32 - Hello! Singapore

44 15 0
                                    

"Keira bangun." Daffin menggoyang-goyangkan tubuh Keira, namun ia tidak bergerak sama sekali. Ia sepertinya sangat kelelahan terlihat sekali di wajahnya. "Keira kita sudah sampai." Keira mulai membuka matanya, ia mengucek-ngucek matanya.

"Apa sudah sampai?" Keira bertanya lagi, ia masih setengah sadar.

Mereka beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari pesawat. Mereka mengambil koper mereka lalu pergi menuju hotel.

Sesampainya di hotel, Keira langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang lembut.

"Ah aku capek sekali." Keira melirik ke arah jam dinding yang tidak jauh darinya.

"Masih ada banyak waktu untuk istirahat. Aku tidur sebentar ah, aku masih mengantuk." Keira menguap lalu ia berbaring di tempat tidurnya sambil memeluk bantal yang ada di sana. Tak lama kemudian ia sudah terlelap.

📕📗📘

Keira sangat nyaman dengan tidurnya sehingga ia tidak menyadari ia sudah tertidur begitu lama. Keira mendengar seseorang yang menggedor-gedor pintu kamar Keira. Ia mengucek-ngucek matanya.

"Keira apa kau tidur lagi?! Cepat kita sudah harus berangkat." Keira mendengar teriakan Daffin dari balik pintu.

Keira mengubah posisinya menjadi duduk, ia terkejut setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Keira langsung mencuci mukanya dan membawa perlengkapannya, ia membuka pintu dan melihat sosok Daffin yang sudah berada di depannya.

"Ayo kita berangkat!" Daffin menggandeng tangan Keira agar segera berangkat. Namun dengan cepat Keira melepaskan cekalan tangan Daffin dan menatap Daffin tanpa senyuman yang ia kembangkan seperti biasanya. Keira lalu berjalan menjauhi Daffin. Daffin terkejut dengan perlakuan Keira tadi, ia masih berdiri di situ dengan pikiran yang kosong. Melihat Keira yang bersikap seperti itu membuat hati Daffin terasa sakit. Keira menjadi berubah, bukan Keira yang ia kenal selalu tersenyum ceria.

Keira tidak menoleh ke arah Daffin sama sekali, hatinya masih sangat sakit apabila berbincang dengan Daffin. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Daffin sangat menyayanginya dan belum bisa melupakannya.

Sesampainya di tempat diselenggarakannya Olimpiade, Keira bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun dengan Daffin. Ia sibuk melakukan hal-hal yang tidak penting seperti memotong-motong penghapusnya dengan kesal. Daffin hanya bisa menghela napas melihat tingkah Keira.

"Kei–" Belum sempat ingin mengatakan sesuatu kepada Keira, Olimpiade sudah dimulai.

Waktu mulai berjalan, Keira mulai mengerjakan soal-soal yang di depannya begitu pun dengan Daffin. Ia melirik sebentar ke arah Keira kemudian kembali mengerjakan soal tersebut. Pikiran Keira hari ini sedang sedikit kacau, sehingga ia sedikit pusing mengerjakan soal-soal itu. Keira mulai gelisah, banyak soal yang belum ia jawab. Kenapa jadi begini? Kenapa soalnya menjadi sulit sekali?

Keira bingung, keringat dingin mulai bercucuran ditangannya. Seolah semua ingatan yang ia pelajari sebelumnya menjadi hilang dan ia hanya mengingat sebagiannya saja. Keira akhirnya menjawab sesuai dengan instingnya saja. Entah mengapa aku menjadi sangat kacau hari ini.

Waktu mengerjakan telah habis, Keira mengumpulkan hasil pekerjaannya dengan ragu-ragu tidak seperti Olimpiade tahap sebelumnya, Keira merasa percaya diri dan bersemangat sehingga ia bisa meraih juara dan melanjutkannya ke babak ini tidak seperti sekarang ini.

Keira keluar dari ruangan dengan lesu.
"Kenapa kau hari ini lesu sekali?" tanya Daffin yang sejak tadi melihat Keira yang berbeda dari sebelumnya. Keira menoleh.

"Kenapa soalnya sulit sekali?" Keira kembali menundukkan kepalanya dengan lesu.

"Aku juga merasa kesulitan. Ada beberapa yang belum kupelajari sehingga aku menjawabnya dengan asal." Daffin mengatakan sejujurnya. Keira menghela napas panjang, ia masih saja tetap lesu.

Kemudian Bu Tika menghampiri mereka berdua. "Bagaimana?"

