06 - Murid Baru

133 61 53
                                    

Keira berjalan di koridor sekolahnya sambil membawa setumpuk buku yang kini berada di tangannya. Ia akan pergi ke perpustakaan untuk persiapan olimpiade matematika minggu depan. Keira dan Daffin terpilih dari seleksi olimpiade matematika yang mendaftarnya waktu itu.

Keira merasa sangat senang ia dan Daffin bisa terpilih sehingga ia memiliki banyak waktu untuk bertemu dengannya. Tiba-tiba saja dari arah yang berlawanan seseorang berlari dengan tergesa-gesa sehingga menabrak Keira yang berada di depannya.

"Aduh maaf." Gadis itu membantu merapikan buku-buku yang terjatuh saat ia menabraknya tadi. Belum sempat Keira melihat wajahnya, gadis itu sudah membalikkan badannya dan melenggang pergi.

"Aku seperti pernah melihatnya," gumam Keira ketika melihat punggung gadis itu yang berjalan menjauh.

Keira meletakkan buku yang dibawanya tadi dengan keras membuat Daffin yang duduk di depannya tersentak kaget sampai menjatuhkan buku yang sedang dibacanya.

"Bisa pelan-pelan nggak sih, bisa jantungan aku," kata Daffin sedikit kesal kemudian mengambil kembali buku yang ia jatuhkan tadi.

"Sorry," jawab Keira singkat tanpa merasa bersalah. "Apa yang sedang kau baca tadi?" tanya Keira penasaran sampai-sampai Daffin tidak menyadari kedatangannya tadi.

"Itu komik Detective Conan yang sering kubaca," kata Daffin sambil menunjukkan sampul buku yang dibacanya tadi. Keira hanya membalas dengan mulut membentuk huruf O. "Menurutku ini komik paling menarik yang pernah kubaca."

"Mmm, betul juga. Tapi akhir-akhir ini aku jarang membacanya karena sekarang aku lebih banyak membaca buku pelajaran. Hehehe."

"Nggak buku pelajaran mulu lah, sekali-kali baca komik." Daffin masih asyik melanjutkan membaca komik Detective Conan. Keira kemudian bangkit dari kursinya hendak mencari referensi lain dari buku di perpustakaan. Ia kembali ke tempat duduknya sambil membawa setumpuk buku di tangannya.

Keira membuka halaman per halaman buku di depannya sambil mencatat bagian yang penting di buku catatannya. Keira melirik Daffin, ia merasa memiliki ide yang cemerlang. Keira sengaja menjatuhkan pulpennya di bawah meja, ia membayangkan mereka bisa mengambilnya bersamaan dan tangan mereka bersentuhan. Keira memulai aksinya, ia menunduk di bawah meja pura-pura mencari keberadaan pulpennya. Keira menunggu lama di bawah meja akan tetapi Daffin masih berdiam di tempatnya.

"Sedang apa kau di situ?" Daffin tiba-tiba menengok di bawah meja membuat Keira kaget. Saat akan berdiri Keira malah terbentur meja yang ada di atasnya.

"Aww." Keira memegangi kepalanya yang tadi sempat terbentur cukup keras. "Sakit sekali."

"Kau tidak apa-apa?" tanya Daffin khawatir ketika melihat Keira yang kesakitan.

"Aku tidak apa-apa, tapi aku merasa sedikit pusing." Keira meletakkan kepalanya di atas meja sambil menelungkupkan kepalanya dikedua tangannya.

"Kalau kau pusing ke UKS aja, ayo aku antar." Daffin sudah beranjak dari kursinya.

"Tidak usah, nanti juga bakalan sembuh." Keira tidak bergerak dari tempatnya duduk. Keira menutup matanya dan tidak lama kemudian ia malah jatuh tertidur.

Daffin berpindah tempat untuk duduk di samping Keira, ia mengamati Keira yang sedang tertidur dengan lekat. Daffin ikut menelungkupkan kepalanya di atas tangannya menghadap Keira. Hembusan angin yang masuk dari jendela kaca perpustakaan menggerak-gerakkan rambut Keira membuatnya terlihat cantik seperti seorang putri yang sedang tertidur. Daffin kembali memandangi Keira yang belum juga bangun dari tidurnya. Namun tiba-tiba saja Keira membuka matanya, membuat keduanya tersentak. Keira membulatkan matanya menyadari Daffin kini berada di hadapannya seketika mukanya memerah. Daffin yang juga terkejut dengan Keira yang bangun tiba-tiba memutuskan untuk kembali duduk tegak dan membuka-buka buku yang di depannya.

"Oh kau sudah bangun, kalau begitu kita lanjut belajarnya atau kau ingin pergi ke kantin untuk membeli sesuatu mungkin, jam istirahat kan belum selesai." Daffin masih tidak mengalihkan pandangannya dari buku yang dipegangnya dan sedari tadi membalikkan halamannya dengan
tidak jelas, ia merasa canggung dengan kejadian tadi.

Keira berpikir sejenak, ia sebenarnya masih ingin melanjutkan belajarnya karena waktu lombanya sudah dekat. Namun daripada terlalu stress Keira akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin sekedar menyegarkan tenggorokannya. Keira berdiri dari tempatnya ia duduk. "Emm aku ingin membeli minuman." Ia kemudian berjalan keluar dari perpustakaan. Daffin ikut berdiri dan berjalan di belakang Keira.

📕📗📘

Kini Keira dan Daffin duduk berhadapan di sebuah meja di kantin sambil menyeruput es jeruk mereka. Tiba-tiba saja ada yang menepuk bahu Keira membuat Keira tersentak.
"Hei kau tidak mengajakku ke kantin denganku malah berduaan di sini." Della langsung duduk di sebelah Keira.

"Aku tidak sedang berduaan. Tadi habis dari perpustakaan aku langsung ke sini. Jadi tidak sempat mengajakmu." Della hanya manggut-manggut mendengar penjelasan dari Keira.

Tak berselang lama, Riko muncul dan langsung duduk di sebelahnya Daffin.
"Hai bro," sapa Riko yang sok akrab sambil meninju pelan lengan Daffin. Daffin tidak merespon perkataan Riko sambil menyingkirkan tangan Riko dari lengannya. Riko hanya mendengus kesal.

Mereka berempat terdiam tanpa mengeluarkan satu kata pun. Akhirnya Della membuka suara.

"Mmm, kapan lombanya berlangsung?"

"Minggu depan," jawab Keira singkat.

"Ohh."

Riko melirik Della yang kini berada di depannya.
"Sepertinya aku belum mengenalmu. Perkenalkan aku Herculano Riko." Riko mengulurkan tangannya.

Della melirik sebentar tangan Riko. "Ardella Rasya." Della tidak membalas uluran tangan Riko. Ia malah mengalihkan pandangannya ke arah Keira. Riko yang sedari tadi tangannya melayang di udara akhirnya menarik kembali tangannya dengan ragu-ragu.

"Hei, kau bahkan tidak membalas uluran tanganku. Dasar cewek jutek," umpat Riko yang mulai kesal.

"Apa yang kau bilang?" Della berkata dengan nada naik satu oktaf. "Heh aku bilangin ya, aku ini bukan cewek jutek hanya saja tadi aku sedang malas berjabatan dengan cowok sepertimu." Della menatap tajam ke arah Riko.

"Yeyeye." Riko tidak membalas perkataan Della hanya mencibir ke arahnya membuat Della semakin kesal.

Keira yang sedari tadi diam memperhatikan mereka akhirnya membuka suara. "Hei, kalian baru saja kenal sudah mau bertengkar aja." Keira sedikit menahan tawanya melihat ekspresi Della yang sedang kesal itu.

"Iya kalian tuh seharusnya akur. Kalau baru aja kenal kalian udah bertengkar, nanti malah lama-lama bisa jadi suka lho." Daffin ikutan menyahut.

"Apa? Sama dia? Ya nggak mungkin lah." Riko dan Della berteriak bersamaan.

"Tuh kan." Keira tertawa pelan. Riko melirik Della dengan sinis. Della melirik Riko tak kalah sinisnya.

Della akhirnya memutuskan untuk mengalihkan topik. "Kei, tadi ada murid baru lho di kelas kita. Kamu tidak tahu saat kamu sedang di perpustakaan."

"Oh benarkah?" tanya Keira sedikit penasaran dengan murid baru yang baru saja dibicarakan oleh Della.

Di tengah-tengah pembicaraan mereka, ada seseorang yang melangkah mendekati meja mereka.
"Bolehkah aku bergabung dengan kalian?" tanya gadis itu membuat mereka berempat langsung menoleh ke arah gadis itu.

Keira yang melihat gadis itu langsung mengenali siapa dirinya. "Bukankah kau Salva?"

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^ Dan juga Started in the Library update setiap Selasa dan Jum'at.

Kunjungi ig : stellaluna_novel untuk mengenal kami lebih dekat.

See you~

Started in the Library [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora