14 - Menenangkan Pikiran

93 40 19
                                    

Keira menyejajari langkah Daffin. "Duh bisa gawat kalau ketahuan pak guru tadi. Kita keluar waktu jam pelajaran bisa-bisa kena hukuman." Keira membayangkan dirinya harus berdiri di depan tiang bendera atau membersihkan lapangan sekolah. Keira lalu membuang pikiran itu jauh-jauh. Harga dirinya sebagai anak berprestasi akan hancur seketika apabila ia ketahuan keluar saat jam pelajaran.

Daffin dan Keira dikejutkan ketika melihat guru pembimbing mereka sudah berada di dalam perpustakaan.
"Kalian dari mana saja?" tanya guru itu dengan tatapan tajam.

"Eeh...itu..." Keira menundukkan kepalanya takut untuk menatap guru di depannya. Keira tidak bisa menjawab pertanyaan guru itu. Keira yang sedang berpikir keras mencari alasan, Daffin sudah menjawabnya terlebih dahulu.

"Kami habis membeli bolpoin Bu," hawab Daffin sambil memperlihatkan sebuah bolpoin hitam yang ia keluarkan dari saku celananya. Saat akan keluar tadi, Daffin tanpa sengaja membawa bolpoin itu bersamanya.

"Kenapa lama sekali? Kita sudah tidak punya banyak waktu menjelang lombanya."

"Maaf bu." Mereka berdua menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Ah sudahlah, kalau begitu kita lanjutkan lagi." Keira merasa lega guru itu tidak memeperpanjang lagi masalah ini.

Mereka terus belajar dan belajar. Soal demi soal ia jawab hingga mereka bisa memahaminya lebih dalam. Setelah satu jam berlalu, bel istirahat berbunyi. Mereka berdua diperbolehkan istirahat sebentar selama sepuluh menit. Keira akhirnya merasa lega. Dari tadi Keira sudah mulai mengeluh merasa lelah belajar terus menerus. Keira meletakkan kepalanya di atas meja. Daffin sudah pergi duluan, Keira masih berada di tempat duduknya ia merasa sangat malas untuk beranjak dari tempatnya.

Selang beberapa menit, Keira dikejutkan oleh hawa dingin yang menyentuh pipinya. Keira langsung menoleh ke belakang, rupanya Daffin yang menempelkan minuman soda itu ke pipinya.

"Ihh," kesal Keira sambil memegangi pipinya yang terasa dingin. Daffin tidak merasa bersalah setelah melakukannya, ia kemudian meletakkan minuman soda itu di depan Keira.

"Minumlah itu."

"Makasih." Keira membuka tutup soda itu, ia lalu mulai meneguknya perlahan. "Aah, segar sekali. Semangatku mulai kembali." Keira tersenyum semangat. "Rasanya hari-hari semakin cepat. Besok lusa kita sudah harus mengikuti lombanya. Cepat sekali."

"Katanya kau sudah yakin mengikutinya."

"Rasanya kemarin sudah yakin. Tapi menjelang hari perlombaannya aku menjadi gugup." Keira menceritakan apa yang dirasakannya.

"Jangan gugup, tenanglah. Kau pasti bisa melakukannya." Daffin memberikan semangat sambil tersenyum. Keira menatap Daffin. Kau malah bisa membuatku lebih gugup dengan senyumanmu itu.

📕📗📘

"Keira pulang bareng yuk!" ajak Della yang muncul dari belakang Keira.

"Oh baiklah."

Saat hendak masuk ke mobilnya, ponsel Keira bergetar singkat. Keira lalu mengambil ponselnya dari sakunya.

Rivara Salva : Keira pergi makan yuk!

Keira menoleh ke arah Della yang sepertinya sudah menunggunya. Ia bingung harus memilih pergi dengan siapa. Keira tidak mungkin memilih Salva dan meninggalkan Della di sini. Ia juga tidak mungkin mengabaikan Salva. Kemudian Keira terpikirkan suatu ide.

"Tunggu sebentar Del." Keira seperti sedang mencari keberadaan seseorang.

"Ada apa sih?"

Keira kemudian melambaikan tangannya ketika melihat Salva yang keberadaannya tidak jauh darinya. Salva mendekat ke arah Keira.
"Oh ada Salva, mau ikut pulang bareng?" tanya Della ketika melihat keberadaan Salva.

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now