42 - Fakta Baru

29 8 12
                                    

Yeay hari ini aku up dua bab, seneng ngga? Langsung aja baca ya😊


Setelah keluar dari ruang kelasnya, ia terus saja berjalan entah ke mana. Akhirnya Keira memutuskan duduk di kursi taman di sekolahnya.

"Hah kenapa aku tadi berkata seperti itu. Itu terdengar sangat arrogan. Dan seolah-olah aku menyombongkan diriku karena selalu mendapat peringkat pertama. Argh." Keira memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, seolah-olah perkataan yang baru saja ia ucapkan bukan dari dirinya yang biasanya, melainkan seperti dirinya yang lain.

Keira menundukkan kepalanya, ia seperti menyesali telah berkata seperti itu. Perkataan itu spontan keluar dari mulutnya. Keira merutuki dirinya sendiri karena tidak berpikir dulu sebelum mengucapkan kata-kata itu.

"Keira," panggil seseorang dari belakang yang membuat Keira menoleh ke arahnya. Fyra kini berada di sampingnya.

"Aah kau. Maaf tadi kata-kataku terlalu kasar. Aku tidak seharusnya berkata seperti itu." Keira berkata dengan tulus sehingga membuat Fyra seperti ingin menangis. Keira malah menjadi heran.

"Keira kau baik sekali. Padahal aku yang sudah menuduhmu. Keira aku minta maaf, ini karena aku sedang dalam suasana hati yang buruk, aku jadi berpikiran yang aneh-aneh. Keira aku benar-benar minta maaf." Gadis itu memegang kedua tangan Keira agar Keira segera memaafkannya. Keira kemudian tersenyum.

"Aku memaafkanmu. Lagian aku tidak pernah menyalahkanmu akan masalah itu. Tapi bagaimana buku itu ada di tasku ya?" Keira kembali berpikir, Fyra hanya mengedikkan bahu pura-pura tidak tahu jika ia membongkar identitas seseorang yang menyuruhnya maka ia takut ia juga akan kena imbasnya. "Ah sudahlah lupakan saja, yang penting masalahnya sudah selesai." Mereka hanya saling melemparkan senyum. Fyra bernapas lega karena Keira tidak mempermasalahkan masalah itu dan mencari kebenarannya lebih dalam lagi.

Mereka berdua kembali ke kelas, Keira duduk dibangkunya sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.
"Kenapa kau senyum-senyum begitu?" tanya Della yang heran melihat tingkah Keira.

"Mmm... hanya sedang senang saja." Della melirik Keira penuh selidik.

Keira kemudian menoleh ke arah Della dengan tatapan menginterogasi. Della sedikit mundur ke belakang.

"Della kau masih berutang penjelasan kepadaku kenapa kemarin kau tidak datang?" Keira menatap Della tanpa berkedip. Della menelan ludahnya dengan susah payah, ia tidak dapat mengatakannya. Seolah mulutnya terkunci begitu saja.

"Eh itu..." Della mengalihkan pandangannya dari Keira sambil melihat ke arah lain.

"Della jangan mengalihkan perhatian." Della menundukkan kepalanya. Ia memutuskan untuk mengakuinya.

"Aku yang merencanakan semua itu." Della masih menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Keira.

"Sudah kuduga. Kau bekerja sama dengan Riko kan?" Della akhirnya mengangkat kepalanya menatap Keira.

"Ah sepertinya aku ketahuan. Aku memang sengaja melakukannya agar kau bisa lebih dekat dengan Daffin." Keira hanya bisa terdiam, rencana Della itu juga menguntungkan baginya. Kemarin Keira bersenang-senang saat jalan dengan Daffin, walaupun salah satu dari mereka belum ada yang menyatakan cinta terlebih dahulu. "Keira apa kau bersenang-senang kemarin?" Keira hanya menganggukkan kepalanya sambil malu-malu. Della tertawa pelan melihat tingkah Keira.

"Apakah Daffin menyatakan perasaan kepadamu?" Keira menoleh ke arah Della, raut wajahnya berubah menjadi sedih. Della menangkap kesedihan di mata Keira, ia sudah tahu jawabannya dari raut wajah Keira ia kemudian memutuskan untuk tidak lagi bertanya.

Keira memaksakan senyum. "Tidak apa-apa, aku bisa menunggu. Lagian kemarin sangat menyenangkan." Kini senyuman Keira berubah tulus. Della menjadi kasihan melihat Keira, Della menepuk-nepuk pundak Keira dan mencoba menghiburnya.

"Bagaimana rencanamu selanjutnya?" tanya Della yang membuat Keira kembali berpikir.

"Mmm aku tidak tahu. Tapi sepertinya aku harus lebih mengenal tentangnya. Banyak hal yang belum kuketahui." Keira terlarut dalam pikirannya. Kakak Daffin yang ada di foto itu sepertinya aku pernah melihatnya. Aku harus mencari tahu.

"Aku akan selalu mendukungmu." Della menyemangati Keira sambil menunjukkan kedua jempolnya. Keira hanya tersenyum melihat teman yang sangat bisa diandalkan.

"Della apa kau tahu? Bahwa Daffin merupakan anak dari pemilik perusahaan Bailey Group." Della menganggukkan kepalanya. "Kau sudah tahu?" Keira menjadi tambah terkejut.

"Iya aku tahu belum lama ini, Riko yang memberitahuku."

"Oh pantas saja, berarti Riko sudah tahu lebih dulu." Della kemudian melanjutkan pembicaraannya.

"Tapi sepertinya dia tidak ingin diketahui publik. Katanya Daffin ingin identitasnya disembunyikan." Della berbicara sedikit berbisik agar tidak ada yang mendengarnya.

"Iya aku juga ingin tahu tentang hal itu." Keira mengingat kembali kejadian saat Daffin ditampar oleh ayahnya sendiri saat pesta ulang tahun perusahaan. Sepertinya hubungan mereka tidak baik.

📕📗📘

Saat waktunya pulang sekolah, Keira bergegas keluar dari gedung sekolah dan langsung menuju tempat parkir. Keira melewati Della begitu saja yang membuat Della keheranan karena sikapnya akhir-akhir ini yang sulit ditebak. Keira masuk ke mobilnya dan memasang seatbelt.

"Mama aku sepertinya harus kembali pergi ke tempat itu. Tapi bukannya aku ingin ingkar janji, karena aku sudah pernah pergi ke tempat itu sebelumnya." Keira menginjak gas dan ia mulai pergi ke tempat di mana ia pernah kunjungi sebelumnya. Keira sudah menandai tempat itu menggunakan GPS, jadi ia tidak akan tersesat lagi.

Karena hari ini pulangnya lebih awal langit masih cerah sehingga suasana tidak akan mencekam. Tidak seperti sebelumnya saat ia diam-diam mengikuti Daffin saat hari sudah mulai gelap. Kali ini Keira menjadi sedikit tenang.

Sesampainya di tempat yang terdapat makam dan batu nisan Keira menjadi sedikit merinding, Keira mulai mendekati makam yang waktu itu dikunjungi Daffin. Namun saat sudah dekat, ia melihat wanita paruh baya yang sedang berjongkok sambil mengelus batu nisan itu dengan tatapan sendu. Lagi-lagi Keira hanya bisa mengintip dari balik pohon. Saat orang itu menoleh ke arah Keira, dengan cepat Keira langsung berjongkok dan menghadap ke salah satu makam di dekatnya yang ia tidak tahu itu makam siapa seolah Keira sedang mengunjungi salah satu kerabatnya yang sudah meninggal.

Wanita paruh baya itu mulai berbicara sendiri seolah orang yang sudah terkubur itu mendengar suaranya.
"Maafkan ibu nak, kau pasti telah menanggung beban yang berat. Aku merasa belum menjadi ibu yang benar." Wanita itu terisak yang membuat siapa saja mendengarnya di tempat yang sepi ini.

Hati Keira ikut terenyuh ketika mendengar isakan tangis wanita itu. Keira seperti ingin menangis. Setelah wanita itu pergi, Keira mendekati makam itu yang di sana bertuliskan nama.

"Mandy Bailey? Nama marganya sama dengan Daffin. Seperti dugaanku, dia kakaknya Daffin. Raut muka Daffin terlihat sangat sedih saat aku menanyakan siapa orang di foto itu." Keira kembali berpikir seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

"Mandy Bailey, namanya terdengar tidak asing." Keira berpikir keras mencoba mengingat-ingat hal yang dilupakannya. "Oh ya aku tahu. Dia bukannya mantan pacarnya kak Regan?!"

Hayo hayo siapa yang terkejut di sini. Atau jangan-jangan kalian sudah menebaknya? Ikuti terus kelanjutan cerita ini ya yang update setiap hari Selasa dan Jum'at.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя