27 - Dansa

62 18 11
                                    

"Maukah kau berdansa denganku?" pinta Daffin di depannya sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Keira. Keira tidak percaya bahwa hari ini Daffin memintanya untuk berdansa dengannya, dengan sedikit ragu-ragu Keira membalas uluran tangan Daffin. Mereka bergandengan sambil berjalan sampai ke tengah ruangan. Banyak yang melihat mereka pasangan yang serasi, namun tidak sedikit juga yang iri Keira bisa berdansa dengan tuan muda Daffin.

Keira mengaitkan tangan kanannya pada tangan kiri Daffin, dan tangan kiri Keira diletakkan di bahu Daffin. Keira tidak berani menatap Daffin, situasi saat ini sangat canggung seolah-olah udara di sekitar Keira tersedot habis. Namun Keira menutupi kegugupannya agar tidak malu dilihat orang lain.

"Wah Keira belajar banyak." Regan melihat Keira yang semakin mahir berdansa tidak seperti Keira yang dulu.

"Hebat, ternyata Daffin anaknya presdir Bailey Group, aku tidak menyangka." Rhenia juga tidak menyangka fakta bahwa Daffin anak dari presdir pemilik Bailey Group. Regan lalu menoleh ke arah Rhenia.

"Kau kenal dia?" tanya Regan ketika menyadari Rhenia mengetahui nama anak dari presdir pemilik Bailey Group.

"Ya iyalah, dia temannya Keira, dia bahkan sering mengantar Keira pulang ke rumah." Rhenia mendekatkan dirinya ke arah Regan kemudian berbisik ke telinga Regan. "Keira sangat menyukainya loh."

"Pantas saja dia sering bertingkah aneh, ternyata di sedang jatuh cinta." Regan menggeleng-geleng kepalanya mengingat tingkah Keira.

Semua orang masih berdansa, karena musik yang dinyalakan belum selesai. Keira tidak bisa berkata apa-apa, sedari tadi ia hanya diam sambil terus saja melanjutkan dansanya. Keduanya bingung harus mengatakan apa, lalu Daffin mulai membuka suara.

"Apa kau merasa canggung?" Pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Daffin, Keira mendongakkan kepalanya dan menatap Daffin.

"A-ah sedikit," jawab Keira apa adanya.

"Santailah, jangan terlalu kaku, kita sudah akrab bukan?" Keira semakin dibuat canggung dengan perkataan Daffin tadi. Keira hampir terjatuh karena ia sedikit terpeleset sesuatu, namun dengan cepat Daffin menangkap tubuh Keira agar tidak terjatuh. Mereka terdiam beberapa detik, Keira menelan ludahnya, malu ketika ditatap orang-orang kemudian Keira langsung kembali berdiri.

"A-aku ke belakang sebentar." Keira berlari ke belakang gedung perusahaan, ia duduk di sebuah bangku sambil mengibas-ngibaskan wajahnya yang memanas.

"Panas sekali wajahku." Keira meneguk segelas air yang berada di depannya. "Aku malu sekali." Keira menutupi wajahnya dengan telapak tangan, ia mengingat kembali kejadian ketika Daffin menangkapnya saat ia hampir terjatuh. Seketika mukanya kembali memerah.

Tiba-tiba saja seseorang datang menghampiri Keira dan duduk di sebelahnya. Keira mengedip-ngedipkan matanya, ia tidak mengenal gadis itu.

"Huh seharusnya yang berdansa dengan tuan muda itu aku, kenapa jadi kamu?" Keira teringat akan gadis itu, dengan perkataannya sepertinya ia gadis yang memegang kartu emas itu.

"Oh tetapi dia memilihku." Keira seakan tidak suka dengan kehadiran gadis yang ada di sebelahnya ini. Mereka saling menatap dengan rasa ketidaksukaan.

"Siapa namamu?" tanya gadis itu, tatapannya sedikit melunak tidak seperti yang tadi. Keira sedikit curiga dengan perubahan sikapnya tadi.

"Arquella Keira," jawab Keira singkat. Gadis itu tersenyum.

"Aku Calista salam kenal." Gadis itu mengulurkan tangannya pada Keira, Keira memandangi uluran tangannya, dengan ragu-ragu Keira membalas uluran tangannya. Ia menatap Calista penuh selidik. Bisa-bisanya dia berubah sikapnya, aku jadi curiga dia merencanakan sesuatu.

"Apa kamu dekat dengan tuan muda? Sepertinya dia menyukaimu?"

"Aah tidak mungkin kita hanya teman satu sekolah." Calista mengangguk-anggukan kepalanya.

"Aku sangat menyukainya, baru kali ini aku pertama melihatnya langsung jatuh hati padanya, dia benar-benar tampan. Bisakah kau membantuku agar aku bisa dekat dengannya?" Keira tersentak di tempatnya, ia terdiam. Bagaimana mungkin aku akan membantunya dekat dengannya? Aku saja masih belum berani menyatakan cintaku padanya.

"Aah sepertinya kau tidak bisa ya, kalau begitu aku pergi dulu. Bye." Gadis itu melambaikan tangannya ke arah Keira kemudian meninggalkan Keira seorang diri.

Tak berselang lama Daffin menghampiri Keira. "Keira." Keira langsung menoleh ke belakang, Daffin sudah berdiri di belakang Keira. "Kenapa lama sekali?"

"Aah itu..." Keira tidak dapat menjawab pertanyaan Daffin. Daffin kemudian mengalihkan topik.

"Keira kau mau ikut denganku? Aku mau mengajakmu ke suatu tempat." Keira menganggukkan kepalanya dan mengikuti ke mana Daffin mengajaknya pergi.

Mereka sampai di sebuah atap perusahaan. Kini mereka berada di lantai paling tinggi. Keira menatap penuh takjub melihat bangunan-bangunan yang dibawahnya ditambah dengan kerlap-kerlip bintang yang menghiasi suasana malam ini.

"Wah, disini pemandangannya indah sekali." Ia menatap bintang-bintang di atasnya. "Ada banyak sekali bintang malam ini." Keira kemudian menoleh ke arah Daffin. "Perusahaan ini benar-benar milik ayahmu?" tanya Keira meyakinkan.

"Iya," jawab Daffin singkat.

"Wah hebat, kau ternyata orang kaya."

"Bukankah ayahmu juga bekerja di perusahaan ini?" Keira menganggukkan kepalanya.

"Tapi kenapa waktu itu kau berbohong kau bukan anak dari David Bailey?"

"Ah itu, aku ingin menyembunyikan identitasku."

"Kenapa?"

"Aah, aku tidak suka jika mereka tahu akan memperlakukanku dengan berbeda."

"Tapi mungkin saat ini mereka tahu, karena kau pasti muncul di majalah berita terpanas." Keira menatap Daffin.

"Aah sudahlah, itu sebabnya aku tidak suka pergi ke acara seperti ini. Tapi hari ini mungkin aku tidak benar-benar tidak menyukai acara ini." Daffin tersenyum misterius, namun Keira malah menatapnya dengan tatapan berbinar-binar.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

"Aku hanya tidak menyangka, ternyata ayahku dan kakakku bekerja di perusahaan ayahmu. Aku baru mengetahui fakta ini." Keira memukul bahu Daffin pelan, kemudian tertawa. Daffin tersenyum melihat Keira yang tertawa sebahagia itu.

📕📗📘

Keira menjatuhkan dirinya di kasur, hari ini ia merasa sangat lelah dan ingin segera beranjak tidur, tetapi sebelum itu Keira sudah mengganti dressnya dengan pakaian tidur. Keira memejamkan matanya. Lagi-lagi ia bermimpi aneh.

"Kira-kira siapa diantara kalian yang meneror Keira." Keira mengerutkan keningnya, siapa orang di depanku ini?

"Calista, Salva, ataukah Della. Atau jangan-jangan ada hubungannya juga dengan Daffin?" Keira tidak dapat melihat wajah orang itu. "Atau bisa jadi ini hanya ilusi semata yang terbayang-bayang di pikiranmu. Pikirkanlah baik-baik tentang siapa orang yang menerormu itu. Jika kau salah dalam mengetahui kebenarannya, kau semakin akan terjerumus ke dasar jurang. Orang yang melakukannya bisa saja ada di dekatmu." Orang itu menatap Keira lekat. "Ketahuilah itu." Terdengar bisikan ditelinga Keira sebelum akhirnya orang itu benar-benar menghilang dari hadapannya.

Keira terbangun dari mimpinya, ia teringat kata-kata terakhir orang itu. "Orang yang melakukannya bisa saja ada di dekatmu." Perkataan itu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Apakah orang itu ada di dekatku? Tapi apa motifnya? Kenapa orang itu menyebut Calista juga? Aku bahkan baru mengenalnya kemarin." Keira mengacak-ngacak rambutnya mulai frustasi.

Keira berangkat ke sekolahnya di antar dengan Rhenia. Rhenia meninggalkan Keira lima menit yang lalu, Keira berjalan menuju kelasnya. Namun dari belakang seseorang memanggil namanya.

"Keira!" Tampak Della dan Salva yang bersamaan memanggilnya. Keira menoleh ke belakang, ia mendapati Della dan Salva yang berjalan ke arahnya.

Apakah orang itu di antara kalian?

Haii jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang