31 - Jealous

53 15 2
                                    

Hari keberangkatan ke Singapura.

Keira menyiapkan semua perlengkapannya ke dalam koper. Ia sudah bangun sejak pukul tiga pagi. Karena semua perlengkapannya sudah siap Keira buru-buru turun ke bawah untuk sarapan. Ia melahap makanannya dengan cepat.

"Tidak usah terburu-buru nanti kamu tersedak, ini masih jam setengah enam." Mama Keira menegur Keira yang makan dengan cepat.

Keira memperlambat makannya. Ia melihat jam yang masih menunjukkan pukul setengah enam. Keira sedikit bernapas lega.

"Tetapi jam setengah tujuh harus check-in terlebih dahulu, jam tujuh sudah harus berangkat." Keira menghabiskan makanannya setelah mama Keira sempat menegurnya agar tidak terburu-buru. Namun ia tetap saja terburu-buru.

"Nanti kau diantar Regan ya, mama masih belum memperbolehkanmu mengendarai mobil." Mendengar itu Keira langsung memanyunkan bibirnya. Sejak kejadian Keira tersesat, mamanya masih belum memperbolehkannya mengendarai mobil sendiri. Keira tidak bisa membantah, ia hanya bisa menuruti perkataan mamanya.

Setelah selesai sarapan, Regan sudah menunggu Keira di dalam mobil, Keira memasukkan kopernya ke dalam bagasi kemudian ia duduk di sebelah Regan sambil memasang sabuk pengamannya. Regan melajukan mobilnya menuju bandara.

Sesampainya di bandara, mobil Keira berpapasan dengan mobil Daffin yang ada di depannya. Mereka kemudian keluar dari mobil. Regan ikut keluar dari mobil sambil membantu Keira membawa kopernya. Daffin menatap Regan dengan tatapan tidak suka. Ia langsung merebut koper milik Keira yang sedang dipegang Regan kemudian ia menggandeng tangan Keira untuk segera pergi dari sana. Ia menariknya pergi menjauhi Regan. Keira bingung dengan sikap Daffin.

Regan menatap Daffin dengan heran. Anak itu kenapa sih? Lalu Regan mengabaikan itu dan beralih melihat Keira. "Keira semangat ya!" Keira lalu menoleh ke arah Regan lalu tersenyum.

"Iya." Keira melambaikan tangannya pada Regan sebelum akhirnya Regan pergi meninggalkan bandara. Daffin menatap keduanya dengan tatapan datar.

Keira beralih menghadap ke arah Daffin.

"Kenapa kau menarikku tadi?" Daffin memalingkan mukanya dari Keira.

"Kita harus check-in dulu sebelum berangkat," kata Daffin seadanya. Keira melirik ke arah jam yang ada di bandara.

"Tunggu sebentar, Bu Tika masih belum sampai di sini." Keira melihat Bu Tika yang mendekat ke arah mereka, sehingga membuat Keira menghentikan pembicaraannya. Daffin akhirnya bernapas lega sehingga ia tidak akan menjawab semua pertanyaan Keira.

Daffin memutuskan duduk di kursi yang tidak jauh darinya. Ia melihat ponselnya, ada satu pesan yang membuatnya mengerutkan keningnya.

Ayah : Kau harus mendapatkan nilai terbaik!

"Tumben ayah mengirimiku pesan. Ah sudahlah." Kemudian Bu Tika memanggil Daffin untuk segera check-in sebelum berangkat.

Setelah selesai check-in, mereka masuk ke dalam pesawat. Daffin menarik tangan Keira kemudian langsung menyuruh Keira untuk duduk, Daffin duduk di sebelah Keira.

"Hei seharusnya kan kamu duduk di belakang." Daffin tidak menggubris perkataan Keira ia malah mengalihkan pembicaraan.

"Bu, bisakah bu guru saja yang duduk di belakang? Saya mau duduk di sebelah jendela agar saya tidak mual." Daffin mengarang alasan.

"Oh baiklah, bu guru akan duduk di belakang." Bu Tika menuruti permintaan Daffin dan ia beralih duduk di belakang, Daffin mengembangkan senyum liciknya yang tidak terlihat oleh Keira. Keira langsung menoleh ke arah Daffin, dengan cepat Daffin langsung menghentikan senyum liciknya dan kembali berwajah datar seperti biasanya.

"Apa kau mual saat naik pesawat?" Keira tidak menyangka bahwa Daffin mual saat naik pesawat, ada fakta baru yang diketahuinya dari Daffin.

Daffin lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan Keira. Padahal ia hanya mengarang alasan namun malah Keira menanggapinya dengan serius. Aku sudah beberapa kali naik pesawat, mana mungkin aku mual. Ia menjadi kesal dengan Keira. Keira menjadi cemberut karena Daffin tidak menjawab pertanyaannya. Ia kemudian memutuskan untuk diam dan tidak kebanyakan tanya, tapi sebenarnya dalam hati Keira sangat senang bisa duduk bersebelahan dengan Daffin.

Keira menoleh ke arah Daffin yang sedang melihat ke arah jendela. Lalu tiba-tiba Daffin menoleh ke arah Keira membuatnya sedikit tersentak. Mereka saling menatap tanpa berbicara satu kata pun. Keira kemudian membuka suaranya.

"Apa kau benar-benar mual saat naik pesawat?" tanya Keira dengan pertanyaan yang sama yang belum terjawab oleh Daffin. Daffin menatap tajam ke arah Keira sehingga membuat Keira sedikit menjaga jarak dengan Daffin.

"Tidak, aku hanya ingin melihat ke arah jendela saja." Keira hanya mengangguk-angguk.

Keira kemudian teringat sesuatu yang ingin ia tanyakan dengan Daffin, ia sudah menahannya sejak kemarin. Keira sedikit ragu-ragu apakah ia akan menanyakannya atau tidak. Daffin menangkap ekspresi Keira yang sepertinya akan mengatakan sesuatu.

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu?" Keira tersentak, Daffin menyadari ia akan mengatakan sesuatu. Keira kemudian memberanikan diri untuk bertanya.

"Aah waktu itu kau tidak ikut latihan terakhir. Kata Bu Tika hari itu adalah hari kematian orang yang penting bagimu." Keira menjeda perkataannya, ia sedikit menelan ludahnya. Ia melanjutkan kembali kata-katanya. "Mmm, apakah orang itu sangat penting bagimu?" Rasanya sangat sakit apabila mengatakan kalimat itu, Keira sebenarnya akan lebih sakit lagi apabila mendengar jawaban dari Daffin.

Daffin tidak langsung menjawab pertanyaan Keira, namun ia memutuskan mengatakannya pada Keira.

"Iya." Daffin menjawab dengan mantap, tidak ada kebohongan di matanya.

DEG!
Jantung Keira seolah berhenti ketika mendengar pernyataan Daffin yang baru saja ia katakan. Ia menatap Daffin dengan tidak percaya.

"Dia orang yang sangat penting bagiku, aku sangat menyayanginya." Daffin berbicara tidak menatap Keira melainkan melihat ke arah jendela dengan tatapan sendu.

DEG!!
Lagi-lagi perkataannya membuat jantung Keira terasa mencelus.
Keira seakan terjatuh dari tempat yang sangat tinggi. Keira menatap Daffin dengan pandangan kosong. Hatinya begitu tersayat-sayat begitu mendengar Daffin mengatakan 'aku sangat menyayanginya' Keira sampai tidak bisa berkata apa-apa, bibirnya seolah terkunci rapat sehingga Keira tidak bisa mengatakannya. Ia hampir saja menangis kalau saja ia tidak menahannya dengan baik. Keira jangan sampai menangis, ayolah ini akan sangat memalukan.

Keira menahan air matanya agar tidak jatuh sampai ke pipi. Ayolah air mata kau jangan sampai keluar. Walaupun ia menahan air matanya agar tidak keluar namun terlihat sekali bahwa matanya sudah mulai memerah. Keira memilih menyibukkan diri dengan memainkan ponselnya.

Membosankan sekali. Dalam pandangannya kalimat itu terus terngiang-ngiang dipikirannya.

'Aku sangat menyayanginya' kalimat itu terus saja berputar dikepalanya, membuat Keira menjadi kesal sendiri. Pikirannya menjadi tidak fokus dan selalu saja bayangan Daffin saat mengatakan kalimat itu berkelebat di pikirannya. Keira memegangi kepalanya yang merasa pusing.

"Aku mau ke kamar kecil sebentar." Keira beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Daffin yang masih menatap ke arah jendela.

"Dia kakakku tentu saja aku sangat menyayanginya." Namun kalimat itu tidak didengar oleh Keira, Daffin baru menyadari bahwa Keira sudah tidak ada di sebelahnya. Daffin hanya bisa menghela napas.

Setelah itu Keira kembali ke tempat duduknya. Setelah setengah jam kemudian Keira akhirnya memejamkan matanya, akhirnya ia jatuh tertidur. Ia sangat bersemangat sehingga ia bangun sangat pagi sehingga saat ini membuatnya kembali mengantuk. Keira sudah memejamkan matanya rapat-rapat dan sudah tertidur pulas.

Keira hampir saja terjatuh kalau Daffin tidak segera menangkap kepala Keira. Ia kemudian menyandarkan kepala Keira di bahunya. Daffin melihat Keira yang tertidur pulas. Bulu mata panjangnya membuatnya tetap cantik walaupun saat tertidur.

Keira, kenapa kau cantik sekali bahkan saat tertidur?

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya

See you~

Started in the Library [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora