakirkan mobilnya setelah sampai di depan rumahnya. Mereka masuk perlahan-lahan agar tidak ketahuan.

"Keira, wah hebat juga kau ya, kau berani menyiram wajah pacarnya." Rhenia memuji keberanian Keira yang mampu berbuat seperti itu.

"Iya dong, kita memang harus berani. Cewek itu menyebalkan sekali, aku muak melihat mukanya yang sok cantik itu. Jelas-jelas cantikan kakak lah." Rhenia terkekeh pelan mendengar perkataan Keira.

Mereka berdua duduk di depan televisi sambil menyantap mie. Keira sangat lapar ditambah ia berdebat dengan orang itu ia menjadi semakin lapar. Mereka menonton televisi sambil sesekali Keira ingin menangis melihat adegan yang sangat menyentuh hati itu. Keira menyeka air matanya dengan tisu. Mereka berdua menangis, hingga banyak tisu yang berserakan di lantai. Namun beberapa menit kemudian mereka jatuh tertidur di sofa dengan posisi duduk. Televisinya bahkan masih dihidupkan sampai pagi karena mereka tidak bisa menahan kantuk sampai lupa mematikan televisi.

Mama Keira bangun pagi-pagi melihat anak gadisnya tidur di sofa dengan televisi yang masih menyala. Regan juga turun ke bawah. Ia mendekati mereka berdua yang tertidur di sofa.

"Hei bangun udah pagi nih. Nih mereka berdua ngapain aja semalam, tisu-tisu berserakan. Bungkus jajan tidak dibuang lagi jorok sekali." Regan menggoyang-goyangkan tubuh Keira dan Rhenia agar beranjak dari tempatnya. Keira masih tidak bergerak dari tempatnya.

"Keira! Rhenia! Bangun kali," teriak Regan sedikit lebih keras di telinga Rhenia.

"Apaan sih berisik amat." Rhenia hanya bergumam namun tetap tidak beranjak dari tempatnya.

Keira akhirnya membuka matanya, ia lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menatap Regan yang masih dengan keadaan setengah mengantuk.

"Ada apa kak? Bukannya ini masih sangat pagi?" Keira mengucek kedua matanya.

"Sangat pagi apanya, lihat sudah jam setengah enam." Keira langsung menoleh ke arah jam dinding.

"Ah iya benar." Keira lalu bergegas pergi ke kamar mandi.

Keira sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Keira mendengar Regan sedang berbicara dengan Rhenia.

"Rhenia nanti malam aku akan mengajakmu ke perayaan perusahaan tempat bekerjaku. Kita akan merayakan ulang tahun perusahaan yang ke-11."

"Wah benarkah?" Regan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Keira langsung berjalan mendekati mereka berdua.
"Kalian mau pergi ke mana?" Regan dan Rhenia langsung menoleh ke arah Keira.

"Ehn tidak ke mana-mana." Keira menatap Rhenia penuh selidik.

"Kakak bohong, telingaku tidak bermasalah aku tidak mungkin salah dengar. Kalian itu jahat nggak pernah ngajak aku jalan-jalan."

Regan dan Rhenia membayangkan pada saat itu mengajak Keira pergi ke pesta. Keira bahkan tidak bisa berdansa dan waktu itu Keira membuat kekacauan.

"Keira kecil kamu makan terus sih, ayo berdansa dengan kakak," ajak Regan pada waktu itu. Keira mengaitkan lengannya pada lengan Regan. Keira yang dulu tidak bisa berdansa sama sekali, selalu saja menginjak kaki Regan saat sedang berdansa.

"Argh, Keira kamu nginjak kakiku terus," teriak Regan yang membuat mereka berhenti berdansa. "Ah kalau begitu aku akan berdansa dengan Rhenia saja." Regan meninggalkan Keira di belakangnya. Keira yang ditinggalkan begitu saja seperti ingin menangis.

"KAK REGAN JAHAT, SELALU NINGGALIN AKU," teriak Keira sangat keras yang mengundang perhatian semua orang. Regan yang mendengar itu menjadi sangat malu, orang-orang beralih menatapnya.

Keira teringat kejadian itu. "Itu kan dulu, aku masih kecil waktu itu." Regan dan Rhenia tetap bergeming membuat Keira semakin kesal. "Yaudah kalau nggak mau ngajak. Sana pergi." Keira keluar dari rumahnya. Ia memesan taksi untuk berangkat ke sekolahnya.

"Dia marah."

📕📗📘

Keira menelungkupkan kepalanya di kedua tangannya.

"Keira ada yang memanggilmu. Kau disuruh pergi ke perpustakaan." Keira langsung bangkit dari duduknya dan keluar dari kelasnya.

Keira sampai di perpustakaan.
"Hari ini kita sudah mulai belajar lagi." Keira merasa hari ini ia kurang semangat. Entah mengapa ia merasa sangat malas untuk belajar tidak seperti biasanya yang selalu semangat saat bersama dengan Daffin.

Saat ditinggal oleh guru pembimbingnya, Keira kembali menelungkupkan kepalanya. Ia menjadi sangat mengantuk karena begadang semalaman ditambah harus belajar. Keira bangkit dari kursinya, membuat Daffin yang sedang belajar menoleh ke arah Keira.

"Mau ke mana?"

"Ah aku mau ke toilet sebentar." Keira membasuh mukanya agar ia tidak jatuh tertidur saat sedang belajar. Keira melihat bayangan dirinya di cermin.

"Ah kenapa aku rasanya mengantuk sekali." Keira menepuk-nepuk pipinya sendiri. Keira kembali ke perpustakaan dengan wajah yang lebih segar.

Setelah waktu belajar selesai, Keira bersiap-siap untuk pulang. Keira berdiri di depan gedung sekolah.

"Aah aku kan sedang marah sama kakak, masa aku minta jemput sih." Keira bingung apa yang harus ia lakukan, sekolah sudah sangat sepi, hanya ada beberapa mobil saja yang terparkir di area sekolah. Beberapa saat kemudian Daffin muncul dari gedung sekolah.

"Daffin." Daffin yang merasa terpanggil langsung menoleh ke arah Keira.

"Hmm ada apa? Kau tidak membawa mobil?" tanya Daffin yang melihat Keira tidak segera pulang dan hanya berdiri di depan gedung sekolah.

"Ehn mobilku disita, aku tidak boleh membawa mobil lagi. Mmm bolehkah aku ikut pulang denganmu?"

"Mmm sepertinya tidak bisa aku harus segera pulang ke rumah ada sesuatu yang harus kukerjakan. Maaf ya." Daffin teringat agar ia harus segera pulang pada saat itu juga karena ayahnya yang memaksanya untuk menghadiri jamuan makan malam dari perusahaan Bailey Group. Daffin masuk ke mobilnya dengan berjalan menjauhi Keira. Keira mematung di tempatnya.

"APA?! AKU DITOLAK."

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang