63 - Di Balik Senyum Manis Ada Kepahitan

29 5 25
                                    

"Kau? Salva?" Keira mengerutkan keningnya heran, ternyata orang itu memang bukan Della. Ia sedikit lega, tetapi kenapa Salva melakukan hal itu padanya. Daffin melonggarakan cekalannya, Salva langsung menepis tangan Daffin dengan kasar.

"Ya itu aku. Kenapa? Apa kau sekarang akan membenciku? Silakan saja." Keira hanya terdiam sambil menatap Salva tajam. Perkataan Salva membuatnya tambah kesal.

"Apa tujuanmu melakukan ini?" Salva balas menatap Keira tajam, Keira melihat tatapan kebencian di matanya.

"Karena kau merebut semuanya dariku."

"Aku? Apakah aku pernah merebut sesuatu darimu?" Salva tersenyum sinis.

"Kau bahkan tidak menyadarinya. Kau benar-benar membuatku semakin membencimu." Daffin dari tadi hanya terdiam mendengarkan pembicaraan kedua gadis itu. "Kau tahu, dulu aku hanya punya kamu teman satu-satunya. Namun kau bahkan tidak melihat ke arahku saat aku mengalami kesulitan. Kau tahu betapa takutnya aku ketika semua orang menuduhku akulah penyebabnya!!" teriak Salva dengan terisak. Air mata mengalir deras di pelupuk matanya.

Pada hari pertama masuk sekolah kelas sembilan, Salva terlihat duduk termenung sendirian di sekolah. Setelah itu ada seseorang yang berjalan mendekati Salva. Keira dan Vian tersenyum ke arah Salva.

"Kita sepertinya satu kelas, kenapa kau duduk sendirian saja di sini?" Salva hanya terdiam tidak membalas perkataan Keira. Keira mengulurkan tangannya di depan wajah Salva. "Berdirilah, sekarang aku akan menjadi temanmu."

"Hei, memangnya tidak ada yang mau berteman denganmu?" tanya Vian yang akhirnya Keira menyikut lengan Vian.

"Ah sekarang mungkin kami akan menjadi temanmu." Hingga suatu saat Salva mulai menyukai kehadiran mereka, lama kelamaan Salva tumbuh perasaan dengan Vian.

Kejadian awal mula Salva berteman dengan Keira hingga suatu hari sebuah kesalahpahaman terjadi.

"Apa kertas kalian yang ada di mejaku sudah dikumpulkan?" tanya Keira yang mencari-cari sebuah tumpukan kertas yang hilang begitu saja.

"Tidak, kami tidak melihatnya," kata salah seorang teman, yang membuat semua siswa tampak gelisah.

"Apakah kau belum mengumpulkannya?" Keira hanya terdiam sambil masih mencari kertas-kertas itu dengan raut wajah yang panik. 'Duh bagaimana ini jika tidak segera mengumpulkan semua siswa akan tidak akan mendapatkan nilai'

Keira tidak menemukan keberadaan kertas-kertas itu, ia tidak menemukannya di mana-mana. Keira melihat ke arah jam dinding, ini sudah batas waktunya mengumpulkan tugas. Namun Keira tidak segera menemukan kertas itu.

Salva menyadari kegelisahan Keira. Ia merasakan ada hal yang aneh dengan tasnya. Saat diangkat tasnya terasa lebih berat dari biasanya. Kemudian ia membuka tasnya, dan betapa terkejutnya. Semua kertas yang dari tadi dicari Keira ada di dalam tasnya. Salva mengambil semua kertas itu dengan gemetar. Keira menyadari Salva memegang kertas.

"Ini di sini?" Salva hanya terdiam, ia sangat takut hingga bibirnya gemetaran. Keira merebut kertas itu dari Salva dan langsung berlari menuju kantor guru.

"Hei Salva, ternyata kau mau mencuri semua tugas kami ya," kata salah satu gadis dengan sinis.

"Ti-tidak. Aku bahkan tidak tahu kertasnya ada di sini." Salva berbicara dengan terbata-bata.

"Tadi aku melihat kertas punyamu sudah ada di ruang guru sejak tadi. Kau pasti sengaja menyembunyikan punya kami kan? Agar hanya kau yang mendapatkan nilai?! Lihat Keira sampai pucat tadi saat mengetahui kertasnya tidak ada." Salva terlihat sangat ketakutan, ia memang sudah mengumpulkan tugasnya, namun ia tidak berniat untuk melakukan hal seperti itu. Ia terlihat sudah tersudut, teman-temannya melihatnya dengan tatapan yang mengerikan. Seolah-olah semua kesalahan itu ialah yang menjadi penyebabnya.

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang