21 - Pernyataan Riko

82 30 17
                                    

Riko berangkat sekolah dengan lesu, sebenarnya ia tidak akan berangkat sekolah hari ini, namun karena ayahnya akan memarahinya jika ia tidak berangkat sekolah maka ia tidak akan dianggap sebagai anaknya.

"Ayah sama saja, jahat sekali." Riko teringat kata-kata Della kemarin malam. Membayangkannya saja ia jadi tidak ingin berangkat sekolah. Bagaimana mungkin dia tega melakukan hal itu padaku. "Harga diriku seketika akan hancur." Riko menundukkan kepalanya seakan kepalanya terasa berat.

Karena tidak melihat depan, Riko menabrak seseorang di depannya. Riko merasa kesal. Riko yang sedang bad mood karena menabrak seseorang menambah kekesalannya. Ia jadi menyalahkan siapa saja yang ada di sana.

"Argh kenapa berdiri di tengah jalan?!" bentak Riko dengan seseorang yang ada di depannya. Orang itu tidak bergerak dari tempatnya lalu Riko mengangkat kepalanya , ia begitu terkejut bahwa orang yang di depannya adalah gurunya. "Eh pak guru." Riko mencoba tersenyum, ia menyesal mengatakan kalimat itu. Ia menepuk-menepuk mulutnya yang selalu salah bicara. Kenapa aku tidak lihat jalan sih, bakal kena masalah nih.

"Herculano Riko," panggil pak guru setelah melihat nama yang tertera di baju sebelah kanannya. "Baju tidak rapi, berangkat sekolah sudah lesu, bentak guru lagi. Ikut bapak sekarang juga," kata pak guru sambil menjewer telinga Riko.

"Aah pak sakit pak." Pak guru membawa Riko ke ruangannya masih dengan menjewer telinga Riko.

Riko ditegur habis-habisan oleh pak guru itu, ia menjadi sangat kesal karena hari ini tidak ada keberuntungan yang menimpa dirinya. Setelah mendapat teguran dari pak guru, Riko keluar dari ruangannya. Saat melewati lorong yang menuju kelasnya Riko berpapasan dengan Della.

"Hai Riko," sapa Della bersemangat tidak seperti biasanya.

"Hai," jawab Riko singkat.

"Siap-siap nanti kau harus berdiri di tengah lapangan."

"Haha, oke akan kulakukan." Della melongo mendengar perkataan Riko yang seolah olah tidak akan terjadi apa-apa. Riko sebenarnya sudah menemukan rencana sendiri saat ditegur oleh pak guru.

"Apa kau tidak takut?" Della mencoba bertanya pada Riko. Rasanya Riko memiliki sebuah rencana misterius yang tidak diketahui olehnya membuat Della semakin tidak mengerti dengan perubahan sikap Riko yang tidak jelas.

"Tidak, lihat saja nanti." Riko tersenyum misterius. Perasaan Della menjadi tidak enak. Seperti ada sesuatu yang buruk menimpa dirinya.

Della kembali ke kelasnya dengan kurang semangat. Keira yang melihat Della tidak seperti biasanya akhirnya bertanya.

"Ada apa denganmu?"

"Tidak ada apa-apa, hanya saja rasanya ada yang aneh." Della mengingat kejadian tadi saat Riko bersikap biasa saja.

"Apanya yang aneh?" tanya Keira kembali.

"Akkh, pokoknya ada yang aneh." Della mencoba mengabaikan hal tadi, Keira menatap Della dengan tatapan bingung.

Saat jam istirahat, Della menarik tangan Keira dan Salva untuk segera keluar kelas. Della menyuruh mereka untuk menyaksikan Riko. Mereka berdua hanya menuruti permintaan Della. Daffin juga berada di pinggir lapangan bersama Riko.

"Riko ayo cepat kau harus bilang kau itu gila." Della mendorong Riko untuk segera pergi ke tengah lapangan. Riko melirik Della sekilas lalu berjalan ke tengah lapangan. Della mengedip-ngedipkan matanya dengan bingung.

Riko telah berada di tengah lapangan, ia belum mengatakan sepatah kata pun. Orang-orang yang melewatinya, menatapnya dengan tatapan bingung. Riko mengembuskan napasnya. Della bersiap-siap ingin menertawakan Riko. Riko mulai meneriakkan sesuatu.

"ARDELLA RASYA!!" Della menatap Riko dengan bingung.

"Hah? Kenapa dia memanggil namaku?" Yang lain juga menyaksikan dari pinggir lapangan yang tidak mengerti kenapa Riko malah memanggil nama Della.

"Della dengarkan aku. AKU SUKA PADAMU!!" Della yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya.

"HAH?! Apa yang dia lakukan?!" Keira langsung menyenggol-nyenggol lengan Della.

"Cie Cie." Muka Della seketika berubah menjadi merah. Ia sungguh malu, orang-orang kini juga memperhatikannya. Tanpa persetujuan Della, Keira menarik lengan Della untuk segera mendekati Riko.

"Keira apa yang kau lakukan?!" Riko tersenyum ke arah Della membuat muka Della semakin memerah.

"APA YANG KAU LAKUKAN?! APA KAU SUDAH GILA!!" teriak Della yang semakin membuat mereka jadi pusat perhatian. Ia sungguh malu dengan pernyataan cinta Riko padanya.

"Iya aku memang sudah gila karena aku memang menyukaimu." Riko menjawab dengan santainya.

Della yang sungguh sangat malu, lalu berlari meninggalkan Riko. Riko yang merasa terabaikan juga berlari mengejar Della yang sedikit jauh darinya. Karena kakinya yang lebih panjang Riko bisa menyusul Della.

"Della tunggu." Della terus berjalan menghiraukan Riko yang terus memanggilnya. Ia sungguh merasa malu. Akhirnya Riko mencekal lengan Della yang membuatnya menghentikan langkahnya. Ketika Della membalikkan badannya, Riko terkejut. Della meneteskan air matanya.

"Della kenapa kau menangis?" Riko tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Kau tidak harus menjawabnya sekarang."

"Aku sangat malu. Huaa." Della menangis tambah keras.
Riko mencoba menenangkan Della yang menangis. "A-aku minta maaf. Seharusnya aku tidak melakukan itu." Riko menundukkan kepalanya. "Tapi aku tulus menyatakannya padamu. Kau bisa mengatakan jawabannya kalau kau sudah ingin mengatakannya." Riko mengambil sapu tangan dari sakunya, ia lalu memberikannya kepada Della. "Ini ambillah, jangan menangis oke?" Riko tersenyum tulus ke arah Della membuat Della tidak mengedipkan matanya. Riko kemudian meninggalkan Della yang masih mematung di tempatnya.

Wah kenapa sikapnya berubah sekali, tidak seperti biasanya.

Della kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya yang sembab. Ia melihat bayangan dirinya di cermin, mukanya masih saja sembab walaupun ia telah membasuh mukanya beberapa kali.

"Argh, dasar Riko menyebalkan. Kenapa juga bilangnya di tengah lapangan sih?!" Della kembali ke kelasnya.

"Hei Della dari mana saja kamu?" tanya Salva yang duduk di depan meja Della.

"Aah aku habis dari kamar mandi."

"Kenapa kau lesu sekali? Apa kau sudah menjawab pernyataan cinta Riko?" tanya Keira dengan semangat, Della hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jika kau memang suka padanya katakanlah jangan dipendam sendiri," kata Keira yang sok tahu.

"Aku tidak ada perasaan apa pun dengannya." Omongan Della tercekat ketika ia melihat Riko yang berbeda saat berada di lorong. Ia memikirkan kembali kata-katanya. Keira tersenyum menyelidik, ia mengetahui perubahan ekspresi Della, namun Keira memutuskan untuk diam.

"Kamu pasti masih bingung memikirkannya, sebenarnya kamu menyukainya kan, terima sajalah dia." Salva tersenyum sehingga membuat Della memelototkan matanya.

"Ihh kalian itu ya, sama saja dengannya." Keira dan Salva mengedip-ngedipkan matanya kemudian saling menoleh.

"Apakah iya?" tanya mereka bersamaan. Della menghela nafas kemudian menelungkupkan kepalanya di kedua tangannya. Setelah itu mereka bertiga sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Keira mengeluarkan earphone-nya dan mulai menyetel musik yang ada di ponselnya. Keira memasangkan sebelah earphone-nya di telinga Della, membuat Della tersentak.

"Aah dengarkan sajalah." Della kemudian kembali menelungkupkan kepalanya di kedua tangannya.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang