07 - Heartbeat

121 51 42
                                    

Tatapan matamu itu membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu. -Arquella Keira


~Happy Reading~

"Bukankah kau Salva? Kenapa kau ada disini?" tanya Keira bingung ketika melihat teman satu SMP nya yang kini sudah berada dihadapannya.

"Hai Keira, lama tidak bertemu," sapa gadis itu sambil melambaikan tangannya kearah Keira.

"Kalian sudah saling kenal?" Della yang sedari tadi memperhatikan mereka menatap keduanya bingung.

"Ya begitulah," jawab Keira, kemudian Salva ikutan duduk di sebelah Keira.

Keira memulai obrolan. "Bagaimana kabarmu? Sudah dua tahun sepertinya aku tidak bertemu denganmu sejak kepindahanku ke sini." Mereka bertiga diam tidak berkata apa-apa hanya mengamati kedua orang di depannya yang sedang berbincang.

"Aku baik, bagaimana denganmu?"

"Aku juga." Mereka berdua saling melemparkan senyum.

Tak lama kemudian jam istirahat telah usai. Murid-murid yang mendengar suara bel itu langsung pergi meninggalkan kantin, begitu juga dengan mereka berlima, mereka masuk ke kelas masing-masing. Keira duduk di kursinya. Guru yang mengajar pada jam pembelajaran ini belum datang, Keira memutuskan untuk menanyai Salva masih banyak pertanyaan yang sekarang ada di pikirannya.

"Apa kau pindah rumah?" tanya Keira penasaran.

"Iya, Ibuku ada suatu pekerjaan sehingga kami memutuskan untuk pindah." Keira hanya manggut-manggut mendengarkannya.

Tak lama kemudian, ada seruan yang memanggil nama Keira. "Keira ada yang mencarimu." Keira langsung menoleh ke arah yang memanggilnya itu.

"Siapa?"

"Daffin, anak kelas sebelah." Keira langsung bangkit dari kursinya dan melenggang pergi ke luar kelas.

"Ada apa mencariku?" tanya Keira sedikit gugup.

"Bukannya kita harus belajar untuk olimpiade minggu depan, kenapa kau malah dengan santainya pergi kelas?"

"Ah iya aku lupa, tadi aku sedang berbincang dengan Salva jadi aku melupakan itu, hehehe." Daffin lalu berjalan membelakangi Keira. Keira ikut berjalan dan menyejajari langkah Daffin.

Keira yang tidak bisa menyejajari langkah lebar Daffin merasa kelelahan. "Pelan-pelan kek jalannya, capek aku tuh." Daffin melirik sebentar Keira kemudian ia tetap berjalan meninggalkan Keira di belakangnya. Dasar, tuh anak menyebalkan sekali. Keira berjalan dengan bersungut-sungut. Keira mendudukkan dirinya di kursi dengan kesal. Ia bahkan mengalihkan pandangannya dari Daffin saat Daffin melihat ke arahnya.

"Kau marah?" tanya Daffin yang sedari tadi diabaikan oleh Keira.

"Tidak, aku tidak marah," jawab Keira masih tidak mengalihkan pandangannya dari buku di depannya.

Daffin yang merasa diabaikan langsung menarik buku yang sedang dibaca Keira sehingga membuatnya tersentak. Keira menatap Daffin dengan kesal.

"Apaan sih, cepat kembalikan buku itu." Daffin malah semakin menjauhkan buku itu dari Keira, membuat Keira sudah sangat kesal. Keira menimpuk kepala Daffin menggunakan buku, Daffin mengaduh pelan. "Haha, rasain." Akhirnya dengan terpaksa Daffin mengembalikan buku itu ke Keira.

📕📗📘

Keira sudah menunggu sekitar lima belas menit di depan sekolah, tetapi Rhenia tak kunjung datang. "Ihh si kakak menyebalkan itu. Mobilku dipakai segala lagi. Lama banget nggak ke sini-sini." Keira mencak-mencak sendiri tak jelas. Keira melirik jam yang melingkar di pergelangannya. "Kakak nyebelin, udah dua puluh lima menit tiga detik aku nunggu."

Tak lama kemudian terdengar suara motor yang mendekat ke arahnya. Keira heran melihat siapa yang ada di depannya karena ia tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup helm. Orang itu melepas helmnya dan Keira mendapati Daffin yang kini berada di depannya. Keira terpana melihat Daffin dengan motornya itu, ia terlihat sangat keren. "Tumben pakai motor."

"Motor baru ya harus dipakai lah," ucap Daffin sambil memamerkan motornya itu kepada Keira. Keira hanya berdeham singkat. Daffin yang juga heran melihat Keira berdiri di depan sekolah tidak membawa kendaraan akhirnya memutuskan untuk bertanya. "Kau tidak membawa mobilmu?"

"Tidak, sedang dibawa oleh kakakku," jawab Keira dengan lesu.

"Kalau begitu naiklah," kata Daffin sambil melemparkan helm ke arah Keira, Keira dengan sigap langsung menangkapnya. Keira belum merespon perkataan Daffin. Ia masih belum bisa mengontrol perasaannya antara senang dan bingung. Tadi dia tidak peduli, sekarang baru peduli. Ah bagaimana ini, aku ikut tidak ya. Aku kan sedang kesal dengan dia masa mau ikut aja. Tapi aku tidak mau kehilangan kesempatan yang berharga ini.

Daffin menyadari Keira yang sedari tadi tidak bergerak dari tempatnya. "Ikut tidak, kalau tidak mau ya udah."

"Ahh sebentar, baiklah aku ikut." Keira kemudian menaiki motor Daffin. "Sebentar sebentar, aku harus chat kakakku dulu." Keira mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya.

Arquella Keira : Kak nggak usah jemput aku. Aku mau pulang sama temen.

Tak sampai satu menit kakaknya membalas pesannya.

Arquella Rhenia : Iya sana. Bagus sekali jadi kakak nggak usah repot-repot jemput kamu. Lagi asyik nonton drama korea nih dirumah.

Keira yang membaca pesan dari kakaknya mulai kesal. "Dasar kakak menyebalkan. Malah asyik nonton drama korea. Aku udah nungguin lama dari tadi." Keira menggeram kesal sambil meremas ponselnya.

"Udah selesai?" Keira hanya menggukkan kepalanya. Daffin mulai melajukan motornya keluar dari gerbang sekolah.

Tiba-tiba saja motor Daffin memasuki kubangan sehingga membuat Keira memeluk Daffin dengan sangat erat. Daffin juga ikut terkejut dengan perlakuan Keira tadi. Keira akhirnya melepaskan tangannya dari pinggang Daffin. Keira merasakan tetes-tetes yang mengenai tangannya. Keira mendongak ke atas.

"Aduh gerimis, bagaimana ini." Daffin yang juga menyadari sedang gerimis, akhirnya memutuskan untuk mencari tempat berteduh. Daffin berhenti di depan sebuah toko yang sedang tutup.

Langit semakin bertambah gelap. Keira semakin khawatir ia akan menunggu hujan reda akan lama. Dan benar saja hujan malah bertambah deras, kini mereka terjebak di sana tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Malah tambah deras, bagaimana kita pulang. Ini sudah sore." Keira semakin cemas.

"Kita tunggu sebentar lagi. Lagian mau bagaimana lagi, masa harus hujan-hujanan." Mereka masih menunggu tetapi hujan tak kunjung reda. Keira mulai menggigil, kaki dan sepatunya sudah basah dan udara juga semakin dingin. Keira memegangi lengannya yang dingin. Daffin yang merasa kasihan melihat Keira, akhirnya ia melepaskan jaketnya dan menyampirkannya di tubuh Keira. Keira yang menyadari itu menatap Daffin lekat. Mereka saling berpandangan. Keira melihat ada binar-binar dari mata Daffin. Detak jantung Keira langsung berpacu dua kali lebih cepat dari pada biasanya.

Mereka masih menunggu, jam sudah menunjukkan pukul setengah enam dan hari sudah semakin gelap. Namun hujan masih belum reda. Keira mengambil ponselnya. Tidak ada satu pun notifikasi yang masuk ke ponselnya. Keira mendengus. Kakak bahkan tidak peduli padaku. Keira memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Tiba-tiba saja ada sebuah motor yang melaju kencang. Dan air yang di jalan raya menciprat ke arah mereka. Sebelum itu Daffin sudah menghalangi air itu terciprat ke arah Keira. Air itu mengenai Daffin hingga bajunya basah dan kotor. Kini jarak antara Keira dan Daffin terpaut cukup dekat. Detak jantung Keira bertambah tiga kali lipat tidak karuan seperti ia sedang lari marathon. Daffin lagi-lagi menatap Keira dengan tatapan itu, tatapan yang sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangan Keira.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^-^

See you~

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now