26 - Identitas Daffin

69 23 20
                                    

"APA?! AKU DITOLAK." Keira akhirnya pulang sendiri dengan menggunakan taksi.

Keira berjalan lesu ke kamarnya, ia membenamkan dirinya di atas bantal, ia teringat perkataan Daffin saat menolaknya, biasanya dengan senang hati Daffin yang bersedia mengantarnya pulang, tapi tidak dengan hari ini membuat suasana hati Keira semakin memburuk.

"Huaaa, hari ini aku sedang sial sekali."

Keira mengintip Rhenia sedang bersiap-siap, ia mengenakan dress panjang dengan rambut yang dibiarkan terurai. Kakak cantik sekali, tetapi sungguh menyebalkan tidak mengajakku. Keira kembali duduk di kasurnya. Kedua kakaknya sudah berangkat ke pesta. Ia kemudian muncul suatu ide untuk mengikuti Regan tanpa sepengetahuannya. Keira memakai dress hitam selutut yang ia beli waktu jalan-jalan bersama Rhenia. Keira sedikit memoles wajahnya dengan make-up yang tidak terlalu tebal, membuatnya sangat menawan. Keira tersenyum di depan cermin. Ia memakai jaket agar ia tidak kedinginan selama di perjalanan. Mama Keira hari ini sedang tidak berada di rumah, sehingga Keira memutuskan untuk mengunci pintu rumahnya. Keira memesan taksi. Tak lama kemudian taksi itu datang.

"Mau ke mana nona?" tanya supir taksi yang ditumpangi Keira.

"Bailey Group." Mobil melaju dengan cepat dan lima belas menit kemudian, Keira sampai di Bailey Group.

Keira melepaskan jaketnya, ia hendak masuk ke dalam gedung namun ia ditahan oleh petugas di depannya. Keira berkedip-kedip tidak mengerti.

"Mana kartu undanganmu nona?" Keira tersentak ia tidak tahu jika ia harus masuk menggunakan kartu undangannya. Keira kemudian terpikirkan sesuatu. Keira sedikit menjauh dari pintu utama, ia kemudian berniat menelepon papanya. Namun setelah beberapa menit kemudian ia hanya mendengar nada sambung dari ponselnya. Aduh, pasti papa lagi sibuk. Makanya ia tidak menjawab panggilanku. Keira terlihat khawatir, ia melihat sekeliling. Keira melihat sekelompok orang yang sedang memegang alat musik, mereka hendak memasuki gedung. Sebelum itu, Keira sudah berjalan dibelakang mereka sehingga ia tidak kelihatan oleh petugas itu. Keira bernapas lega, akhirnya ia bisa masuk juga ke gedung ini.

📕📗📘

Daffin masih berada di rumahnya. Daffin menyesali ia menolak Keira saat Keira memintanya pulang bersama. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Pikirannya saat ini menjadi kacau. Tak lama kemudian ponsel Daffin berdering.

"Daffin di mana kamu? Kenapa belum datang juga?!" teriak ayah Daffin di telepon.

"Aku sudah bilang berkali-kali aku tidak ingin datang."

"APA?! Bukankah kamu sudah setuju untuk datang."

"Siapa yang bilang?" Daffin ikutan kesal, ayahnya terus saja memaksanya untuk datang ke pesta itu.

"Kalau kau tidak datang, maka jangan salahkan ayah untuk mengirimmu kembali ke Inggris."

"APA?!" Ayah Daffin sudah memutuskan sambungannya secara sepihak. "Arggh sugguh menyebalkan. Dia selalu mengancamku." Daffin mengganti pakaiannya dengan pakaian formal, dengan cepat ia menaiki mobilnya menjauhi rumahnya.

Keira duduk menyendiri sambil menyantap kue di tangannya. Karena merasa sedikit bosan Keira memutuskan berjalan-jalan di area gedung itu. "Luas sekali gedung ini." Keira berjalan hingga ia berada di taman belakang gedung perusahaan Bailey Group. Keira duduk di salah satu kursi di sana. Ia mendongak ke atas, banyak sekali bintang yang bertaburan di langit semakin menghiasi suasana malam ini.

Dari arah yang tidak jauh darinya, Keira melihat samar-samar orang yang sedang berdebat. Ia tidak begitu melihat jelas karena berada di luar ruangan.

"Kenapa kau selalu saja menyendiri? Ayah ingin mengenalkanmu pada seseorang." Keira mengintip dari balik tembok, ia membulatkan matanya bahwa yang ia lihat adalah Daffin. Hah? Mengapa Daffin ada di sini? Apa yang ia lakukan?

"Siapa? Aku tidak tertarik pada siapa pun? Apa ayah ingin melakukan perjodohan untukku? Aku pasti tidak akan menerima itu. Aku paling tidak suka berada di acara seperti ini."

"Ini untuk kebaikanmu, apa kau tidak penasaran dengan seseorang yang akan kukenalkan padamu?"

"Apanya yang buat kebaikan? Jangan-jangan ayah melakukan ini hanya untuk menggunakan aku sebagai alat untuk perusahaan ayah ini. Paling kan yang untung cuma ayah." Ayah Daffin sangat kesal dengan perkataan Daffin hingga akhirnya satu tamparan mendarat di pipinya. Saat itulah tanpa sengaja Daffin melihat sosok Keira dari balik tembok. Mata mereka saling bertemu, jantung Keira berdegup kencang. Apa yang harus aku lakukan? Ia mengetahui keberadaanku.

"Kali ini saja, ayah tidak pernah memintamu melakukan sesuatu." Daffin tidak mendengarkan perkatataan ayahnya dan melenggang pergi masuk ke dalam ruangan. Ayah Daffin hanya bisa menghela napas.

Keira menatap keduanya dengan tatapan bingung, saat hendak masuk ke dalam ruangan tangan Keira ditahan oleh seseorang.

"Keira, bagaimana kau ada di sini?" Keira menoleh ke belakang mendapati Rhenia dan Regan sudah ada di belakangnya.

"Aah itu..." Keira masih terdiam. Apa yang harus aku katakan?

Rhenia mengembuskan napas. "Ah sudahlah, ayo masuk." Rhenia merangkul Keira masuk ke dalam ruangan.

Regan memberikan kartu undangannya pada Keira.
"Hah? Kenapa memberikannya padaku?" Keira memegang kartu itu.

"Ada undiannya di situ, kau bisa mendapatkan sesuatu." Mata Keira langsung berbinar-binar.

"Wah, benarkah?" Regan menganggukkan kepalanya.

"Kira-kira apa hadiahnya ya?" Keira tersenyum gembira. Keira membuka kartu undiannya itu.

"Wah semoga saja aku mendapatkan hadiah spesial, kira-kira aku mendapatkan apa ya? Apakah kakak tahu?" Keira menatap kartu itu penuh kegembiraan.

"Tidak, lihat saja nanti."

📕📗📘

Daffin duduk di bangku sambil menikmati minuman di gelasnya. Ayah Daffin menghampirinya.

"Ayah membuat kartu undian, bagi pengunjung yang memiliki kartu emas, dia akan berdansa denganmu." Daffin langsung menoleh ke arah ayahnya.

"Apa?! Konyol sekali, aku tidak akan melakukan..." Daffin menghentikan pembicaraannya. Tiba-tiba Daffin melihat Keira berjalan tak jauh darinya dengan perasaan yang sedang gembira, kemudian terpikirkan sesuatu oleh Daffin. "Baiklah aku akan melakukannya." Ayah Daffin tidak mengira Daffin mau melakukannya.

Ayah Daffin yang selaku presdir perusahaan Bailey Group, membuka acara.

"Terima kasih bagi semuanya yang telah datang pada perayaan ulang tahun Bailey Group yang ke-11. Hari ini mari kita rayakan bersama-sama." Ayah Daffin memotong sebuah pita, semua orang bertepuk tangan riuh. "Baiklah saat ini kita akan pesta dansa." Semua orang bertepuk tangan semakin riuh. "Bagi pengunjung yang memiliki kartu emas akan berdansa dengan tuan muda kita."

Saat mendengar itu salah satu seorang gadis memegang kartu emasnya, matanya langsung berbinar-binar. Keira menoleh ke arah gadis yang memegang kartu emas. Senyum Keira sedikit memudar, keberuntungan tidak memihak padanya. Ia kembali membuka kartu, ia tidak salah melihatnya, kartunya bukan berwarna emas, hanya kartu biasa yang tidak spesial.

Dari belakang berjalan seseorang laki-laki berparas tampan dengan balutan jas yang dikenakannya. Semua orang yang ada di sana memperhatikan laki-laki itu, semua orang terpana dengan ketampanannya. Keira membalikkan tubuhnya. Jadi tuan muda itu adalah Daffin, bagaimana mungkin? Ia akan berdansa dengan gadis itu? Namun dengan langkah mantap Daffin melewati gadis itu tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya dan ia berjalan ke arah Keira. Daffin mengulurkan tangannya di depan Keira.

"Maukah kau berdansa denganku?"

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now