Keira masih menundukkan kepalanya. "Saya merasa kesulitan menjawabnya bu." Keira takut jika ia akan dimarahi gurunya itu.

"Tidak apa-apa, yang penting kalian dudah berusaha. Kita tunggu dulu pengumuman pemenangnya." Jantung Keira berdegup lebih cepat ketika Bu Tika mengatakan pengumuman pemenangnya. Apakah kami akan menang? Sedangkan aku tadi kesulitan menjawab soalnya.

Sekarang saatnya pengumuman pemenang. Keira dibuat gelisah tidak karuan ketika hendak mendengarkan pengumuman itu. Ketika sudah diumumkan pemenangnya nama Keira dan Daffin tidak disebut dalam daftar pemenang, Keira kecewa dengan dirinya sendiri yang kurang berusaha semaksimal mungkin dan ditambah hati dan pikirannya sedang kacau sehingga ia tidak bisa mengerjakan soal-soalnya dengan serius.

Keira melihat seseorang yang berdiri di depan yang meraih juara pertama, Keira menyipitkan matanya ia seperti mengenali gadis itu. "Bukankah itu Calista?" Daffin langsung menoleh ke arah Keira. "Kau mengenalnya?"

Keira menganggukkan kepalanya. "Iya aku mengenalnya saat sedang di pesta perayaan perusahaanmu. Dia ternyata gadis yang pintar bisa memenangkan juara pertama di Olimpiade ini." Keira hanya bisa menghembuskan napas panjang karena tidak bisa memenangkan penghargaan.

Mereka berdua keluar dari ruangan, ia melihat Calista yang tak jauh darinya sambil membawa piala di tangannya dan tersenyum bahagia. Calista menyadari keberadaan Keira, ia lalu melambaikan tangannya ke arah Keira.

"Hei Keira!" Calista lalu berjalan ke arah mereka berdua.

"Hai." Keira menjawabnya dengan lesu. Calista menepuk-nepuk pundak Keira.

"Tidak apa-apa Keira, jangan sedih." Calista tersenyum ke arah Keira ia sedikit melirik ke arah Daffin yang menatapnya dengan tatapan datar. Keira mengangguk-anggukan kepalanya. Entah mengapa hari ini ia sedang bersahabat dengan Calista, tidak seperti waktu itu ia sangat tidak menyukainya. Tapi teringat perkataan Calista waktu itu yang ingin mengejar Daffin membuat Keira menjadi kesal. Walaupun ia sedang marah dengan Daffin, namun apabila ada gadis lain yang ingin mendekatinya membuat Keira bertambah kesal.

Keira tampak sangat lesu tidak ada senyuman di wajahnya. Bu Tika sudah menduga kalau mereka kalah dilihat dari wajah Keira saja ia sudah tahu. Bu Tika memegang pundak Keira yang masih menundukkan kepalanya.

"Keira tidak apa-apa, yang penting kalian sudah berusaha. Kalian sudah sampai sejauh ini itu sudah bagus. Ibu mengakui bahwa kalian sudah hebat." Bu Tika mencoba menyemangati Keira, namun Keira tetap lesu.

"Tapi kami kalah bu, bagaimana bisa dibilang hebat?" Bu Tika tersenyum mendengar perkataan Keira.

"Kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, kalian bisa mencoba lagi apabila ada kesempatan. Kalian masih bisa berusaha agar bisa mendapatkan yang lebih baik." Keira mengangkat kepalanya, Daffin mengangguk-angguk mendengar perkataan Bu Tika.

"Iya benar." Daffin menambahkan sambil menepuk sebelah pundak Keira.

Mereka kembali ke hotel, Keira duduk di sebuah taman sendirian. Kalau saja aku tidak terpikirkan hal itu aku pasti tidak akan kalah.

"Kenapa kau duduk sendirian di sini?" Keira terkejut, Daffin tiba-tiba muncul di belakangnya, Daffin beralih duduk di sebelah Keira. Keira hanya terdiam.

"Apa karena hari ini kita kalah?" Keira masih saja terdiam. Itu karena kamu.

"Jangan terlalu dipikirkan, kita bisa mencoba lagi kalau ada kesempatan." Aku bukan memikirkan hal itu tahu. Keira menjadi kesal sendiri.

"Kalau begitu, apa kau mau kuajak jalan-jalan?" Daffin menawarkan dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Keira menatap Daffin dengan lekat, terpana dengan ketampanannya. Ia tidak bisa marah dengan Daffin berlama-lama.

Hi!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now